Menanti Implementasi TNI Adalah Kita
Editor: Ahmad Arsyad
KABARBARU, OPINI– TNI adalah Kita bermakna TNI bagian dari rakyat Indonesia. Sebenarnya itu bukan hal baru tapi melekat pada doktrin pertahanan kita yaitu Perang Rakyat Semesta. Dalam kesempatan ini akan menyorot 2 dari 8 Fokus Panglima TNI yaitu dalam penanganan daerah konflik dengan penguatan peran intelijen dan penguatan siber TNI.
Pertama, Agar TNI mampu merasakan denyut rakyat maka antara TNI dan Rakyat adalah seperti ikan dengan air. Nah intelijen TNI yang baik tentu haruslah hidup harmonis dalam air rakyat. TNI harus menunjukan sikap terbuka dengan bekerjasama dengan seluruh elemen masyarakat untuk mencapai tujuannya, tentu saja tidak boleh eksklusif dan elitis. Sikap merakyat itu harus ditunjukan oleh pucuk pimpinan TNI.
Dalam penanganan konflik Papua tentu saja TNI sudah harus makin terbuka pada elemen sipil untuk bekerjasama bersama menyelesaikan konflik. Dilakukan penilaian dan kerjasama pada pihak-pihak yang mampu membangun komunikasi dengan elemen garis keras di Papua.
Dalam informasi yang diperoleh, sebenarnya masyarkat Papua sangat pancasilais, dalam arti mengamalkan nilai-nilai pancasila. Masalah yang terjadi adalah kekerasan dan keserakahan pengelola negara di masa lalu yang tidak dapat mereka terima. Menyamakan persepsi sangat penting dilakukan TNI sebagai ujung tombak pertahanan negara dengan masyarakat Papua. Bahwa dengan Pancasila Papua akan makmur dan adil dalam integrasinya pada NKRI.
Kedua, tantangan siber NKRI sangat berat. Akhir-akhir ini situs dan server lembaga negara seperti BSSN dan Polri dibobol hacker. Dunia hacker seperti dunia bohemian yang tak menetap dan bertempat tinggal. Bekerja sesuai keinginan hati nurani mereka. Bahkan bisa pindah dari satu warnet ke warnet yang lain. Kerjaan begadang utak atik gadget. Talenta dunia cyber kadang mengejutkan karena pelakunya masih di bawah umur dan tidak suka sekolah formal.
Salah satu tantangan intelijen cyber adalah merangkul, membina dan memfasilitasi para hacker. Cara merekrut ahli cyber tidak bisa konvensional dengan mencari para student sekolah formal. Lakukan evaluasi perekrutan komponen cadangan jangan hanya fokus pada pelatihan tembak menembak yang konvensional tapi latihlah para cyber. Dalam hal pembantu panglima TNI melaksanakan kerja intelijen tentu membutuhkan Kepala BAIS yang handal.
- Penulis adalah Surya Fermana
- Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kabarbaru.co