Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Kiprah Perempuan dalam Membangun Perekonomian Nasional

Kiprah Perempuan
Penulis: Muhammad Aufal Fresky.

Editor:

KABARBARU, OPINI- Apakah benar perempuan itu hanya bisa bertugas di wilayah domestik rumah tangga? Sementara laki-laki boleh berkreasi di mana saja? Jawaban saya: Tidak. Rasa-rasanya tidak adil jika kita mengkerdilkan potensi perempuan. Sebab dalam hal mendapatkan pekerjaan layak, kaum (kiprah) perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Apalagi hari ini, sudah banyak perempuan yang mengenyam pendidikan tinggi. Bahkan, setelah lulus, sebagian dari mereka menempati berbagai jabatan strategis di instansi swasta/pemerintah.

Mengutip pernyataan Hernanik (2007), posisi kaum perempuan yang selama ini didudukkan sebagai “ratu rumah tangga” dan pengendali urusan domestik, menjadi nilai yang begitu dominan dalam masyarakat, sehingga kesempatan beraktivitas di luar rumah dianggap sebagai sesuatu yang mengada-ada. Sebab itu, hemat saya, pikiran jumud yang merendahkan martabat perempuan perlu dibuang jauh-jauh. Budaya patriarki atau budaya yang cenderung menomorduakan perempuan mesti disingkirkan. Sebab, bangsa ini juga sedang membutuhkan kiprah perempuan untuk pembangunan di segala sektor. Salah satunya dalam sektor perekonomian.

Jasa Pembuatan Buku

Sementara itu, di Indonesia peranan perempuan dalam perekonomian semakin signifikan. Pada sektor UMKM, 53,76%-nya dimiliki oleh perempuan, dengan 97% karyawannya adalah perempuan, dan kontribusi dalam perekonomian 61%. Di bidang investasi, kontribusi perempuan mencapai 60%. Catatan tersebut berdasarkan apa yang pernah diungkapkan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati saat menjadi pembicara utama pada Seminar Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah, Rabu (21/April/2021).

Selanjutnya, Amartya Sen, ekonom dan filsuf India, juga pernah menuturkan bahwa ekonomi mustahil berkembang tanpa melibatkan perempuan sebagai agen atau sebagai bagian dalam perhitungan ekonomi. Senada dengan itu, Hasanatul Jannah dalam tulisannya di Jurnal KARSA, menegaskan, dalam Islam juga sangat menekankan laki-laki dan perempuan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya yang mengarah pada kebaikan bersama, sehingga melahirkan pola relasi yang harmonis, dinamis, dan toleran.

Kaum perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam mewujudkan kesuksesan hidup. Bahkan, mereka bisa menggali dan memanfaatkan bakat atau potensi dalam diri mereka. Kreasi dan inovasinya di sektor ekonomi mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat. Perempuan semacam itu biasanya enggan dan menolak dengan tegas adat istiadat yang melemahkan bakat dan kemampuan dirinya dalam berkarya. Sebab, ranahnya tidak bisa serta merta dipersempit hanya sekadar mengurusi keluarga. Mereka bisa menjadi apa pun dan berbuat apa pun yang mereka mau untuk memberikan dampak positif bagi kemajuan bangsa dan negaranya. Termasuk dalam pembangunan ekonomi nasional.

Saya juga yakin, kaum perempuan juga bisa berkontribusi nyata dalam memberdayakan masyarakat. Terutama masyarakat yang sedang dalam jeratan keterbelakangan dan kemiskinan. Artinya, mereka mampu mengangkat harkat dan martabat ‘wong cilik’ melalui beragam kiprahnya. Baik sebagai pengusaha, aktivis LSM, legislator, bupati, dosen, menteri, dan sebagainya. Tidak hanya melalui ide-ide cemerlang yang dicetuskan, tetapi juga melalui program konkret yang menyentuh lapisan masyarakat kecil. Lewat kiprahnya tersebut, mereka mendorong masyarakat miskin agar memiliki kemampuan profesional agar hidup mandiri. Dengan kata lain, tidak bergantung pada orang lain, apalagi bantuan pemerintah.

Pemerintah, baik pusat atau daerah, mestinya mampu mengoptimalkan kiprah perempuan melalui beberapa program. Seperti halnya; peningkatan akses terhadap modal, pemberdayaan perempuan dalam pengembangan ekonomi kerakyatan; pengembangan usaha ekonomi produktif; peningkatan akses perempuan terhadap informasi tentang sumber daya alam, sumber dana modal, kredit dan informasi pasar, pemantapan kemitraan usaha yang dikelola perempuan dengan swasta, BUMN, dan koperasi.

Partisipasi perempuan bukan hanya pelengkap. Lebih dari itu, mereka bisa menjadi konseptor dan sekaligus aktornya. Apalagi saat ini, jumlah aktivis perempuan membeludak. Tidak jarang, mereka bersinergi lewat program-program tertentu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal itu semakin menguatkan keyakinan saya, bahwa kaum perempuan juga sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Sekali lagi, mari kita berjalan terus, bersatu padu, mewujudkan Indonesia yang lebih adil dan makmur.

*) Penulis adalah Muhammad Aufal Fresky, Mahasiswa Program Studi Magister Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kabarbaru.co

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store