Menyatukan Dunia Tanpa Suara Melalui Gerakan Penuh Makna
Editor: Bahiyyah Azzahra
Penulis: Dhenti Dwi Maelani, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Kabar Baru, Opini – Sejatinya, manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu berkomunikasi. Interaksi yang dilakukan merupakan bagian esensial dalam kehidupan, tak akan dapat dipisahkan, dan mampu membangun hubungan atau sekadar menciptakan keharmonisan. Jika komunikasi dianggap sebagai penghubung utama dalam berinteraksi, maka bahasa diibaratkan sebagai alat yang umum digunakan oleh semua orang. Banyaknya bahasa yang ada dan digunakan oleh setiap manusia di berbagai belahan dunia, tidak lantas menjadi sebuah penghalang untuk terus berkomunikasi. Perbedaan ini justru menciptakan keberagaman dan memperkaya kehidupan sosial. Akan tetapi, bagi sebagian orang, berkomunikasi secara lisan adalah tantangan yang cukup besar.
Adanya keterbatasan yang dimiliki oleh kelompok tertentu menjadi contoh nyata di mana komunikasi tetap bisa dilakukan meski dengan cara yang berbeda. Meski tanpa suara, mereka membuktikan bahwa komunikasi tetap dapat dilakukan melalui cara lain yang penuh makna. Salah satu solusi yang telah terbukti efektif adalah bahasa isyarat. Bahasa ini bukan sekadar alat untuk menyampaikan informasi, tetapi juga sebuah sarana untuk mengungkapkan emosi, ide, dan perasaan dengan cara yang unik dan penuh ekspresi.
Bahasa isyarat tidak hanya menggunakan gerakan tangan yang terstruktur dan tata bahasa khusus, namun juga disertai dengan bahasa tubuh serta mimik wajah yang ekspresif. Kombinasi ini menjadikan komunikasi tanpa suara tetap hidup dan bermakna. Di Indonesia, Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) menjadi sarana utama bagi para teman-teman tuli untuk berkomunikasi. Sebagai bahasa isyarat lokal, BISINDO memainkan peran penting dalam menghapus kesenjangan komunikasi antara teman-teman tuli dan masyarakat umum.
Namun ternyata, dalam penerapannya, bahasa isyarat termasuk BISINDO masih menghadapi berbagai tantangan yang cukup besar. Salah satunya adalah minimnya pemahaman dan dukungan dari masyarakat umum terkait dengan bahasa isyarat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya orang yang belum mengenali bagaimana pentingnya bahasa isyarat. Mereka lebih cenderung menganggapnya sebagai sesuatu yang asing. Selain itu, fasilitas dan layanan yang menyediakan akses pengetahuan tentang bahasa isyarat pun masih terbatas. Hal ini menjadi penghambat bagi lingkungan yang mampu mendukung terciptanya komunikasi di antara masyarakat dan kelompok yang memiliki keterbatasan tersebut.
Maka untuk mengatasi hambatan-hambatan itu, diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak. Pentingnya peran dari berbagai pihak dalam meningkatkan ke dalam kurikulum sekolah agar anak-anak dapat mengenal dan menghormati keberagaman cara berkomunikasi. Selain itu, pelatihan dan sosialisasi bahasa isyarat bagi masyarakat umum juga perlu digalakkan agar masyarakat tidak lagi menganggapnya sebagai sesuatu yang baru dan asing.
Tindakan-tindakan ini tidak hanya akan menghilangkan stigma terhadap bahasa isyarat, tetapi juga memperkuat rasa kesetaraan dalam masyarakat. Ketika bahasa isyarat menjadi bagian yang diterima dan dipahami oleh semua kalangan, maka akan tercipta komunikasi yang tidak lagi terbatas oleh suara. Mereka pun akan merasa lebih dihargai, karena mereka memiliki hak yang sama untuk didengar dan untuk menyampaikan apa yang mereka rasakan.
Keberhasilan dalam memperkenalkan bahasa isyarat kepada masyarakat ini akan membawa dampak yang lebih luas. Ini bukan hanya soal memberikan akses komunikasi kepada penyandang tunarungu, tetapi juga soal menghormati prinsip-prinsip keberagaman dalam perbedaan. Dengan memahami dan menggunakan bahasa isyarat, kita menunjukkan bahwa dunia ini dapat disatukan tanpa suara, tetapi tetap penuh makna.
Lebih dari itu, pengakuan terhadap bahasa isyarat mencerminkan tumbuhnya kesadaran akan pentingnya menghormati hak setiap individu untuk berkomunikasi tanpa memandang latar belakang dan kondisinya. Perasaan tidak dihargai yang sering dialami oleh kelompok dengan keterbatasan dalam mendengar dan berbicara ini akan memudar seiring dengan hilangnya perlakuan diskriminatif, pandangan-pandangan aneh yang cenderung meremehkan.
Oleh karena itu, bahasa isyarat adalah bukti bahwa komunikasi tidak selalu membutuhkan suara. Melalui gerakan tangan yang bermakna dan penuh ekspresi, setiap individu memiliki hak untuk didengar, dipahami, dan dihargai. Mari bersama-sama menyatukan dunia tanpa suara melalui bahasa isyarat yang sarat akan makna dan kemanusiaan.