Strategi Mbah Wahab Bermain Pedang Dalam Sarung Yang Sama
Jurnalis: Wafil M
Kabar Baru, Opini- Sebelum tahun 1965 ketika NU dan PKI masih menjadi partai politik, kedua kelompok besar ini sama-sama memiliki bobot kekuatan dan kualitas kader yang sama. Ada saat keduanya pernah bermain pedang di dalam sarung yang sama melalui NASAKOM sebagai cangkangnya. Disinilah strategi jitu Mbah Wahab dimainkan, beliau berpesan dalam forum internal NU yang dihadiri oleh perwakilan ketua Cabang seluruh Indonesia agar tidak bertempur di luar gelanggang, karena itu tidak akan efektif.
Artinya, tidak mungkin bagi NU untuk melawan PKI diluar pemerintahan dan harus tetap menjadi pembisik Soekarno yang waktu itu kebanyakan arah kebijakannya sudah terkontaminasi oleh PKI. Bukan berarti NU menerima NASAKOM karena sepakat dengan ideologi dan gerakannya tapi itu adalah bagian dari strategi yang sangat ciamik.
berpijak pada prinsip fiqih yang fleksibel dan elastis. Fleksibel tidak dapat disamakan dengan oportunis. Fleksibel mampu masuk di berbagai ruang dengan tetap mempertahankan ideologi, sedangkan oportunis berpihak pada siapa pun asal diberi keuntungan materi.
Mbah Wahab mengingatkan kepada Bung Karno bahwa dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Bahkan mbah Wahab mengusulkan agar tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila.
Kecerdasan dan strategi yang dimainkan Mbah Wahab berhasil membendung faham komunis menyebar semakin luas, yaitu saat PKI semakin besar dan sulit untuk ditandingi.
Mengguritanya PKI di masyarakat memancing reaksi NU untuk mendirikan organisasi tandingan, seperti Lesbumi untuk melawan faham dari Lekra, Pertanu untuk melawan BTI, dan Ansor-Banser untuk melawan PKI melalui organisasi kepemudaan.
*) Penulis adalah Ahmad Safaruddin S.Hum, Aktivis Muda PWNU DKI Jakarta
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kabarbaru.co