Mantan Waka BIN Soroti Bom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar Bandung

Jurnalis: Nurhaliza Ramadhani
Kabar Baru, Jakarta – Setelah beberapa waktu sepi ledakan bom bunuh diri, pada 7 Desember 2022 lalu. Gelegar ledakan bom teroris terdengar lagi di kantor polisi Astana Anyar, Bandung.
Pelakunya adalah Agus Suyatno seorang teroris anggota Jamaah Anshor Daulah (JAD) yang baru 4 bulan keluar dari penjara Nusakambanga, karena terkait kasus terorisme.
Seperti diketahui bahwa JAD pada 2014 telah berbaiat kepada khalifah Abu Bakar Al Baghdadi ( alm ) yang merupakan khalifah pertama ISIS.
Atas peristiwa tersebut mendapat respon dari berbagai macam kalangan, salah satunya dari KH. As’ad Said Ali yang merupakan Mantan Wakil Kepala BIN. Hal ini diketahui saat diwawancarai langsung oleh kabarbaru.co di Jakarta.
Menurut KH. As’ad Said Ali ada sebuah pertanyaan besar apakah pesan dibalik ledakan bom bunuh diri yang menewaskan pelaku, polisi dan warga sipil yang kebetulan lewat di dekat lokasi ledakan ?.
“Jawaban terhadap pertanyaan tersebut, dapat membantu kita untuk memprediksi tingkat kegiatan terosisme pada masa depan, menurun atau meningkat,” ujarnya di Jakarta, Jumat (9/12/2022).
Menurutnya, JAD memilih Polsek Astana Anyar Bandung sebagai target ledakan tentu bukan tanpa perhitungan. Kantor polisi menjadi sasaran selain dalam rangka balas dendam , juga berguna untuk membangkitkan moril anggotanya.
“Sedangkan kota Bandung yang dipilih sebagai lokasi ledakan dengan perhitungan bahwa pada saat ini tingkat kewaspadaan aparat terhadap bahaya terorisme dianggapnya tidak seketat dengan apkam di Solo Raya yg merupakan konsentrasi jaringan terorisme ISIS / JAD dan Al QAEDA/ JI sejak tiga dekade yang lalu,” sambungnya.
KH. As’ad Said Ali yang juga Mantan Wakil Ketum PBNU mengungkapkan bahwa Bandung merupakan kota besar yang terletak relatif dekat dengan ibu kota Jakarta sehingga mempunyai nilai strategis yang lebih besar.
Bagi ISIS dan AL Qaeda, gema ledakan yang mendunia itulah yang diharapkan dengan tujuan memperoleh effek psikologis besar bagi pendukung terorisme. Sebaliknya menimbulkan suasana ketakutan masyarakat yang menguntungkan bagi teroris.
“Sehingga dilihat dari moment ledakan pada 7 desember 2022, maka kita dapat mengkaitkannya dengan perkembangan ISIS yang baru seminggu mengumumkan pengangkatan khalifah barunya yaitu ABU AL HUSEIN AL HUSEINI AL QURAISHI,” tegas KH. As’ad Said Ali.
“Ia menggantikan khalifah sebelumnya yang tewas pada 30 November 2022 di Suriah utara dalam pertempuran melawan Syrian Democratic Forces yang didukung oleh Amerika Serikat dan Turki,” lanjut KH. As’ad Said Ali.
KH. As’ad Said Ali juga mengatakan bahwa ada fenomena menarik terkait JAD atau ISIS cabang Asia Tenggara yang diduga ingin menunjukkan eksistensinya kepada khalifahnya yang baru.
Hal ini dapat disimpulkan dari pesan pesan terselubung melalui situs – situs yang diduga milik ISIS dalam beberapa minggu terakhir. Dalam pesan terselubung tsb, ISIS mempertanyakan, kenapa Jihadis Asia Tenggara melempem, sepi dari kegiatan ledakan pada hal mempunyai anggauta cukup besar dan khususnya Indonesia yang merupakan kawasan yang strategis.
Dikaitkan dengan mulainya tahun politik sejak awal tahun 2023 maka, ancaman terorisme diperkirakan akan meningkat. Dalam kaitan itu pula keberadaan ratusan warga negara Indonesia khususnya kader kader muda teroris yang menghuni kamp kamp teroris di wilayah Syria utara perlu menjadi perhatian serius.
Membiarkan mereka berada disana dalam jangka panjang, sama maknanya dengan memberi waktu mereka menyiapkan diri baik mental – ideologi maupun kemampuan militer / teror.
Oleh karena itu apakah tidak lebih baik untuk menarik mereka kembali ketanah air agar mereka mendapatkan reedukasi secara khusus. Dengan membiarkan mereka berlama lama di lokasi yg bersuasana konflik, kekerasan dan tanpa hukum.
“Sama artinya dengan menabur benih teroris yang kelak menjadi “ jaringan teror” yang berbahaya. Pengalaman keberadaan WNI didalam kancah perang Afganistan 1982- 1989 hendaknya menjadi pelajaran berharga, dari sanalah lahir generasi teroris khususnya JI dan ISIS di Indonesia,” Pungkas KH. As’ad Said Ali.