Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

5 Fakta Berhasilnya Akulturasi Budaya Tiongkok dan Bali di Pulau Dewata

Jurnalis:

Kabar Baru, Bali – Akulturasi atau perpaduan budaya antara tradisi Tiongkok dan Bali sudah berlangsung cukup lama, hal itu ditandai dengan berdirinya kelenteng di Bali sebagai tempat ibadah yang usianya mencapai ratusan tahun.

Kelenteng di Bali ini menjadi penanda jika adanya hubungan baik antara masyarakat Tionghoa dan Bali yang sudah berlangsung cukup lama di Pulau Dewata.

Jasa Penerbitan Buku

Akulturasi budaya Tiongkok dan Bali itu terjadi di masa lalu, di mana kaum pendatang mendarat di beberapa kepulauan Nusantara dan mereka berbaur.

Maka tak heran jika kelenteng menjadi cukup populer di Bali karena keunikannya yang memadukan budaya Tiongkok dan Bali. Kamu yang mau berwisata kelenteng di Bali, berikut kelenteng tertua dengan akulturasi Tiongkok dan Bali.

1. Kelenteng Caow Eng Bio

Kelenteng Caow Eng Bio, merupakan kelenteng tertua di Bali yang telah berdiri sejak tahun 1548. Lokasinya berada di Tanjung Benoa, tepatnya di Jalan Segara Ening Nomor 14, Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.

Kelenteng tertua ini konon pembangunannya dilakukan oleh pedagang asal Hainan, Tiongkok, yang datang ke Bali. Bangunan pada kelenteng tertua ini justru sangat kental dengan arsitektur khas Tiongkok.

Di antaranya seperti ornamen naga, atap melengkung, warna merah, dan dominasi warna kuning keemasan.

Selain itu, ada beberapa patung dewa seperti Dewa Naga, altar Dewi Kwan Im, altar Ya Ti kong, Cao Eng Kik Liek, dan Suie Wie Sen Niang yang berada di altar utama.

Walaupun menjadi tempat ibadah penganut Konghuchu dan Buddha, tetapi masyarakat umum dapat mengunjunginya sebagai destinasi wisata.

2. Kelenteng Amurva Bhumi Blahbatuh

Kelenteng tertua kedua adalah Kelenteng Amurva Bhumi Blahbatu yang sudah ada sejak tahun 1826. Selain usianya yang sudah ratusan tahun, akulturasi agama Hindu dan arsitektur khas Tiongkok sangat terasa.

Kelenteng Amurva Bhumi Blahbatuh berada di Jalan Wisata Gajah Mada Nomor 51, Kemenuh, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Kelenteng ini konon memilliki hubungan erat dengan Kelenteng Caow Eng Bio di Tanjung Benoa.

Di mana kedua kelenteng tertua di Bali ini sama-sama dibangun oleh pendatang dari Pulau Hainan, Tiongkok.

Pada awalnya, Kelenteng Amurva Bhumi Blahbatuh hanya berupa bangunan biasa beratapkan jerami, namun sempat dipugar sebanyak tiga kali, pada tahun 1951, 1968, dan 1988.

Kelenteng ini juga memiliki acara spesial setiap bulan purnama Fik Wik Cap Go atau bulan kedelapan di penanggalan Tiongkok. Meski acara tersebut awalnya hanya dihadiri oleh pejabat kerajaan, penasihat raja, dan pedagang.

Namun dengan berjalannya waktu, masyarakat umum dapat ikut memeriahkannya.

3. Kelenteng Ling Gwan Kiong

Kelenteng tertua ketiga selanjutnya adalah Kelenteng Ling Gwan Kiong yang berdiri sejak 1873 di wilayah eks Pelabuhan Singaraja.

Kelenteng ini letaknya berada di jalan Erlangga Nomor 65, Kampung Bugis, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng dan tak jauh dari Pantai Lovina.

Keberadaan kelenteng yang sudah berusia ratusan tahun ini tidak lepas dari hubungan internasional pada saat itu, antara kerajaan di Bali dengan Dinasti Ching di daratan Tiongkok.

Bangunan kelenteng ini didominasi warna merah, kuning keemasan serta putih layaknya kelenteng Tiongkok pada umumnya. Namun yang menarik pada kelenteng tertua di Bali ini adalah jembatan dengan naga sebagai ornamennya.

Ada pula kolam ikan yang bikin suasana makin tenang, sebab, di kolam tersebut terdapat bunga teratai.

Kelenteng ini memiliki fungsi sebagai tempat peribadatan umat Tri Dharma. Namun, Kelenteng Ling Gwan Kiong konon merupakan satu-satunya kelenteng yang menggunakan desain atap terbuka di Indonesia.

4. Kelenteng Seng Hong Bio

Kelenteng Seng Hong Bio juga menjadi salah satu kelenteng tertua di Buleleng dan Bali.

Kelenteng Seng Hong Bio sudah berdiri sejak 1873 ini berada di jalan Pulau Flores Nomor 1, Kampung Baru, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.

Memiliki fungsi yang sama dengan kelenteng Ling Gwan Kiong, kelenteng ini juga digunakan sebagai tempat ibadah Tri Dharma.

Bahkan, lokasi kelenteng kecil ini berdekatan dengan Kelenteng Ling Gwan Kiong, dan dibangun di tahun yang sama.

Menariknya dari lokasi yang berdekatan antar dua kelenteng ini, setiap perayaan Imlek dan Cap Go Meh, suasana di sekitar kelenteng sangat meriah.

Biasanya, kemeriahan sudah diawali dengan bersih-bersih kelenteng, berlanjut hingga puncak perayaan.

5. Kelenteng Dharmayana

Terakhir adalah kelenteng Dharmayana yang sudah berdiri sejak tahun 1876. Lokasi kelenteng ini berada di sudut Jalan Blambangan tak jauh dari pantai Kuta, Bali.

Kelenteng yang disebut juga Kongco Leeng Gwan kuta ini sangat mudah ditemukan saat berjalan santai di sekitar wilayah tersebut.

Sebab, kelenteng yang terletak di Kabupaten Badung ini juga menjadi salah satu destinasi wisata bagi turis domestik maupun asing.

Konon, Tenzin Gyatso, Dalai Lama ke-14 Tibet pernah mengunjungi kelenteng yang menjadi tempat ibadah umat Tri Dharma saat tur internasional pada 1982 silam.

Kelenteng ini terbuka untuk umum. Namun, Sobat Pesona juga harus mengetahui peraturan di kelenteng tersebut, seperti larangan mengenakan celana pendek ataupun baju singlet.

Pengambilan foto juga diperbolehkan, tapi hanya pada ruangan tertentu yang telah ditentukan.

Adanya kelenteng di Bali membuat wisatawan Tionghoa menganggap Bali sebagai rumah kedua yang nyaman.

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store