Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Pemberdayaan Pangan Lokal: Alternatif Pengganti Beras

Editor:

Penulis  : Ibnu Damar Nuruddin (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jurusan Ilmu Pemerintahan)

Kabar Baru, Opini – Sebagai sebuah negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah tentu ketahanan pangan dalam negeri akan mencukupi. Indonesia sebagai salah satu negara agraris terbesar di ASEAN tentu memiliki keragaman hayati, baik dari sumber kekayaan pangan hewaninya maupun nabati. Namun, beragamnya sumber pangan tersebut tidak bisa menjadi kebiasaan pokok konsumsi bagi masyarakat Indonesia. Kebiasaan mengkonsumsi nasi sebagai sumber makanan pokok, menjadikan masyarakat Indonesia, tidak lepas dari kebiasaan tersebut. Bahkan nasi bisa dijadikan sebagai menu makanan sampingan seperti halnya mie, padahal mie itu sendiri sudah mengandung kadar karbohidrat yang tinggi sama halnya seperti nasi, kebiasaan mengkonsumsi makanan dianggap tidak sah apabila tidak diiringi dengan  sepiring nasi. Paradigma tersebut tercipta perihalnya dengan mengkonsumsi nasi kita akan lebih lama kenyang selama beraktifitas, hal tersebutlah yang menyebabkan beras menjadi komoditi utama dalam menunjang kebutuhan masyarakat.

Jasa Backlink

Pengkosumsian beras yang tinggi membutuhkan peran sektor pertanian yang sepadan, meskipun Indonesia dinilai sebagai negara penghasil beras terbesar kedua di ASEAN setelah Thailand, namun produksi beras dalam negeri belom mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional yang sangat terpacu dengan beras, bahkan sering kali beras yang dikonsumsi masyarakat adalah beras impor dari luar negeri. Salah satu faktor penyebab impor beras adalah harga yang relatif lebih murah serta kualitas memiliki kualitas baik, berbanding terbalik dengan beras produksi dalam negeri yang belum mampu bersaing akan kualitasnya, serta harga yang cukup mahal dibanding beras impor. Hal tersebutlah yang menjadikan pemerintah kurang mendukung produksi dalam negeri, selain itu juga adanya impor beras ini dianggap sebagai salah satu upaya pemerintah untuk menyeimbangi permintaan pangan dalam negeri yang sangat tinggi terkait ketergantungan dengan konsumsi beras sebagai bahan pokok.

Kekayaan yang sangat melimpah atas komoditi dan rempah-rempah, menjadikan ketergantungan akan konsumsi beras sebagai kebiasaan yang kurang baik, dikarenakan masih banyak sumber makanan pokok yang memiliki sumber karbohidrat tinggi dan serupa dengan beras. Dalam menangani ketergantungan beras tersebut pemerintah sebagai puncak sektor pertanian perlu melakukan diversifikasi pangan dengan tujuan untuk menjadikan produksi pangan local sebagai alternatif sumber pangan non beras. Kurangnya lahan pertanian dizaman sekarang dibutuhkannya diversifikasi pangan berkelanjutan, tujuannya sebagai cadangan alternatif dimasa yang akan mendatang apabila ketersediaan dan kualitas padi menurun. Program diversifikasin pangan tersebut bahkan didukung oleh Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang kebijakan percepatan keanekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya pangan lokal.

Adanya peraturan presiden, menjelaskan langkah yang harus diambil oleh pemerintah dalam menciptakan sumber pangan pangan baru pengganti beras, banyaknya sumber daya pangan disekitar kita yang kurang diminati, dikarenakan masyarakat selalu bergantung dengan beras, sehingga komiditi lain kurang dilirik. Dalam mendukung pemberdayaan pangan alternatif pemerintah juga harus mendukung dan mengakomodir segala produksi pangan lokal, seperti halnya produksi singkong, umbi-umbian dan kacang-kacangan yang memiliki nilai karbohidrat serta gizi yang lebih baik dibanding beras. Selain itu juga dibutuhkan peran pemerintah dalam  turut membantu dan mensosialisasikan terkait pangan lokal tersebut sebagai pangan alternatif, perihalnya sumber pangan ini sudah hadir ditengah-tengah masyarakat, namun masyarakat itu sendiri belum secara detail mengetahui kelebihan yang terkandung didalam singkong ataupun umbi-umbian lainnya.

Melimpahnya komiditi lokal seperti singkong, umbi-umbian dan kacang-kacangan, akan menjadi sebuah nilai investasi buat ketahanan pangan nasional apabila pemerintah dan masyarakat sudah mampu berkolaborasi serta berinovasi dalam memberdayakan dan mengembangkan komoditi tersebut. Konsistensi pemberdayaan tersebut memungkinkan pangan lokal non beras tersebut dapat menjadi bahan pokok berkelanjutan selanjutnya di masa yang akan mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Armaini, Desi dan Eddy Gunawan. (2016). Pengaruh produksi beras, harga beras dalam negeri dan produk domestik bruto terhadap impor beras Indonesia. Jurnal ilmiah mahasiswa ekonomi pembangunan, 1 (2), 455-466.

Ikhram, Ainal dan Indira Chotimah. (2022). Pemberdayaan masyarakat diversifikasi pangan masyarakat melalui inovasi pangan lokal dari singkong. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 6 (1), 271-278.

Paipa, Sahrul dan Muhammad abrar. (2020). Determinan ketergantungan impor beras di Indonesia [determinants of rice import dependency in Indonesia]. Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Publik, 11 (1), 53-64.

 

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store