Ayah Lafran Pane ! Teladan Bagi Kader HMI di Seluruh Indonesia

Editor: Ahmad Arsyad
Kabar Baru, Opini – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi kemahasiswaan tertua di Indonesia, tentu memiliki kolektif memori yang panjang.
Melalui tangan dingin lafran pane, pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H / 05 Februari 1947 M di Sekolah Tinggi Islam sekarang bernama Universitas Islam Indonesia berdirilah sebuah wadah para mahasiswa Islam untuk merespon situasi kemahasiswaan, keummatan dan kebangsaan pada saat itu.
Sejak awal kelahiran, misi ke-Indonesia-an dan Keislaman menjadi fighting spirit dari keluarga besar himpunan, dalam melawan agresi militer Belanda dan sekutu yang hendak kembali menjajah bumi Nusantara.
Di samping menguatnya kelompok sosialis dalam pemerintahan Syahrir dan Amir Syarifuddin, serta mengerasnya persaingan mahasiswa sosialis versus Islam dalam gerakan kemahasiswaan-kepemudaan, disitu dan pada soal-soal itulah HMI hadir merespon tantangan zaman pada masanya.
Setelah melewati fase-fase itu, organisasi ini tetap dan terus eksis hingga sekarang sebagai sebuah organisasi mahasiswa, perkaderan, serta perjuangan yang identik dengan nilai Keislaman, ke-Indonesia-an serta kemodernan yang merupakan basis pergolakan pemikiran para founding father HMI.
Situasi perkaderan, komponen yang menjadi urat nadi organisasi, baik dalam arus kultural maupun struktural HMI dalam perjalanan nya senantiasa dirawat sebaik mungkin, agar keberadaan nya dapat dirasakan dan memberikan manfaat terhadap ummat dan bangsa.
Sebagai organisasi yang akan menginjak umur 76 tahun, HMI menurut ukuran umur manusia, secara psikologis telah melewati usia transisi dan kematangan berpikir bahkan jika umur HMI dipersamakan sebagian umur rata-rata masyarakat Indonesia.
Maka dia berada pada fase menunggu akan berpulang kepada Rabb-nya. Dalam konteks inilah, apresiasi kita terhadap HMI menjadi sangat menarik untuk dielaborasi.
HMI tentu sangat diharapkan tetap mampu mentransformasikan gagasan dan aksinya terhadap rumusan cita yang ingin diwujudkan yakni “Terbinanya Insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT.
Maka aktivitas keseharian HMI harus senantiasa mendekatkan diri pada realitas masyarakat dan secara intens membangun proses dialektika secara objektif, dalam hal ini kader HMI harus memilki keberpihakan terhadap kaum tertindas, serta memperjuangkan kepentingan kelompok ini.
Tentunya kelima kualitas insancita tersebut akan terwujud ketika nuansa aktifitas organisasi berlandaskan pada kebutuhan, baik itu kebutuhan individu kader HMI maupun kebutuhan organisasi, ummat dan juga bangsa tentunya.
Catatan Kritis Himpunan
Saat ini HMI diperhadapkan dengan berbagai macam tantangan, dari skala global hingga isu kedaerahan membingkai kompleks aktifitas organisasi.
Kondisi dunia internasional hari ini jauh berbeda dengan 10-15 tahun silam, era abundance (keberlimpahan) informasi akibat percepatan arus digitalisasi memberikan perubahan cara manusia dalam beraktivitas pada semua bidang.
Tidak terlepas pula dalam cara berorganisasi, pragmatisme menjadi kerangka berfikir ketika bergerak dalam organisasi yang mengakibatkan spirit perjuangan dan militansi kader mengalami kemerosotan.
Ditambah lagi suasana post-pandemi yang melingkari bangsa Indonesia juga mempengaruhi gerakan organisasi sebesar HMI. Kaderisasi secara kultural dan aturan main organisasi menjadi terhambat dan perlu proses pemugaran.
Dalam narasi kebangsaan, dialektika “Indonesia emas 2045” dan bonus demografi menjadi tema utama dalam forum formal hingga dari sudut-sudut warung kopi.
Harapannya adalah kaum muda sekarang yang akan mengisi peranan penting dalam periode tersebut, kader HMI sebagai muslim intelegensia wajib menjadi aktor dalam merespon tantangan besar di atas.
Beriringan dengan hal tersebut, dalam dinamika empirik organisasi saat ini, Nampak bahwa HMI semakin kehilangan ruhnya dalam setiap aktivitas, baik ruh intelektualisme, sikap kritisnya, maupun semakin hilangnya warna nilai-nilai Keislaman dalam dinamika empirik organisasi.
Hal ini pun mendapat kritik tajam dari sejarawan HMI, Agus Salim Sitompul yang seolah menghujat HMI dalam karya bukunya 44 Indikator Kemunduran HMI.
Diperparah lagi dengan situasi krisis kepemimpinan yang tidak dapat menyelesaikan masalah internal, konflik struktural Pengurus Besar HMI yang berkepanjangan sehingga hilirnya kader akan kehilangan konsentrasi dalam merespons isu-isu keumatan dan kebangsaan, serta akan lambat merespons isu-isu yang kontemporer.
Ketum PB HMI 2021-2023, Raihan Ariatama menjelaskan dalam forum Intermediate training Cabang Karawang 2 tahun lalu, era tahun 70-an hingga 80-an merupakan masa ke-emasan HMI, pasca itu mengalami stagnasi dan bahkan kemerosotan yang tajam.
HMI seolah kehilangan arah dan tak mampulagi melahirkan tokoh – tokoh bangsa yang militansi baik secara intelejensia maupun secara pergerakan. HMI seolah tidak mampu lagi melahirkan tokoh sekaliber Nurcholis Madjid (cendikiawan).
Ada juga KH. Hasyim Muzadi (Ulama’), Akbar Tandjung (politisi) dan juga Jusuf Kalla yang pernah menjadi Wakil Presiden selama dua periode dengan presiden yang berbeda (SBY dan juga Jokowi).
Bahkan Nurkholis Madjid pun pernah mengucapkan kritik keras dengan kalimat “Bubarkan HMI” sebagai bentuk dari kekecewaan dan juga alienase kader terhadap sejarah perjalanan Himpunan Mahasiswa Islam.
Melihat realitas objektif ini tentunya menjadi sebuah ironi bagi organisasi sebesar Himpunan Mahasiswa Islam yang hari ini telah memiliki 210 Cabang.
Spirit Muslim, Intelektual, Professional yang menjadi keharusan dimiliki oleh setiap individu kader seolah tenggelam oleh perkembangan dan perubahan zaman.
Dekadensi (kemerosotan) dalam HMI tersebut begitu terasa skala nasional, tidak terlepas HMI Cabang Jember. Implikasinya terhadap keberadaan HMI di berbagai medan perjuangan medan Kemahasiswaan, Ke-ummatan & Kebangsaan secara signifikan tidak dapat dirasakan.
Boleh jadi jika dianalogikan HMI sebagai sebuah perusahaan sesungguhnya kita mulai merasakan bahwa berbagai jenis produk yang dihasilkan oleh perkaderan HMI sudah mulai ditinggalkan oleh konsumen.
Banyak hal yamg menjadi sebab kenapa kesetiaan konsumen kepada kita mulai berkurang, tentu jawabannya adalah bisa jadi semakin banyak para pesaing yang menghasilkan produk yang sama dengan kita atau mungkin strategi marketing kita semakin lemah, atau bahkan mungkin kualitas produk yang kita hasilkan semakin rendah dan tak mampu bersaing diera ini.
HMI Cabang Jember Menjawab Pergolakan Zaman
Dalam pendekatan historis, HMI Cabang Jember memiliki catatan panjang perjalanan organisasi dari masa ke masa. Separuh abad lebih HMI telah berdiri dan berkontribusi terhadap dinamika perkembangan masyarakat dan kemahasiswaan di Jember.
Dari masa awal kelahiran, Baik dalam pemikiran ataupun gerakan HMI Cabang Jember senantiasa berusaha hadir memberikan angin segar di daerah Jember dan kabupaten lain disekitarnya.
Disisi lain dalam konteks kekinian, konstelasi pergolakan pemikiran dan gerakan, serta tantangan yang di alami HMI Cabang Jember saat ini tidak jauh berbeda dengan kondisi objektif HMI secara nasional.
Dalam kawah internal organisasi, budaya Keislaman dan intelektual yang menjadi nilai luhur dan identitas kader HMI mengalami kemerosotan.
Tantangan berikutnya yang tidak kalah penting direspon adalah kondisi era abundance diakibatkan derasnya arus digitalisasi yang berbalut lengkap dengan suasana post-pandemi, menempatkan pragmatisme menjadi kerangka berfikir ketika bergerak dalam berorganisasi, yang mengakibatkan spirit perjuangan dan militansi kader mengalami degradasi.
Kaderisasi secara kultural dan aturan main organisasi menjadi terhambat, sehingga perlu adanya proses pemugaran. Beriringan dengan catatan kritis tersebut, tema Indonesia emas 2045 dan bonus demografi juga menjadi tuntutan HMI Cabang Jember untuk berkontribusi menjadi pelopor didalamnya.
Melihat kondisi tersebut dalam konteks kemahasiswaan, keummatan dan kebangsaan, maka tuntutan reposisi HMI menjadi sesuatu yang sangat urgen untuk disahuti.
Hal tersebut kemudian mengharuskan kita melakukan evaluasi atas kebijakan positioning organisasi selama ini untuk menjawab berbagai tantangan zaman yang terus bergolak, berbagai upaya terapi mesti dilakukan HMI Cabang Jember dalam upaya menjawab tantangan tersebut.
Memberikan penegasan gerakan yang berpangkal pada nilai-nilai ke-Islaman dan intelektual adalah solusi alternatif pertama yang harus diutamakan.
Islam sebagai doktrin ideologis adalah system nilai yang secara sadar dipilih untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan serta masalah yang terjadi dalam komunitas masyarakat yang transformatif.
Dari komunitas ini perlu peningkatan transformatif terhadap ajaran-ajaran dasar Islam, tentang persaudaraan universal (Universal Brotherhood), Keseteraan (equality), Keadilan social (social Justice) dan Keadilan ekonomi (economie justice).
Ini merupakan cita-cita yang memiliki aspek liberatif, sehingga dalam usaha untuk mewujudkannya membutuhkan transaksi nilai, yang mampu memberdayakan para pengikutnya, dengan menjauhkan formalism simbolik dalam sebuah proses keyakinan-Nya.
Oleh karenanya, dalam menjalankan roda organisasi Islam (HMI), tradisi ke-Islaman harus membingkai kadernya dalam beraktivitas sebagai spirit perjuangan dan identitas sosial.
Selanjutnya membangkitkan tradisi intelektual bagi kader-kader HMI Cabang Jember, juga merupakan hal prioritas yang mesti terjawab dalam setiap gerak dan nafas organisasi.
Aktivitas organisasi harus senantiasa mampu melakukan penguatan visi intelektual kader, sehingga ia mampu mengembalikan citra dan ciri HMI, sebagai organisasi Mahasiswa yang kritis, analisis, objektif dan berani.
Hal ini dapat diperbanyak dengan memperbanyak kelompok diskusi yang kontinyu, dengan pemanfaatan sarana diskusi baik secara langsung maupun melalui ruang online.
Hal lain yang dapat dilakukan untuk memenuhi tuntutan ini yaitu menciptakan iklim organisasi yang menghargai prestasi akademik, ditambah dengan modernisasi organisasi melalui fasilitas teknologi informasi yang memadai.
Tentunnya intelektual HMI, bukan inteletual buku saja, tetapi mampu membumikan konsep Rahmatan Lilalamin dalam realitas social. Sehingga dalam konsep trilogi Iman, Ilmu, Amal, mewujudkan amalan yang inovatif dalam realisasinya.
Setiap organisasi pasti berinteraksi dengan lingkungannya, karena itu dibutuhkan organisasi yang tanggap terhadap perubahan konstelasi dunia yang terus berubah; social ekonomi, lingkungan hidup, kebangsaan dan keummatan yang cepat.
Model organisasi yang statis tidak lagi menarik dalam kondisi lingkungan yang terus berubah, dan inilah tantangan organisasi masa depan. Kita tentunya tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya HMI.
Jika system yang ada didalamnya tidak berfungsi sebagaimana layaknya organisasi kader sekaligus organisasi perjuangan, yang gagal mengendalikan lingkungannya sebagai wilayah ekspansi Misi yang hendak dicapai.
Kemungkinannya hanya dua, jika hubungan organisasi dengan lingkungan eksternalnya pada posisi mengendalikan berarti produk yang dihasilkan cukup markteble dan memungkinkan tetap eksisnya organisasi.
Tetapi jika hubungan organisasi dengan lingkungan eksternalnya pada posisi dikendalikan maka dapat dikatakan organisasi gagal menjalankan Misinya dan ada serta tiadanya sama saja.
Mengubah wajah HMI menjadi organisasi yang dinamis dan modern adalah tanggungjawab semua kader HMI dan itu harus dijadikan komitmen semua potensi yang ada, baik dalam organisasi HMI maupun KAHMI (Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam).
HMI Cabang Jember yang diharapkan tampil progresif, harus secepatnya melakukan terapi pembenahan-pembenahan organisasi.
Disamping penegasan gerakan islamisasi dan intelektualisme secara komperhensi, manajemen organisasi yang rapi dan transformatif, serta maksimalisasi aparatur organisasi senantiasa menjadi hal yang signifikan untuk segera dilaksanakan.
Kemudian selanjutnya harus menciptakan iklim pembelajaran yang efektif dan efisien, dalam hal ini diperlukan sistem perkaderan yang berjalan secara sistemik dan sistematis.
Secara sistemik, pemfokusan kebutuhan kader pada setiap jenjang nya berdasarkan semester kuliah/jenjang training harus dipenuhi secara bertahap dan proporsional.
Kemudian secara sistematis pemerataan kaderisasi berbasis zonasi pengkaderan sesuai latar belakang fakultas/kampus dan saling berhubungan antara perkaderan formal dan informal dalam proses pembentukan dan pengembangan kader.
Dilain sisi dalam rangka pemenuhan kebutuhan perkembangan kondisi sosial yang semakin maju, optimalisasi lembaga pengembangan profesi menjadi tumpuan dalam pembentukan skill personal kader HMI.
Berbicara perjalanan perjuangan organisasi, skill komunikasi menjadi salah satu kunci suksesnya menjalankan misi organisatoris.
Oleh karena itu HMI Cabang Jember harus mampu membuat iklim organisasi yang komunikatif dengan memakai prinsip partisifatif, transparan dan efesien.
System informasi harus memadai sehingga akses komunikasi baik secara mikro (internal), maupun makro (eksternal) organisasi dapat diakses lebih cepat terutama dalam pengambilan keputusan organisasi, untuk menyikapi situasi yang berkembang.
Secara persisten HMI Cabang Jember harus berinteraksi sebaik mungkin dalam menjalankan misinya, agar gerakan organisasi dapat dijalankan secara versatil.
Selanjutnya sebagai sebuah organisasi perjuangan yang menghimpun kaum intelektual muslim, angin pencerahan bukan hanya dihembuskan kepada kaum mahasiswa, namun aktualisasi gerakan yang berdampak terhadap rakyat harus senantiasa diupayakan secara nyata.
Seirama dengan catatan yang termaktub dalam mukadimah pedoman perkaderan HMI, Semangat egalitarisme, visi kerakyatan, keberpihakan tehadap kaum yang tertindas harus dimiliki setiap kader HMI dan senantiasa dikembangkan dalam rangka reposisi peranan kader HMI sebagai penerus perjuangan para nabi.
Kesadaran memikirkan kejayaan HMI ke depan merupakan tugas wajib yang harus dipahami dan dimiliki oleh segenap keluarga besar HMI Cabang Jember.
Semoga catatan kecil di atas dapat kita jadikan refleksi bersama dalam melihat peta jalan HMI Cabang Jember ke depan. Apabila terdapat kata, kalimat, pendapat, dan lainnya, yang berbeda maksud atau makna dengan persepsi pembaca sekalian, kiranya dapat kita diskusikan secara lebih dalam guna penyempurnaan pandangan.
Semoga himpunan kita mampu bersaing dan menikmati era modern ini secara positif.
YAKUSA
Penulis adalah ikhlasun Malik fajar, calon ketua umum HMI Cabang Jember Periode 2023-2024