Waketum Gema Garuda Nusantara: Korupsi Semakin Marak, Revolusi Moral Diperlukan

Jurnalis: Bahiyyah Azzahra
Kabar Baru, Jakarta —Wakil Ketua Umum Gema Garuda Nusantara, Pesman Laia, mengungkapkan kegelisahannya terhadap semakin maraknya praktik korupsi di Indonesia. Dalam pernyataan sikapnya, Pesman menyoroti bobroknya sistem hukum yang dinilai tidak lagi berpihak kepada keadilan, tetapi justru tunduk kepada kekuatan uang.
“Korupsi adalah satu-satunya pekerjaan yang hasilnya fantastis, namun belum ada profesi atau pekerjaannya,” ujar Pesman, menyindir realitas pahit yang terjadi di negeri ini. Ia mengaku mengalami kesedihan dan kegelisahan yang mendalam melihat bagaimana budaya merampas dan memanfaatkan demi kepentingan tertentu semakin merajalela.
Salah satu kasus yang ia soroti adalah putusan bebas terhadap korporasi minyak goreng yang dinilainya sangat memalukan. “Borok dan paling memalukan menurut saya. Putusan hakim bisa dibeli. Pengadilan seharusnya menjadi benteng keadilan, tapi ternyata toga dan palu hakim bisa diatur oleh uang,” tegasnya. Pernyataan ini mencerminkan keresahannya terhadap lemahnya penegakan hukum yang seharusnya menjunjung tinggi keadilan.
Lebih lanjut, Pesman mengecam praktik suap dalam sistem hukum yang memperlihatkan betapa mudahnya aparat hukum menyogok sesama penegak hukum. Menurutnya, kondisi ini semakin membuat masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap institusi hukum di Indonesia. “Jika saya bilang biadab, busuk memang,” katanya dengan nada geram.
Namun, di tengah pesimisme terhadap sistem hukum, Pesman memberikan apresiasi terhadap Kejaksaan Agung yang menurutnya masih memiliki integritas dan profesionalisme dalam menjalankan tugasnya. “Saya sangat terkesan dengan tindakan Kejaksaan Agung. Mereka menunjukkan keberanian dan integritas di tengah bobroknya hukum yang semakin terbuka lebar,” ungkapnya.
Sementara itu, Pesman juga mengomentari usulan Ketua Mahkamah Agung. Prof. Sunarto yang meminta agar gaji para hakim dinaikkan. Menurutnya, permintaan tersebut tidak akan serta-merta memperbaiki kualitas penegakan hukum. “Gak semua orang punya mental miskin, tapi mereka ngotot banget. Korupsi itu pekerjaan paling gampang, tinggal buang harga diri,” sindirnya.
Dalam pandangannya, korupsi tetap subur di Indonesia bukan karena tidak adanya hukum, tetapi karena hukum tidak ditegakkan secara adil dan konsisten. Oleh karena itu, menurutnya, reformasi sistem saja tidak cukup untuk mengubah keadaan. “Yang kita butuhkan bukan hanya reformasi sistem, tetapi juga revolusi moral dan budaya hukum,” tutup Pesman.
Pernyataan ini menjadi suara lantang bagi masyarakat yang menginginkan perubahan nyata dalam sistem hukum dan tata kelola pemerintahan. Dengan semakin maraknya kasus korupsi, tantangan terbesar bangsa ini adalah bagaimana menegakkan hukum secara adil tanpa intervensi kepentingan politik dan ekonomi.