Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Isra Mi’raj dan Pembentukan Karakter Akademik: Belajar dari Keteladanan Nabi

Harry Yulianto.

Editor:

Pendidikan : Harry Yulianto (Akademisi STIE YPUP Makassar)

Di era digital, dunia akademik menghadapi tantangan besar dalam menjaga integritas dan karakter. Perkembangan teknologi mempermudah akses informasi, namun juga memberikan celah bagi maraknya plagiarisme, manipulasi data, dan penurunan etika penelitian. Menurut Anderson dan Rainie (2012) dalam Networked: The New Social Operating System, kemudahan akses internet telah memengaruhi cara manusia memproses dan menyikapi informasi, termasuk dalam konteks akademik. Fenomena tersebut menuntut pembentukan karakter yang kuat untuk menjaga kejujuran dan tanggung jawab ilmiah.

Jasa Penerbitan Buku

Perubahan signifikan juga melibatkan budaya instan yang semakin kuat. Banyak mahasiswa dan peneliti cenderung mengambil jalan pintas dalam menyelesaikan tugas atau penelitiannya, tanpa mempertimbangkan dampak etisnya. Menurut Bielska dan Rutkowski (2022) dalam Journal of Academic Ethics menyatakan bahwa tingkat pelanggaran akademik terus meningkat, terutama dalam bentuk plagiarisme yang semakin canggih. Hal tersebut menunjukkan bahwa integritas akademik membutuhkan perhatian serius pada dunia pendidikan.

Platform digital telah menciptakan peluang kolaborasi yang lebih luas, namun sering kali tanpa disertai pengawasan yang memadai. Ketidaktahuan tentang hak cipta atau kurangnya penghormatan terhadap karya orang lain menjadi salah satu contoh nyata lemahnya karakter akademik dalam era ini. Dampaknya, dunia akademik menghadapi tantangan untuk menanamkan nilai-nilai moral yang lebih kuat di tengah derasnya arus digitalisasi.

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa pembentukan karakter akademik tidak cukup hanya dengan pendekatan teknis atau administratif. Namun, diperlukan landasan moral yang kuat, yang mengakar pada nilai-nilai spiritual dan keagamaan, agar etos akademik dapat terjaga. Salah satu inspirasi yang relevan dengan mengambil pelajaran dari peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW, yang sarat dengan pesan tentang kejujuran, amanah, dan integritas.

Isra Mi’raj dan Tantangan Dunia Akademik

Isra Mi’raj adalah peristiwa penting dalam Islam yang menggambarkan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW ke Sidratul Muntaha. Perjalanan ini tidak hanya bermakna secara spiritual, tetapi juga mengandung pesan moral yang relevan bagi kehidupan, termasuk dalam dunia akademik. Dalam Al-Quran, Allah berfirman, “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha” (QS Al-Isra: 1). Ayat ini mengandung makna tentang amanah besar yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah.

Pada konteks akademik, amanah ini dapat diartikan sebagai tanggung jawab moral seorang akademisi dalam menjalankan tugasnya. Akademisi, baik mahasiswa maupun dosen, diharapkan mampu menjaga kejujuran dalam penelitian, penulisan ilmiah, pengabdian kepada masyarakat, maupun pengajaran. Namun, tantangan di era modern, seperti maraknya plagiarisme dan manipulasi data, sering kali membuat amanah ini terabaikan.

Isra Mi’raj mengajarkan pentingnya kesungguhan dan konsistensi dalam menjalankan tugas. Nabi Muhammad SAW menempuh perjalanan yang sangat berat sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Hal ini mengingatkan kita bahwa dedikasi dalam dunia akademik juga membutuhkan perjuangan dan keteguhan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga” (HR Muslim).

Pesan lainnya yang dalam Isra Mi’raj tentang pentingnya komunikasi dan kolaborasi yang sehat. Dalam perjalanan Isra Mi’raj, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan para nabi sebelumnya dan berdialog dengan mereka. Hal ini dapat dijadikan teladan dalam membangun kolaborasi akademik yang jujur dan saling menghormati. Tidak hanya untuk mengejar hasil (output), tetapi juga menjaga integritas dan nilai moral.

Isra Mi’raj memberikan inspirasi bahwa proses akademik bukan hanya tentang pencapaian intelektual, tetapi juga tentang bagaimana menjaga nilai-nilai moral dan spiritual. Pada dunia akademik modern, hal ini menjadi tantangan yang membutuhkan perhatian dari berbagai pihak.

Isra Mi’raj sebagai Pilar Etika dan Integritas

Peristiwa Isra Mi’raj mengandung banyak pelajaran yang dapat dijadikan pilar dalam membangun etika dan integritas di dunia pendidikan. Salah satu nilai utama yang dapat diambil adalah kejujuran. Nabi Muhammad SAW, sebagai sosok yang dijuluki Al-Amin, menunjukkan bahwa kejujuran sebagai pilar dari setiap amanah. Pada dunia akademik, kejujuran menjadi kunci untuk menghasilkan karya ilmiah yang bermutu dan dapat dipercaya.

Integritas juga menjadi nilai penting yang tercermin dalam peristiwa Isra Mi’raj yang mengajarkan bahwa setiap tugas yang diamanahkan harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Pada konteks pendidikan, setiap akademisi harus menjalankan tugasnya dengan menjunjung tinggi etika. Hal ini relevan dengan pendapat Kohn (1993) dalam Punished by Rewards: The Trouble with Gold Stars, Incentive Plans, A’s, Praise, and Other Bribes yang menekankan bahwa integritas sebagai pilar utama dalam membangun kredibilitas akademik.

Isra Mi’raj mengajarkan pentingnya keteguhan hati dan kesabaran. Dalam menjalani tugas akademik, sering kali muncul berbagai tantangan yang menguji integritas dan kesabaran seseorang. Perjalanan Nabi Muhammad SAW yang penuh ujian mengingatkan kepada kita bahwa setiap tantangan dapat diatasi dengan keyakinan yang kuat dan usaha yang konsisten.

Pesan lainnya mengenai pentingnya menjaga niat yang lurus. Dalam hadis disebutkan, “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya” (HR Bukhari). Hal ini relevan dalam dunia akademik, di mana setiap proses penelitian, pembelajaran, dan pengajaran harus dilandasi niat untuk mencari kebenaran dan manfaat bagi masyarakat.

Dengan menjadikan peristiwa Isra Mi’raj sebagai inspirasi, dunia pendidikan dapat membangun lingkungan yang lebih etis dan bermoral. Nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa Isra Mi’raj dapat menjadi pedoman bagi setiap akademisi untuk menjaga amanah ilmu dan tanggung jawab moralnya.

Membangun Moralitas Akademik Berbasis Nilai Keislaman

Isra Mi’raj mengajarkan bahwa perjalanan hidup tidak hanya tentang pencapaian, tetapi juga tentang bagaimana menjaga nilai-nilai moral dan spiritual dalam setiap langkah. Pada dunia akademik, pelajaran ini relevan untuk membangun karakter yang jujur, amanah, dan bertanggung jawab. Sebagaimana kata Imam Al-Ghazali, “Ilmu tanpa akhlak adalah kegilaan, dan akhlak tanpa ilmu adalah kehampaan.”

Dalam menghadapi tantangan era digital, dunia pendidikan harus berkomitmen untuk menanamkan nilai-nilai moral yang kuat. Integritas akademik harus menjadi pondasi utama dalam setiap aktivitas penelitian, pengajaran, dan pembelajaran. Hal ini hanya dapat dicapai jika pendidikan tidak hanya berfokus pada pencapaian intelektual, tetapi juga pada pembentukan karakter.

Dengan menjadikan peristiwa Isra Mi’raj sebagai inspirasi, kita dapat menciptakan generasi akademisi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara moral. Nilai-nilai keislaman yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dapat menjadi panduan bagi setiap individu untuk menjalani perannya dalam dunia akademik dengan penuh tanggung jawab.

Membangun moralitas akademik berbasis nilai keislaman merupakan investasi jangka panjang untuk menciptakan peradaban yang lebih baik. Dengan meneladani Nabi Muhammad SAW, kita tidak hanya akan memperbaiki dunia akademik, namun juga memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat dan umat manusia.

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store