Ditetapkan Rais Aam PBNU, Miftachul Akhyar Diminta Tak Rangkap Jabatan
Jurnalis: Alberto Salim
KABARBARU, JAKARTA – Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa) Muktamar ke-34 Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta Miftachul Akhyar tidak merangkap jabatan usai terpilih sebagai Rais Aam PBNU 2021-2026.
Anggota Ahwa Zainal Abidin mengatakan pihaknya ingin Rais Aam fokus mengembangkan PBNU. Permintaan itu pun didukung oleh sembilan ulama sepuh pada pertemuan tertutup Ahwa.
“Kalau ingin menjadi Rais Aam NU 2021-2026, diharapkan untuk tidak rangkap jabatan di organisasi yang lain dan itu disetujui oleh semua anggota Ahwa,” kata Zainal dalam Muktamar ke-34 PBNU di Lampung Tengah, Jumat (24/12).
Para anggota Ahwa mengajukan harapan itu langsung ke Miftachul. Zainal bilang Miftachul menyanggupi permintaan itu.
“Beliau berkata dengan sangat santun sekali sami’na wa’atho’na,” ucap Zainal menirukan pernyataan Miftachul.
Seperti diketahui, saat ini Miftachul menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2020-2025. Dia memimpin MUI setelah terpilih dalam Munas MUI 2020.
Ahwa juga berpesan agar Miftachul membuka pencalonan ketua umum PBNU seluas-luasnya. Miftachul diminta menerima siapapun yang mencalonkan diri untuk posisi tersebut.
Miftachul pun disebut menyanggupi permintaan itu. Dia akan menerima setiap bakal calon ketua umum PBNU yang memenuhi syarat.
Pada muktamar kali ini, PBNU membentuk Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa) yang terdiri dari sembilan orang kiai sepuh. Kelompok ini bertugas memilih Rais Aam PBNU periode 2021-2026.
Tugas pertama Rais Aam adalah menyeleksi calon ketua umum PBNU. Setelah itu, kandidat-kandidat ketua umum akan dipilih hari ini juga.