Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Belajar Hemat di Tengah Gejolak Ekonomi: Refleksi TW II 2025

kabarbaru.co
Muhammad Ghofar Ali.

Editor:

Opini—Memasuki Triwulan II (TW II) tahun 2025, perekonomian Indonesia tengah menghadapi tantangan struktural yang kompleks. Pemerintah, melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025, mengambil langkah konsolidasi fiskal dengan menetapkan efisiensi anggaran negara hingga Rp306,7 triliun. Anggaran ini dipangkas dari belanja kementerian/lembaga sebesar Rp256,1 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp50,6 triliun. Meskipun bertujuan menjaga kesinambungan fiskal, kebijakan ini berdampak langsung pada berkurangnya stimulus bagi sektor riil, terutama UMKM.

Sektor UMKM yang sebelumnya mendapatkan dukungan negara kini menghadapi realitas baru: akses terhadap bantuan produktif, pelatihan, dan fasilitasi pasar menjadi lebih terbatas. Dalam kondisi daya beli masyarakat yang melemah, pelaku usaha kecil harus berjuang ekstra untuk bertahan. Situasi ini diperburuk oleh permintaan domestik yang stagnan. Berdasarkan laporan “Indikator Ekonomi Makro Februari 2025,” pertumbuhan ekonomi nasional pada Kuartal IV/2024 hanya mencapai 5,05%, stagnan dibandingkan tahun sebelumnya. Konsumsi rumah tangga pun melambat, tercermin dari penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 123,8 pada Desember 2024 menjadi 121,6 pada Januari 2025.

Jasa Backlink

Dalam bidang ketenagakerjaan, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) menambah beban ekonomi nasional. Data Kementerian Ketenagakerjaan mencatat lebih dari 18.000 pekerja terkena PHK hanya dalam dua bulan pertama 2025. Sementara Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) melaporkan angka yang lebih tinggi, yakni lebih dari 60.000 pekerja terdampak. PHK melanda berbagai sektor—mulai dari industri digital seperti Gojek dan Grab, hingga manufaktur, otomotif, dan tekstil ekspor. UMKM pun turut merasakan tekanan akibat pasar yang menyusut dan daya beli yang terus menurun.

Tekanan eksternal turut memperburuk kondisi. Nilai tukar rupiah terus mengalami depresiasi, bertahan pada kisaran Rp15.900–Rp16.100 per USD sejak awal Februari, dipicu oleh penguatan dolar AS akibat kenaikan suku bunga The Fed. Ini memperberat biaya impor bahan baku dan barang modal. Di pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi hingga 3,4% sepanjang Januari–Februari 2025, menandakan pelemahan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi domestik.

Sementara itu, neraca perdagangan mulai menunjukkan sinyal rawan defisit. Nilai ekspor Indonesia menurun dari USD 20,9 miliar (Desember 2024) menjadi USD 19,3 miliar (Januari 2025), sedangkan impor justru naik menjadi USD 18,7 miliar pada periode yang sama. Ketidakseimbangan ini dipengaruhi oleh kebijakan tarif tinggi dari Amerika Serikat serta melambatnya permintaan dari mitra dagang utama seperti China dan Uni Eropa.

Namun, di tengah tantangan ekonomi yang mengemuka, muncul ruang untuk refleksi dan perbaikan budaya konsumsi, terutama di kalangan generasi muda. Ketika negara sedang menyesuaikan postur fiskalnya, masyarakat—khususnya anak muda—perlu merespons dengan menyesuaikan gaya hidupnya. Di sinilah pentingnya menumbuhkan gaya hidup hemat yang cerdas dan produktif.

Hemat bukan berarti menolak kenyamanan, tetapi mencerminkan kecerdasan finansial dan etika konsumsi. Generasi muda harus mulai membedakan mana kebutuhan esensial dan mana yang sekadar keinginan. Menekan pengeluaran untuk hal-hal non-esensial seperti belanja daring impulsif, langganan digital berlebihan, atau konsumsi gaya hidup yang didikte media sosial, adalah langkah awal menuju ketahanan keuangan pribadi.

Lebih dari itu, gaya hidup hemat perlu diarahkan untuk membangun masa depan: menabung, membentuk dana darurat, dan mulai berinvestasi pada aset produktif. Di tengah penurunan indeks penjualan ritel sebesar 1,2% pada Januari 2025, kebiasaan belanja yang bijak dapat menjadi kekuatan yang menstabilkan ekonomi lokal.

Dalam skala yang lebih luas, generasi muda memiliki posisi strategis dalam pembangunan ekonomi. Mereka bukan sekadar pengamat dari fluktuasi makroekonomi, melainkan pelaku aktif dalam menentukan arah konsumsi, produktivitas, dan inovasi sosial. Hemat bukan hanya nilai moral, tetapi juga strategi ekonomi mikro yang menopang ketahanan makro.

Oleh karena itu, di tengah ketidakpastian global, gaya hidup hemat dan perencanaan finansial yang bijak menjadi pilar penting ketahanan individu dan bangsa. Generasi muda harus menjadi motor perubahan ekonomi—tidak hanya lewat ide-ide besar, tetapi juga melalui keputusan-keputusan kecil dan konsisten dalam keseharian: di meja belanja, di layar ponsel, dan dalam pola hidup sehari-hari.

Penulis adalah Muhammad Ghofar Ali, Aktivis Muda NU

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store