Kisah Pilu di Purwakarta: Ibu Rawat Anak dan Suami Tanpa Kepastian Pengobatan

Jurnalis: Deni Aping
Kabar Baru, Purwakarta – Kesedihan mendalam menyelimuti keluarga Mustakim (61) dan Idoh (43), warga Kampung Parapatan RT 18 RW 09, Desa Selaawi, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta.
Anak bungsu mereka didiagnosis mengidap hidrosefalus sejak usia delapan bulan, yakni kondisi medis akibat penumpukan cairan di otak yang dapat mengganggu fungsi saraf.
Berbagai upaya telah ditempuh keluarga demi pengobatan sang anak. “Saya rela menjual mobil dan aset lainnya demi biaya pengobatan,” ujar Idoh saat ditemui di kediamannya, Rabu (9/4).
Pada usia tiga tahun, anak tersebut sempat menjalani operasi pemasangan Ventriculoperitoneal (VP) Shunt di RS Hasan Sadikin, Bandung.
Prosedur ini bertujuan mengalirkan cairan otak ke rongga perut untuk menurunkan tekanan. Namun, pascaoperasi, kondisi mental dan perilaku sang anak berubah drastis. Ia menjadi agresif dan sering merusak barang, bahkan membahayakan orang sekitar.
“Kadang kami terpaksa mengikat kakinya untuk keselamatan bersama,” ucap Idoh lirih.
Keterbatasan ekonomi membuat keluarga ini tidak mampu melanjutkan pengobatan. Mustakim kini juga menderita stroke akibat tekanan psikis yang berkepanjangan, membuat Idoh harus merawat dua orang sekaligus.
Kondisi keluarga ini mendapat perhatian dari komunitas sosial Bela Purwakarta. Menindaklanjuti laporan warga, pendiri komunitas Aa Komara bersama sejumlah anggota mengunjungi rumah keluarga Mustakim.
“Anak ini harus mendapat pengobatan lanjutan. Kami berharap Pemerintah Kabupaten Purwakarta, bahkan Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi, dapat memberikan perhatian serius,” ujar Aa Komara.
Sebagai bentuk kepedulian, Bela Purwakarta turut memberikan bingkisan Lebaran kepada keluarga. Komunitas ini juga menyatakan komitmennya untuk terus mengawal dan membantu keluarga Mustakim dalam menghadapi kondisi sulit tersebut.