Namanya Brisa

Editor: Ahmad Arsyad
KABARBARU, CERPEN- Senyuman terukir di wajah seorang gadis cilik yang kini sedang menatap gedung sekolah di depannya. Hari ini ia pertama kali masuk sekolah setelah sekian lama mendambakannya. Gadis itu berumur sekitar empat tahun, gadis cilik yang sangat cantik dengan lesung pipit yang berada di pipi kirinya. Namanya Brisa, lebih lengkapnya Brisa Zakia Rahmayu gadis dengan segala kehidupan yang menyedihkan dan haus akan kasih sayang.
“tante, apa nanti Brisa bakal kaya kalau Brisa sekolah?.” Celotehnya dengan suara cadel yang membuatnya terlihat menggemaskan pada perempuan paruh baya yang kini memegang tangannya dan tangan putrinya. Perempuan itu bernama Salma, sahabat dari bunda Brisa. Salma hanya tersenyum mendengar penuturan Brisa, ia pun berjongkok dan dan mengelus rambut Brisa sayang.
“iya sayang, asal Brisa belajar dengan benar.” Jawabnya lembut.
“apa nanti juga Bunda bakalan ada waktu buat Brisa?.” Tanyanya lagi.
“iya.” Jawab Salma.
“kalau gitu Brisa janji Brisa bakal belajar yang bener biar bisa jadi orang kaya.” Celotehnya lagi sambil menatap takjub bangunan di depannya ini.
“mama ayo, aku pengen liat sekolahnya.” Ucap gadis cilik yang umurnya tidak jauh dengan Brisa, gadis itu adalah Zulfa mikaela, anak dari Salma.
“iya ayo.” Ujar Salma sambil membawa kedua gadis cilik itu melihat ke dalam sekolah, ia pergi ke ruang kepsek dan menyuruh Brisa dan Zulfa untuk bermain-main terlebih dahulu di taman yang berada di dalam sekolah itu. Saat bermain ayunan, Brisa terjatuh dan lututnya berdarah, ia pun menangis karena tak kuat menahan sakitnya. Zulfa pun menghampiri Brisa dan duduk di dekatnya.
“Brisa kok lututnya berdarah!!! Zulfa panggilin mama dulu ya.” ucap gadis itu sambil berlalu memanggil mamanya.
“hiks……bunda……lutut aku sakit…..hiks…..” tangis Brisa sambil meniup-niup lututnya.
“hei kamu kenapa?.” Tanya seorang bocah laki-laki yang saat ini sudah berjongkok di dekat Brisa.
“aku….hiks…..jatuh dari….hiks…..ayunan.” jawab Brisa sambil menatap bocah laki-laki itu.
“ya udah kamu tunggu disini aku ambil plester dulu.” Ujarnya sambil meninggalkan Brisa. Tak lama kemudian, Bocah laki-laki itu datang sambil membawa plester di tangannya. Bocah laki-laki itu dengan telaten menaruh plester di luka Brisa sambil meniupnya pelan.
“makasih. Oh ya, nama aku Brisa nama kamu siapa?.” Tanya Brisa sambil menjulurkan tangannya. Laki-laki itu menerima uluran tangan Brisa dan tersenyum yang membuatnya terlihat sangat tampan.
“nama aku Bryan. kamu kesini bareng siapa?.” Tanya Bryan, bersamaan dengan itu Salma datang bersama Zulfa dengan wajah yang khawatir.
“Brisa, kamu gak papa? Kata Zulfa kamu jatuh, apanya yang sakit sayang?.” Tanya Salma sambil mengecek seluruh badan Brisa.
“lutut aku tadi berdarah tan, tapi sekarang udah gak papa kok udah diobatin sama Bryan.”
“makasih ya Bryan udah nolongin Brisa.” Ucapnya pada bocah laki-laki itu.
“sama-sama tante.” Jawab Bryan dan iapun pergi menghampiri mamanya. Sementara Brisa dan Zulfa pergi ke kelasnya.
* * *
Sepulang sekolah Brisa menghampiri Bundanya yang sedang berada di dapur. Ia memeluk bundanya dari belakang dan mulai berceloteh tentang kegiatannya memasuki sekolah barunya.
“Bunda, masak tadi pas di sekolah bu guru suruh cerita siapa yang udah nganterin Brisa ke sekolah, terus Brisa bilang deh kalau yang anter tante Salma soalnya kan Bunda lagi kerja.” Celotehnya dengan memonyongkan bibirnya yang membuatnya terlihat menggemaskan. Karena merasa tak ada sahutan Brisa pun berusaha membalik tubuh Bundanya meski tenaganya tidak ada apa-apanya.
“Bunda…..Bunda kenapa nangis?.” Tanya Brisa saat mengetahui Bundanya menangis. Ratma pun berjongkok dan menjejarkan tingginya dengan Brisa.
“Bri….Brisa sayang, maafin Bunda karena Bunda belum bisa nemenin Brisa sekolah, dan mulai sekarang Brisa gak usah lagi nanya kapan Abi pulang karna Abi gak akan pernah pulang.” Ujar Ratma dan memeluk Brisa dengan tubuh gemetar.
“bunda bohong kan sama Brisa……..hiks…….Abi pasti pulang kan bunda.” Ujarnya memberontak di pelukan Ratma.
“Abi kemana bunda……kenapa Abi tidak akan pulang?.” Tanyanya lagi karna tak ada sahutan dari Ratma.
“suatu saat kalau Brisa udah dewasa, Brisa akan ngerti.” Jawabnya menenangkan buah hatinya.
* * *
Empat belas tahun kemudian Brisa kini telah menjadi gadis remaja yang Shalehah serta berprestasi. Dan kehidupannya pun sudah serba berkecukupan. Ia pun sekarang mengetahui mengapa Abi nya tak akan pernah pulang. Ia tau bahwa Abi nya kini telah memiliki keluarga baru di tengah ia merantau dulu. Ingin rasanya Brisa membenci Abivnya, tapi Bundanya menasehati agar ia menjadi orang yang pemaaf dan penyabar. Saat ini Brisa pulang sekolah dengan membawa piala karena ia memenangkan lomba Tahfidz Nasional, saat tiba di depan rumahnya, ia mendengar suara ribut-ribut dari dalam rumahnya dan berlari karena mendengar suara tangis Bundanya.
“KENAPA BARU SEKARANG MAS!!! KENAPA ENGGAK DARI DULU KAMU PULANG SAAT AKU DAN BRISA MEMBUTUHKAN KAMU.” Ujar Ratma pada mantan suaminya yang kini kembali untuk mengambil Brisa.
“BERISIK!!! SEKARANG DIMANA BRISA, AKU MAU BAWA DIA PERGI.” Bentak Anton dan mendorong Ratma hingga kepalanya terbentur kursi dan mengeluarkan darah di keningnya.
“Abi…….kenapa Abi lakuin ini sama Bunda.” Ujar Brisa saat melihat kejadian itu. Ia pun menjatuhkan pialanya dan menghampiri sang Bunda.
“bunda, bunda gak papa kan?.” Tanyanya sambil membawa Ratma ke pangkuannya.
“enggak sayang bunda gak papa. Brisa janji ya sama Bunda Brisa gak akan pergi ikut Abi.” Ujar Ratma sambil mengelus wajah Brisa lembut.
“Brisa janji, sekarang kita ke rumah sakit ya Bun.” Ujar Brisa sambil mencoba memapah sang Bunda. Tapi langkahnya terhenti karena cengkraman Anton di lengannya.
“gak bisa, kamu harus ikut saya pergi Brisa!!!.” Ujarnya menarik Brisa paksa. Brisa memberontak dan mendorong Anton saat ia sudah terlepas dari cengkraman Anton.
“Brisa gak akan pernah ikut Abi. Brisa mau tinggal sama Bunda aja. Dan anggap Brisa bukan anak abi lagi.” Ucap Brisa sambil memapah Ratma dan membawanya ke rumah sakit menggunakan angkutan umum.
* * *
Hari ini bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan yang sangat disukai Brisa karena ia merasa bisa dekat dengan Allah dan Rasulnya. Saat akan berangkat tarawih bersama bundanya, ia di kejutkan dengan kehadiran seorang laki-laki dengan penampilan urakan dan yang lebih tidak disangkanya, Abi nya berdiri di samping pria itu.
“Brisa, saya mau ngomong sama kamu.” Ujar Anton dengan nada dingin.
“mau ngomong apa? Brisa mau berangkat tarawih sama bunda.”
“saya mau jodohkan kamu dengan Lucas, anak teman saya.” Jawabnya to the poin.
“Brisa gak mau dijodohin sama laki-laki yang bahkan tidak bisa menghargai seorang wanita.” Ujarnya sambil berlalu meninggalkan Abinya bersama Lucas. Brisa sudah mengenal laki-laki itu, karena ia teman sekolahnya, prilakunya tidak bisa dibilang baik karena ia selalu pergi ke club dan bergonta-ganti perempuan. Di dalam masjid Brisa berdoa semoga tuhan mengubah sifat Abinya yang kerab kali membuat ia dan Bundanya terluka. Setelah selesai, ia pulang sambil berdzikir. Bundanya izin pulang terlebih dahulu karena ada undangan dari tetangga.Tiba-tiba dari arah belakang seseorang menyekap mulutnya dan tak lama kemudian ia pingsan karena mulutnya di sekap dan diberi obat yang menyengat.
”ssshhh…..” ringis Brisa saat ia merasa kepalanya sangat pusing. Tiba-tiba ia terkejut saat mengetahui ia sedang duduk di sebuah bangku dengan tangan dan kakinya yang diikat. Ia mencoba berontak dan meminta tolong, tetapi tenaganya tidak kuat. Tak lama kemudian dua orang datang dengan menggunakan pakaian serba hitam.
”kalian siapa?.” Tanya Brisa membentak.
“tenang saja gadis manis, kamu aman bersama kami asalkan kamu mau menikah dengan tuan kami.” Ujar salah satu dari kedua lelaki itu sambil memegang dagu Brisa yang membuat gadis itu langsung memberontak.
“tuan? Siapa tuan kalian, bilang sama dia lepasin saya, saya gak mau menikah dengan dia.” Ujar Brisa menatap kedua laki-laki itu nyalang.
“aku yang menyuruh mereka.” Ujar seorang laki-laki yang datang dari arah pintu dengan rokok sebatang rokok yang menyala.
“Lucas!!! Lepasin aku, aku mau pulang. Aku gak mau menikah sama laki-laki gak punya perasaan kayak kamu.” Ujar Brisa memberontak. Tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di pipi mulusnya. Siapa lagi pelakunya jika bukan Lucas.
“diam kamu wanita jalang. Sudah untung aku mau menikahi kamu.”
“lebih baik aku tidak menikah seumur hidup daripada harus menikah dengan kamu.”
“terserah kamu mau ngomong apa. Yang penting besok kita menikah.” Putus Lucas dan langsung meninggalkan Brisa sendiri. Brisa mencari cara bagaimana ia bisa keluar dari sini. Matanya berbinar kala ia melihat potongan kaca di atas sebuah bangku di depannya. Ia mendekati bangku itu dengan dengan sekuat tenaganya. Setelah berhasil mendapatkannya, ia pun memotong tali itu. Lima menit kemudian usahanya berhasil dan ia pun melarikan diri dari bangunan itu sambil mengendap-ngendap.
* * *
Ratma mondar mandir didepan rumahnya karna mencemaskan Brisa. Tidak biasanya gadis itu pulang selarut ini. Dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Senyumnya mengembang saat ia melihat Brisa berlari dengan wajah tersenggal-senggal. Iapun memeluk Ratma dan menangis di pelukan wanita itu.
“Brisa, kamu kenapa sayang? Kenapa baju kamu kotor begini?.” Tanya Ratma pada putri semata wayangnya.
“Hiks….Bunda, aku tadi disekap sama Lucas.” Adunya pada sang Bunda.
“astaghfirullah. Tapi kamu gak papa kan nak?.” Tanya Ratma.
“Brisa gak papa Bun.”
“ya sudah, sekarang Brisa bersih-bersih diri dulu, setelah itu langsung tidur.”
“i…iya Bun.”
Keesokan harinya Brisa mendapat kabar dari rumah sakit bahwa abi nya dirawat disama akibat di pukul orang. Iapun pergi bersama Bundanya.
Sesampainya di rumah sakit, Brisa terkejut saat melihat keadaan abi nya yang sudah tidak bisa dibilang baik-baik saja. Badannya penuh dengan luka babak belur dengan kepala yang diperban.
“Abi, Abi kenapa?.” Tanya Brisa.
“Brisa, maafkan Abi nak, maafkan kesalahan Abi karena sudah menyakiti kamu dan Bunda kamu.” Ucapnya dengan terbatuk-batuk.
“udah Abi jangan pikirin itu, yang terpenting Abi baik-baik saja. Oh ya Bi tante rani sama Attar mana?” tanya Brisa karena ia tak melihat keberadaan ibu tiri serta adik tirinya
“mereka ninggalin Abi dan pergi membawa semua harta Abi.”
“astaghfirullah. Ya sudah Abi yang sabar mungkin ini semua ujian buat Abi.” Ujar Brisa. Tak lama kemudian seorang dokter datang untuk memeriksa keadaan Anton.
“bagaimana pak, Apakah keadaannya sudah membaik atau masih ada keluhan?.” Tanya dokter muda tersebut. “saya sudah merasa mendingan dokter Bryan. Terimakasih karena dokter sudah sangat baik pada saya.” Ujar Anton tulus.Brisa mematung mendengar nama itu. Rasanya ia pernah mendengarnya tetapi lupa dimana.”oh ya dok perkenalkan ini anak saya Brisa. Dan itu mantan istri saya Ratma.” Ujar Anton memperkenalkan. Brisa dan Bryan menyatukan kedua telapak tangannya didepan dada.
“ya sudah bapak saya pergi dulu. Bapak perbanyak istirahat biar segera bisa pulang”
“Iya dek”.
* * *
Sebulan kemudian Brisa akhirnya tau bahwa dokter Bryan adalah teman masa kecilnya ketika ia melihat foto dirinya di ruangan dokter Bryan. Iapun bertanya kenapa ada foto dirinya dan dokter Bryan mengaku bahwa ia menyukai Brisa dari dulu. Tapi karena ia pindah jadi tidak mengetahui kabar tentang Brisa. Gadis itu juga sangat senang karena bundanya kini sudah rujuk kembali dengan Abinya dan sifat Anton kini juga sudah baik. Malam ini Bryan datang ke rumah Brisa untuk melamar gadis itu yang langsung disetujui oleh Brisa dan kedua orang tuanya. Seminggu kemudian Brisa melangsungkan pernikahannya di masjid besar yang berada di dekat rumah Bryan.
*) Penulis adalah Mas Adatun, Siswi sekaligus Santri PP. Sumber Payung.