Aku Cantik Maka Aku Manfaatkan Lelaki
Editor: Ahmad Arsyad
KABARBARU, CERPEN– Aku memang bukan perempuan yang suka memamerkan kelebihan fisik yang Tuhan berikan padaku, aku juga tidak terlalu peduli dengan semua itu. Sebab aku menyadari betul bahwa sebenarnya yang abadi bukanlah rupa melainkan kebaikan hati dan budi pekerti.
Bahkan aku baru menyadari bahwa aku diberikan kelebihan fisik oleh Tuhan semenjak aku kuliah. Sebelum itu aku bodoh amat dengan semua itu, aku besar oleh didikan para ustadzah-ustadzah hebat di pesantren. Di pesantren tempatku belajar dulu, fisik bukan menjadi prioritas dalam hidup, melainkan ahlaq dan ilmu bermanfaatlah yang utama.
Namun setelah aku menjadi mahasiswi pola pikirku mulai sedikit terbuka, bahwa ternyata banyak aspek untuk menjadi manusia yang berguna dan akui oleh lingkungan sekitar. Tidak hanya bertumpu pada ahlaq yang baik dan budi bekerti yang mulia, kedunya hanya menjadi salah satunya bukan satu-satunya.
Kata teman-temanku aku adalah perempuan yang mempunyai kecantikan yang alami, jelmaan perempuan desa yang memiliki aura kecantikan yang sempurna. Awalnya aku menganggap semua itu hanya pujian biasa saja, lagi pula pujian semacam ini lumrah aku dengar dari ustad-ustad yang kerap menggodaku lewat kiriman salam dari ustadzah.
Aku dibesarkan di pedesaan, air yang aku minum adalah air terbaik yang bersumber dari bumi, begitu pula air yang biasa buat aku mandi merupakan tetesan air pegunungan yang segar. Kecantikanku murni karena alam bukan karena perawatan seperti tren masa kini.
Tubuhku lembut aroma harum tercium alami dihidung orang-orang yang menjumpaiku. Aku manis, bibirku merah merona bukan karena lipstik melainkan bibirku yang selalu dibasahi oleh dzikir. Wajahku bersinar bukan karena skincare yang mahal, aku hanya menjaga wudlu agar tidak putus dari wajahku.
Aku baru sadar ternyata hidup di kota pendidikan seperti di Jogja banyak kebutuhan, aku tak bisa hidup seperti ini terus-terusan. Aku harus ada sandaran atau setidaknya ada seseorang yang selalu ada saat aku butuh.
Bagiku sangat mudah menggaet laki-laki yang hanya ingin menemaniku jalan dan belanja apa pun yang aku suka. Aku tinggal merespon satu atau dua laki-laki diberanda whaatsapku yang menumpuk, setiap hari mungkin ada puluhan cowok yang mengajakku kenalan, menawarkan banyak hal padaku.
Tawaran itu banyak macamnya, ada yang menawarkan perhatian, ada yang menawarkan kagantengannya ada pula yang blak-blakan menawarkan dan memawerkan kemewahan yang dimilikinya. Tak ayal ada yang mengirim foto sedang dimobil honda jazz dengan hp iphone seri terbaru.
Tapi entah mengapa aku tidak tertarik untuk merespon semua itu, baru kali ini aku mencoba merespon satu cowok yang menurutku enak untuk diajak ngobrol atau menemaniku saat aku butuh tumpangan di musim hujan begini.
Aku paham betul bahwa di antara banyak kelemahan seorang laki-laki, salah satunya mereka tidak akan mampu menolak ajakan cewek cantik seperti diriku, dia seketika lemah akal sehatnya hilang, dia sudah tak bisa menjadi dirinya sendiri, dia seketika menjadi bodoh. Apa lagi aku perempuan yang memang mereka harapkan responnya.
Aku jadi lebih mudah mengelabuinya dan memanfaatkannya, aku tingal berpura-pura merespon dengan baik, sedikit memberi angin segar yang berupa harapan, sudah barang tentu dia pasti senang dan menganggap bahwa aku juga ada rasanya padanya. Padahal sebenarnya aku pura-pura.
Namanya Fahmi, dia adalah laki-laki yang sedang aku manfaatkan sekarang. Fahmi adalah cowok yang dingin punya wajah yang rupawan, tubuhnya lakik banget, kulitnya putih wajahnya terlihat segar selalu, bibirnya selalu terlihat basah, entah mengapa aku merasakan betul yang dilakukannya padaku saat ini murni dari ketulusan dari dalam lubuk hatinya.
Namun saat aku hampir terlena dengan prilku Fahmi aku disadarkan oleh sahabat dekatku Dewi, Dewi perempuan yang benar-benar tak punya hati pada laki-laki, perbuatannya memanfaatkan laki-laki menurutku begitu kejam.
Dewi berkali-kali membuat laki-laki kecewa hingga benar-benar tak bedaya dibuatnya. Dewi sering memberikan harapan pada laki-laki yang sedang dekat dengannya, entah berapa cowok yang diperasnya, benar-benar dimiskin baik secara materi dan perasaan.
Sangat mungkin cowok yang pernah disakiti Dewi enggan memulai hubungan dengan cewek lagi, bakalan takut mendekati cewek lagi, tampaknya trauma akan selalu menghantui cowok itu sepanjang hidupnya. Yang lebih parahnya lagi, mungkin cowok itu enggan menikah dengan perempuan.
“Halimah, kamu gak boleh jadi cewek yang mudah dibodohin oleh modusnya cowok, sebelum tubuhmu ini dimanfaatin sama cowok, kamu harus lebih dulu manfaatin cowok. Pada dasarnya cowok semua saja Halimah, di masa-masa seperti kita yang masih kuliah ini, semua kebaikan cowok pada cewek pada dasarnya tujuannya sama, semua hanya ingin memuaskan hasrat nafsunya saja. Paling ujung-ujungnya dia pengin cium pipimu atau mengecup bibirmu, bahkan yang lebih parah lagi ingin merampas keperawananmu, Halimah”
Kok dipikir-pikir benar juga perkataan Dewi, dia memang berasal dari keluarga yang broken home ibunya ditalak oleh ayahnya saat sedang mengandung Dewi. Dewi setelah mendengar cerita dari ibunya bahwa Ibunya ditalak bukan karena salah ibunya, melainkan bapaknya Dewi menemukan gadis yang tentu lebih cantik dari ibunya itu.
Setelah Dewi beranjak dewasa dan banyak paham soal dinamika kehidupan, Dewi kemudian menganggap bahwa semua laki-laki sama, semu cowok gila sex dan memandang perempuan sebagai objek seksualitas, begitu penilian Dewi pada laki-laki. Kecantikan Dewi merupakan turunan dari kecantikan ibunya. Jika dibandingan kecantikan antara dewi dan Halimah tentu Halimah lah pemenangnya, sebab kecantikan Halimah murni dan alami.
Suatu malam Fahmi mengajakku ke salah satu Mall di Jogja, aku paham bahwa saat ini dia telah masuk dalam perangkapku, Fahmi sudah tak bisa membedakan mana yang benar-benar murni cinta dan mana yang benar-benar memanfaatkan orang lain atas nama cinta yang pura-pura.
Fahmi seperti malaikat ciptaan Tuhan yang dikirimkan padaku, ia menjadi penolongku saat susahku, ia adalah orang pertama yang selalu ada saat aku butuh bantuan. Bahkan Fahmi membelikan banyak kebutuhan kuliahku, seperti Macbook seri terbaru dan juga iphone.
Fahmi tahu bahwa aku adalah perempuan yang suka baca buku terutama novel, maka Fahmi tak segan membawaku ke gramedia untuk membelikan semua buku yang aku butuhkan dan aku sukai.
Aku sudah beberapa bulan ini tidak meminta kiriman uang pada orang tuaku di kampung, sebab Fahmi telah mencukupi semua kebutuhanku. Mungkin jika tak ada Dewi, aku sudah jatuh hati pada Fahmi, karena Fahmi memang benar-benar baik hati, tak ada satu kali pun Fahmi pernah memegang tanganku. Aku malah menduga bahwa asumsi Dewi itu salah.
Sampai akhirnya aku mencoba menggodanya di dalam mobil jazznya dengan memegang tangan Fahmu untuk yang pertama kali dan bahkan mungkin ini adalah kali pertamaku memegang tangan cowok, namun ternyata di luar duguaan Fahmi seakan bodoh amat dengan prilaku ku, bahkan dia sempat berucap “kamu mau apa, bilang aja gak usah kode” katanya dingin, aku jadi semakin greget sama cowok ini, sok mahal banget. Padahal berupa ratus cowok di luar sana yang ingin memegang tanganku dan tangannya ingin aku pegang. Huh…kesel banget.
Aku merasa semakin tertantang, apa benar semua laki-laki gila sex? Apa betul perkataan Dewi bahwa laki-laki semua sama saja? Aku perlu membuktikan kebenarannya itu. Akhirnya aku secara spontan mencium pipi Fahmi bagian kiri hampir bagian bibirnya selalu basah itu, anjir ternyata cowok ini memang baik, dia malah menunjukkan kekesalannya padaku seraya berucap “apa semua yang aku kasih ke kamu masih belum cukup Halimah? Kamu tak perlu lakukan ini untuk memancing hasrat nafsuku, kamu juga tak perlu menukarkan kehormatanmu di depanku, kamu perempuan baik. Jika aku hanya ingin menikmati tubuh seorang perempuan aku tinggal beli perempuan seperti apa pun yang aku mau, Halimah. Aku melakukan semua ini ikhlas dan tulus karena mau serius denganmu. Kukira kamu adalah perempuan yang benar-benar baik Halimah. Setidaknya sekarang aku cukup tahu”
Aku merasa harga diriku ditelanjangi seketika itu, aku benar-benar tak punya muka. Saat aku hendak keluar, rupanya Fahmi mengunci pintu mobilnya, aku benar-benar merasa tak punya muka.
“Satu hal yang harus kamu ketahui Halimah, tidak semua laki-laki sama dengan apa yang selama ini oleh perempuan duga. Perempuan selalu merasa tubuhnya lebih berharga dari laki-laki, dan menganggap tubuh laki-laki nomor dua lebih berharga dari tubuh perempuan. Pada dasarnya seorang laki-laki tidak akan melakukan tindakan yang aneh-aneh, jika perempuan tindakan tak memancing laki-laki untuk lakukan itu. Mari sama-sama saling mengerti dan menghargai.”
Setelah kejadian malam minggu dalam mobil jazznya Fahmi, penyesalan menghantui setaip saat. Sebab baru saja aku kehilangan harga diriku dan kehilangan seorang laki-laki yang benar-benar tulus memperjuangkan aku. Aku paham bahwa ini adalah tindakan boodohku terlalu percaya pemahaman orang lain yang kemudian kujadikan tolak ukur pada semua laki-laki, setidaknya ini menjadi pelajaran bagiku ke depan untuk lebih baik.
Fahmi kini menghilang entah ke mana, semua akun sosial media ku diblokirnya, aku sering murung di kos, menyesali apa yang telah aku lakukan pada Fahmi.
Sorowajan 29 November 2021-11-28
*) Zain Ali PM, Penulis empat novel | Mutiara Sendu Anugerah Ibuku | Atas Nama Cinta | Zahlia Zulma | Karma.