Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

“GEUREUDA”

Geureuda
Penulis: Wasis Yanto, Mahasiswa Akuntasi Syari'ah FEBI UIN SUKA Yogyakarta.

Editor:

Kabar Baru, Cerpen- Lautan teduh di kala bulan total mampu membentang di semburat semesta malam, gelombang membawa ketenangan bagi para sang pelayan yang berjuang. Rasa ngantuk tak lagi menjadi penghalang untuk menuju ke tengah lautan, lantas jiwanya sudah menyatu dengan buih-buih ombak yang menjadi melodi di waktu perjalanan.

Jasa Penerbitan Buku

Amri menarik tuas mesin perahu sampai mesin itu hidup sempurna dan Tejo sedang membuang genangan air yang ada dalam perahu, sedangkan Suryo berkelahi sendiri memperbaiki gulungan layar yang berantakan dan merapikan jaring ikan.

Keadaan air laut waktu itu pasang sehingga Amri, Tejo, dan Suryo sudah basah kuyup ketika sudah berada di atas perahu, karena waktu mereka mau sampai ke perahu harus menempuh jarak lima meter, yang ketinggian airnya setara dengan lehernya mereka.

Suara deru mesin perahu itu sudah bergeming di sudut-sudut lautan yang menandakan bahwa para nelayan sudah berlabuh menangkap ikan. Perahu itu di arahkan oleh Amri ke posisi yang agak jauh dari nelayan lainnya dan juga gelombangnya yang tenang. Tak lama kemudian mesin perahu itu di matikan dan berada di posisi yang hampir ke tengah lautan, maka Tejo dan Suryo secara bersamaan langsung membentangkan jaring-jaring ikan itu ke hamparan lautan.

Rona mentari sudah bingar akan sinarnya, bertanda bahwa para nelayan sudah banyak yang pulang dengan membawa hasil tangkapan ikan yang di lakukan selama semalam. Sayangnya Amri, Tejo, dan Suryo hanya menuai satu kotak ikan yang isinya lumayan akan penuh dan ikannya pun kecil-kecil. Pada waktu itu Amri dan Tejo merasa kurang puas atas hasil tangkapannya, lalu mereka mencurahkan rencana baru untuk penangkapan ikan di malam selanjutnya, Suryo hanya bisa pasrah terhadap rencana yang mereka berdua buat.

“bagaimana kalau nanti malam kita lebih ke tengah lautan lagi memposisikan perahu kita agar hasil tangkapan ikan nantinya lebih banyak dari hasil yang sekarang, hasil tangkapan ikan yang sekarang ini kurang banyak, jadi nanti kalau sudah di jual hasil uang yang akan kita dapatkan tidak seberapa” Ujar Amri.

“rencana yang bagus Am, nanti malam langsung kita eksekusi dah..!” ketus Tejo yang sependapat sekali atas rencananya Amri.
“Aku mah… ngikut-ngikut aja kawan” ujar Suryo dengan khas logat bicaranya.

Tejo satu frekuensi sama pemikirannya Amri, namun Suryo masih ambigu atas rencana dua temannya itu, dia hanya bisa pasrah terhadap rencana yang mereka berdua buat dan dia punya firasat takut nantinya keadaan gelombang di tengah lautan itu semakin besar daripada gelombang yang ada di posisi sebelumnya. Di dalam benak Suryo cuman terlintas semisal mereka lama di posisi tadi malam sampai siang hari, mungkin akan mendapatkan ikan yang lebih banyak, dan itupun jaring yang mereka bentangkan ke lautan cuman lima kali lemparan terasa masih kurang lemparannya. Jadinya Suryo masih enggan dan tidak nyaman untuk menolak rencana dua temannya itu, maka tidak ada pilihan lain selain dia ikut alur yang telah mereka rancang.

***

Malam yang direncanakan oleh mereka bertiga sudah tiba dengan suasana langit yang muram seakan kurang bersahabat dengan peran sang nelayan, sedangkan bulan masih tidak mampu mencurahkan sinar totalnya pada bentangan semesta, sebab awan mendung sedang menyelimuti keindahan langit, buih ombak pun sudah mulai besar, namun mereka bertiga tetap menempuhnya demi memperoleh ikan.

Nelayan bukan sekedar profesi pekerjaan yang mereka sandang namun, nelayan bagi mereka bertiga sudah menjadi jati diri yang mengakar, sehingga ombak besar dan alam petang bukan lagi jadi penghalang, melainkan menjadi teman hidup untuk yang selalu mendampingi mereka di setiap lintas lautan. Perahu itu terus berlabuh menerka gulungan arus ombak dengan dengungan suara mesin yang menggelegar. Sesampainya di tengah lautan yang bukan lagi posisi mereka tempati di malam sebelumnya.

Jaring-jaring yang lebar itu di bentangkan berkali-kali dan di tarik bersamaan.
Ternyata benar apa yang menjadi prasangka Suryo sebelumnya, bahwa di posisi yang sekarang gelombang besar membuat mereka agak kewalahan saat menarik jaring ikan yang telah menyelam ke dalam lautan, dan perahu sedikit terpontang-panting oleh carut-marutnya ombak yang menerjang.

Malam pun sudah larut dan tergantikan oleh langit biru dan kabut pagi. Mereka sudah pulang dari tengah lautan dan hasil dari penangkapan ikan tadi malam hanya menghasilkan ikan yang lebih sedikit daripada hasil penangkapan ikan di hari sebelumnya.

“Gara-gara keadaan ombak besar tadi malam, kita malah mendapatkan ikan yang sebegini saja”. Keluh Amri yang masih merasa kurang puas atas hasil penangkapan ikan yang sekarang.

“Bagaimana nanti malam kita pindah posisi lagi, kita berlabuh sejauh mungkin mencari keadaan yang laut dan ombaknya tenang” Tejo memberi usulan untuk pindah posisi lagi, sedangkan Suryo terhanyut dalam lamunannya dan hanya ada sepintas prasangka bahwa temannya merasa selalu kurang atas hasil ikan yang di peroleh, sehingga selalu mengubah sistem posisi penangkapan ikan, agar menghasilkan ikan yang sangat banyak sekali. Amri dan Tejo tidak pernah bersyukur atas hal itu. Suryo tidak ingin mereka berdua tersinggung maka dia tidak pernah menegur langsung dan tidak pernah mengungkapkan kecamuk pikirannya itu kepada mereka berdua. Suryo selalu mengiyakan rencana yang terus di rubah, sebab dia ingin menghargai setiap perjuangan mereka.

***

Amri, Tejo, dan Suryo sudah menyiapkan perlengkapan dan peralatan yang harus mereka bawa seperti biasanya. Tanpa berfikir panjang mereka bertiga langsung berlabuh dengan perahunya, semakin jauh Amri menahkodai perahu itu menuju posisi yang sekiranya tenang gelombangnya.

Ternyata malam itu sangat banyak sekali para nelayan-nelayan lainnya sudah berderet mematikan mesin perahunya dan mengambil posisi terbaiknya. Mereka bertiga bingung mau mengambil posisi yang mana, karena dari saking padatnya posisi perahu para nelayan lainnya, jadinya mereka bertiga terus berlabuh lagi menuju ujung yang benar-benar sepi oleh para nelayan dan keteduhan gelombang yang mereka harapkan. Seperti biasanya mereka mencurahkan segala rasa progresivitas nya pada saat jaring-jaring penangkap ikan terhampar di permukaan lautan hingga menyelam.

Beberapa lemparan dan tarikan atas jaring-jaring penangkap ikan itu sudah tertuntaskan hingga pagi hari, bok tempat ikan pun sudah terisi seperti hasil penangkapan ikan di waktu sebelumnya. Amri dan Tejo pun semasa heran lantaran pada rencana yang sudah ketiga kalinya ini tetap hasil ikan yang mereka dapatkan tidak memuaskan.

Laju perahu sudah sampai di pelataran dermaga dengan semrawut wajah mereka bertiga yang agak kusam, layaknya diterpa kecamuk beban hidup yang penuh kegagalan.

“Sebelum kita pulang ke rumah masing-masing, kita ngobrol dulu di gubuk itu kawan” ujar Suryo sambil menunjuk Selasar peristirahatan para nelayan yang kelelahan usai bergulat dengan ombak dan lautan. Lalu mereka bertiga bergegas ke Selasar itu walau dalam keadaan masih basah kuyup.

“gimana ini kawan? Kita sudah banyak meracik sistem penangkapan ikan yang hasilnya semakin dirubah, malah semakin merosot hasilnya” keluh Amri yang sedang merasa patah semangat.

“ini bukan salahnya sebuah sistem, karena setiap sistem itu tergantung yang mengendalikan. Secara sederhana, analoginya seperti perahu aja kawan!, Perahu itu tergantung nahkodanya mau di arahkan kemana. Jadi kita sendirilah yang harus menganalisis kepribadian kita sendiri dengan berbagai pertimbangan terlebih dahulu pada saat kita mempunyai sebuah pola pikir baru. Kedepannya kita jangan terlalu meresahkan apa yang sudah menjadi hasil, bukannya rezeki sudah yang mengatur kawan!. Terkadang ketika kita terus-menerus merubah sistem, sedangkan sistem sebelumnya belum maksimal penerapannya jadi percuma”. Ketus Suryo yang berusaha mencurahkan segala kecamuk yang di pendam di hari-hari sebelumnya kepada Amri dan Tejo.

Yogyakarta, 2022.

 

*) Penulis adalah Wasis Yanto, Mahasiswa Akuntasi Syari’ah FEBI UIN SUKA Yogyakarta, sekarang juga aktif sebagai anggota FKMSB Wil. Yogyakarta.

*) Tulisan Cerpen ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kabarbaru.co

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store