Kota Kenangan | Puisi-puisi Muhammad Walid
Editor: Ahmad Arsyad
Kota Kenangan
kini kuhimpun butir-butir kenangan
di antara rinai-rinai hujan
yang dulu basahi kita di perjalanan
dari Wonocatur ke tepi sungai Godean
kini kenangan sudah kukumpulkan
sudah kutimbun bersama masa silam
namun ingatan masih terpelihara
ketika kita berada di puncak Kosa Kora
lalu kenangan kualirkan ke lembah-lembah
bersama banjir dan air bah
namun ingatanku tidak berubah-ubah
saat kita melihat sawah indah di Berbah
kesan-kesan telah kuhapus dengan hujan
sudah kuhanyutkan ke air selokan
namun kenangan masin tersimpan
jatuh dari motor di jalan Miliran
malam Parang Tritis memberi kesaksian
ketika di tepi pantai kita saling diam
saling bisu menatap lautan malam
saling mengatup cinta dalam kebisuan
Di Kota ini kita menyimpan kenangan
dari sepanjang jalan Malioboro hingga alun-alun selatan
jalan Kusuma Negara dan makam Taman Pahlawan
Reng Road selatan hingga Taman Ketandan
Yogyakarta, 6 April 2019-6 April 2020
Cinta Sejati
segala yang jatuh
tak akan lagi utuh
begitu pula cinta*
hancur penuh luka
setiap yang cinta
akan pernah luka
kecuali cinta sejati
pada wujud hakiki
Pamekasan, 11-26 Juni 2021
Nb: tiga baris pertama puisi ini saya kutip dari Gus Candra Malik, yang diposting di akun Facebooknya pada 11 Juni 2021.
Berikut status Gus Candra Malik yang saya kutip di atas:
“Segala yang jatuh
Tak akan lagi utuh
Begitu pula Cinta
…
Suaramu
selembut suara bayu
suaramu merayu-rayu
mengusir sendu pilu
menyihir seisi kalbu
semilir desir angin
nada suaramu dingin
meniupkan gairah ingin
merasuki aku yang batin
Pamekasan, 20 April 2021
Ode dan Soneta
cintaku padamu nyata
tercatat dengan tinta
dalam ode dan soneta
sebagai arsip sejarah cinta
rinduku padamu realita
tertulis dengan rapi tertata
dalam antologi puisi cinta
sebagai ekspresi setia
aku cinta kasih setiamu
cinta pada gerak dan diammu
gerak dan diam kasih sayangmu
aku rindu peluk mesramu
hangatkan aku dan batinku
alirkan kehangatan batinmu
Pamekasan, 12 Mei 2021
Ancaman Kerinduan
rindu yang mengancam
dengan senjata kesendirian
mengerikan dan menakutkan
apalah dayaku menyangkal
realitas rindu yang kesepian
aku tak berdaya melawan
di malam-malam yang dingin
rindu menyusup bagai angin
dan aku sambut dengan ingin
Pamekasan, 27 Mei 2020
Diammu
diam yang kau abadikan
bingun yang kurasakan
marah yang kau lemparkan
derita hati yang kudapatkan
diammu bagimu amarah
diammu bagiku gundah
diammu bagimu bicara
diammu bagiku entah apa
kau ingin aku mengerti
tapi kau berkata dalam hati
kau ingin aku memahami
tapi kau tak memberiku arti
Pamekasan, 31 Agustus 2020-14 September 2021
Ramai yang Sepi
seringkali aku rasakan
ketika di tengah keramaian
merasa sangat kesepian
ragaku terlihat riang
mulutku berbucara lantang
tapi hatiku sunyi dan diam
ada ruang yang kosong
dalam hati yang relung
hingga jiwaku rundung
pada malam atau siang hari
sepi seringkali menghinggapi
ketika tanpa dirimu di sisi
oh ramai yang sepi
siapa yang tak mengalami?
siapa yang tak pernah sunyi
Yogyakarta, 15 Maret 2020
Pagi yang Tenang
di pagi yang tenang ini
kulihat ufuk timur mendung
mentari seakan malu tersenyum
mengintip petani di awal hari
para petani tembakau berlomba
menyiram tembakau daun asa
di masa depan yang menjanjikan
memberi harapan kemewahan
pagi yang tenang dan riang
wajah petani khusyuk menuang
air-air dari timba dan pikulan
tumpah ruah ke lagan pertanian
Pamekasan, 20 Juli 2020
Muhammad Walid merupakan salah satu alumni Studi Agama-agama FUPI UIN SUKA Yogyakarta.