Amerika Serikat Dihantam ‘Kiamat Babi!’

Jurnalis: Alberto Salim
KABARBARU, INTERNASIONAL – Amerika Serikat (AS) kini sedang pusing. Negara itu terancam ‘kiamat babi’. Hal ini terjadi akibat harga daging babi di negeri itu yang mengalami kenaikan tajam. Bukan hanya karena rantai pasokan dan inflasi yang dipicu pandemi tapi juga undang-undang baru soal kesejahteraan hewan di Paman Sam.
Setidaknya UU itu berlaku di negara bagian California. Wilayah itu merupakan pasar daging babi terbesar di AS.
Sejak 1 Januari, produk daging babi harus mematuhi standar khusus terkait induk si babi. Para induk babi masing-masing harus diberi ruangan memadai, setidaknya 24 kaki persegi dalam kandangnya.
Produsen sudah memperingatkan ini akan menambah biaya tambahan di seluruh rantai pasokan makanan. Yang pada akhirnya membuat warga California dan wilayah lain di AS memiliki hanya sedikit stok dan tentunya dengan harga lebih mahal.
“Beberapa percaya rantai pasokan daging babi sedang tertatih-tatih di tepi ancaman besar,” tulis CNN International dikutip Selasa (19/10/2021).
“‘Krisis Bacon Terbesar di California’ bisa berarti akhir dari Bacon yang membawa ‘Kiamat Daging Babi’ atau membuat sarapan pokok menghilang dari meja orang-orang California.”
Menurut beberapa ekonom, kenaikan memang tak bisa dipungkiri. Harga daging babi bisa saja naik sekitar US$ 8 (sekitar Rp 112 ribu) untuk pembelian daging secara tahunan.
“Pada umumnya, akan ada dampak jangka panjang dari ini, apa pun yang terjadi,” kata Trey Malone, asisten profesor di Departemen Pertanian, Pangan, dan Ekonomi Sumber Daya Michigan State University.
Sebenaranya UU ini tidak hanya berlaku di California tapi juga wilayah lain seperti Massachusetts. UU ini juga terkait hewan ternak lain seperti ayam petelur.
Namun bedanya, industri babi AS disebut tidak siap. Menurut analis agribisnis Rabobank, Christine McCracken, kesiapan industri daging babi tidak lebih dari 5%.