Israel Kembali Fokus ke Gaza Usai Gencatan Senjata dengan Iran

Jurnalis: Fahrur Rozi
Kabar Baru, Internasional – Setelah menyepakati gencatan senjata dengan Iran yang mengakhiri konflik udara selama hampir dua pekan, militer Israel kini kembali memusatkan perhatian pada operasi di Jalur Gaza. Langkah ini dilakukan di tengah upaya berkelanjutan Tel Aviv untuk memulangkan para sandera yang masih ditahan serta membongkar struktur kekuasaan kelompok Hamas.
Kepala Staf Militer Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir, menyatakan bahwa operasi militer terhadap Iran belum sepenuhnya berakhir, namun telah memasuki tahap baru. Dalam pernyataan yang dikutip Anadolu Agency, Rabu (25/6), Zamir menegaskan bahwa Israel tetap menargetkan pengaruh Teheran di kawasan, termasuk dukungannya terhadap Hamas yang sejak Oktober 2023 menjadi pihak utama dalam konflik di Gaza.
“Fokus kami kini kembali ke Gaza, untuk memulangkan para sandera dan membongkar rezim Hamas,” ujar Zamir. Ia menyebut bahwa militer telah menimbulkan dampak signifikan terhadap program nuklir dan rudal Iran dalam beberapa tahun terakhir.
Gencatan senjata antara Israel dan Iran mulai diberlakukan pada Selasa (24/6), setelah sebelumnya sempat terjadi ketidakjelasan mengenai waktu implementasinya. Kesepakatan ini menyusul pernyataan dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyebut bahwa kedua pihak akan menghentikan serangan udara secara timbal balik.
Konflik bersenjata antara Israel dan Hamas meletus pada Oktober 2023, dipicu oleh serangan mendadak dari kelompok bersenjata yang berbasis di Gaza. Israel merespons dengan meluncurkan serangan udara dan darat ke wilayah kantong tersebut.
Data dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa setidaknya 56.077 orang tewas akibat operasi militer Israel, sebagian besar di antaranya merupakan warga sipil. Hingga kini, militer Israel menyebut sekitar 49 orang masih disandera di Gaza, dengan 27 di antaranya diyakini telah meninggal dunia.
Situasi kemanusiaan di Gaza memburuk sejak Israel memberlakukan blokade total pada awal Maret 2025. Akses bantuan baru dibuka kembali secara terbatas pada akhir Mei, namun banyak warga masih menghadapi risiko kelaparan di wilayah berpenduduk lebih dari dua juta orang itu.
Sementara itu, pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant. Keduanya diduga terlibat dalam kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan selama konflik di Gaza.
Di sisi lain, Israel juga tengah menghadapi gugatan dugaan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang diajukan terkait dampak serangan militer terhadap warga sipil di wilayah Palestina tersebut.