Resiliensi NU Dalam Peta Politik Di Kalimantan Barat

Editor: Ahmad Arsyad
Kabar Baru, Opini– Terpilihnya Prof. KH. Ma’ruf Amin sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia ke-13 pada periode kedua Ir. H. Joko Widodo 2019-2024 menandakan era baru kekuatan NU dalam kancah politik dan kekuasaan yang keduanya ibarat dua sisi mata uang. Fakta ini juga menjadi wujud nyata bahwa NU mempunyai pengaruh yang sangat signifikan dalam perpolitikan nasional.
Dampak keberhasilan KH. Ma’ruf Amin tersebut, yang notabene sebagai Rais Am PBNU menjadi magnet tersendiri hingga ke daerah, termasuk di Kalimantan Barat. Sehingga efek dominonya banyak tokoh dan kader NU yang dilirik untuk masuk dalam radar politik dan mendapat bagian dari kekuasaan. Meskipun sebagaimana saat awal didirikan adalah jam’iyah diniyah. Hanya karena tarikan politik yang sedemikian kuat, NU akhirnya tergoda untuk memasuki kawasan politik.
Jauh sebelum KH. Ma’ruf Amin berhasil menjadi Wakil Presiden periode 2019-2024, Izzato Millati (2014) pernah menulis bahwa keberhaslilan tokoh NU memenangkan kontestasi dalam poliik dan kekuasaan telah berlangsung sejak lama dalam sejarah bangsa Indonesia. Tidak hanya karena memang NU memiliki pemilih ideologis yang kokoh dan banyak jama’ahnya, namun NU juga telah membuktikan berhasil menggalang solidaritas santri dan kiyai.
Selain itu, menarik untuk ditelisik bahwa NU menunjukkan adanya dukungan penuh dari basis tradisionalnya. Buktinya, ormas NU menjadi daya tarik tersendiri bagi para politisi dan pemegang kekuasaan, dari dahulu hingga saat ini. Bahkan NU semakin menunjukkan pengaruh yang signifikan pada kancah percaturan politik daerah, maupun nasional, bahkan hingga internasional.
Sebenarnya jauh sebelum naiknya KH. Ma’ruf Amin menjadi Wakil Presiden, kiprah para tokoh NU secara politik dan kekuasaan, termasuk para tokoh yang berasal dari Kalimantan Barat, dalam kancah nasional sudah terjadi sejak lama. Kader NU Kalimantan Barat pernah menempatkan putra terbaiknya sebagai Wakil Presiden RI yaitu H. Hamzah Haz, Wakil Presiden RI ke-9 era Presiden Megawati periode 2001-2004 yang merupakan putra asli Ketapang Kalimantan Barat. Hamzah Haz merupakan putra terbaik NU asli yang dikader di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), bahkan menjadi pendiri PMII di Kalimantan Barat. Kita juga mengenal satu tokoh lagi yang tak kalah fenomenal, yaitu DR. (HC) H. Oesman Sapta Odang. Beliau merupakan mustasyar PWNU Kalimantan Barat hingga beberapa periode. Prestasinya tak kalah mentereng, putra ketapang ini pernah menjabat sebagai ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI periode 2014-2019. Beliau juga pernah melahirkan Partai Perstauan Daerah. Dan memimpin partai HANURA. Beliau sukses menjadi pengusaha dan politisi yang perpengaruh secara nasional.
Berkaca pada fakta terkini, ada ghirah dan dorongan agar tokoh-tokoh NU tidak hanya menjadi orang nomor dua dalam kancah perpolitikan secara nasional maupun di daerah, dalam hal ini di Kalimantan Barat. Kader-kader terbaik NU harus lebih giat lagi, bangkit dari kungkungan 32 tahun masa orde baru. Mereka harus menjadi leader atau orang nomor satu disegala lini politik dan kekuasaan, sehingga diharapkan akan lebih memberikan dampak yang signifikan bagi jam’iyyah (organisasi NU) dan nahdliyyin (jama’ah NU), bangsa, dan NKRI. NU secara jam’iyyah dan nahdliyyin memiliki potensi masa yang jauh dari apa yang kini diberikan oleh Negara untuk NU. Dengan demikian NU perlu melakukan ikhtiar yang lebih maksimal lagi, agar kue kekuasaan dapat dinikmati secara adil untuk kalangan nahdliyyin.
Kiprah Para Kader NU dalam Perpolitikan di Kalimantan Barat
Di Kalimantan Barat, resiliensi kalangan nahdliyyin mulai menampakkan jati diri dalam berbagai aspek kehidupan, utamanya dalam pentas politik dan kekuasaan. Kebangkitan nahdliyyin di Kalimantan Barat menjadi bukti kemampuan orang-orang NU mengambil peran kebebasan demokrasi pasca reformasi yang terjadi di Indonesia. Ada banyak peluang strategis yang bisa diambil dan diisi oleh kader-kader terbaik NU untuk turut serta membangun peradaban bangsa di Pulau Borneo dan di nusantara.
Namun demikian, yang menarik untuk penulis jelaskan ialah Posisi strategis apa saja yang ditempati tokoh dan kader NU di Kalimantan Barat? Bagaimana strategi memperteguh kebangkitan NU dalam politik dan kekuasaan? Apakah era keangkitan politik dan kekuasaan NU masa ini sudah dirasakan nahdliyyin di Kalimantan Barat?. Beberapa pertanyaan ini yang coba penulis uraikan jawabannya secara singkat dalam tulisan ini. Penulis merasa senang hati jika tulisan ini dapat menjadi rujukan dalam melihat resiliensi NU dalam arus politik dan kekuasaan di Provinsi Kalimantan Barat untuk Indonesia tercinta.
Distribusi Strategis Para Kader NU
Fakta menarik, buah keberhasilan sebagai Ketua Tim Kampanye Daerah dalam memenangkan pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin, kader terbaik NU Kalimantan Barat yaitu H. Hildi Hamid yang merupakan Ketua Tanfidziyah PWNU Kalimantan Barat masuk pada jajaran eksekutif, beliau terpilih sebagai Duta Besar RI untuk negara Azerbaijan (Antara Kalbar, 2020). Jabatan Duta Besar beliau emban bukan hanya karena beliau dulunya adalah tim sukses Jokowi-Ma’ruf Amin, tetapi juga karena beliau memegang tampuk kepemimpinan PWNU Kalimantan Barat. Tentu ini juga efek domino keberhasilan NU memenangkan pasangan tersebut. Ini menunjukkan bahwa NU di Kalimantan Barat cukup diperhitungkan dalam kancah politik dan kekuasaaan, baik dalam skala daerah hingga nasional.
Penulis bisa sebutkan bahwa beberapa pejabat yang berasal dari kader terbaik NU Kalbar, ada Bupati Kabupaten Melawi saat ini yaitu Dady Sunarya Usfa Yusra merupakan mantan Ketua Ansor Melawi. Di Kabupaten Kayong Utara, Wakil Bupatinya H. Efendi Ahmad, S.Pd.I merupakan Mustasyar PCNU Kayong Utara. Begitu juga di Kabupaten Ketapang H. Farhan SE, M.Si merupakan tokoh NU dan PMII, Wakil Bupati Kabupaten Kubu Raya Sujiwo, SE merupakan mustasyar PCNU Kubu Raya.
Jajaran legislatif, kita mengenal H. Sy. Abdullah Alkadrie, SH, MH, mustasyar PWNU Kalbar masa khidmat 2017-2022 (NU Khatulistiwa, 2017). Beliau merupakan anggota DPR RI dari partai Nasional Demokrat (Nasdem) sekaligus sebagai Ketua Nasdem Kalimantan Barat. Kita juga punya kader H. Sukiryanto, S.Ag merupakan salah satu Wakil Ketua di PWNU Kalimantan Barat, beliau menjadi anggota DPD RI perwakilan Kalimantan Barat. Sy. Amin Muhammad, S.Ak. menjabat Wakil Ketua DPRD Kalimantan Barat, dan H. Mulyadi Tawik, SE Ketua DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kalimantan Barat, keduanya sebagai mustasyar PWNU Kalbar. Ketua Umum Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA-PMII) Kalimantan Barat sahabat Suib, SE juga merupakan aktivis muda nahdliyyin yang berhasil menduduki kursi DPRD Provinsi Kalimantan Barat dari Partai Hanura, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi II, yang cukup berpengaruh dalam perpolitikan di Kalimantan Barat. Ada masih banyak lagi posisi-posisi penting yang membuktikan kader-kader terbaik NU Kalimantan Barat cukup diperhitungkan, baik itu pada tingkat kabupaten/kota maupun provinsi di seantero Kalimantan Barat.
Pada perguruan tinggi, kader-kader NU juga mampu memimpin beberapa kampus, ada Prof. Dr. H. Garuda Wiko, SH, MH, sebagai Wakil Ketua PWNU Kalimantan Barat, yang kini menjabat sebagai Rektor Universitas Tanjungpura, Muhammad Firdaus, M.Pd yang baru menjabat sebagai Rektor IKIP PGRI Pontianak, yang merupakan alumni PMII Kalimantan Barat.
Banyak juga kader-kader NU yang mengisi jabatan di komisioner-komisioner di Kalimantan Barat, baik pada tingkat kabupaten/kota maupun provinsi. Kemudian kader muda NU juga memimpin dan bertebaran pada organisasi pelajar, pemuda, dan kemahasiswaan, seperti IPNU/IPPNU, PMII, HMI, GMNI, Ansor, KNPI dan lain sebagainya. Mereka aktif dan memimpin dari level daerah, wilayah, hingga nasional.
Kiprah kader-kader terbaik Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat sebagaimana yang dideskripsikan disini menjadi bukti nyata kemampuan dan keunggulan mereka dalam kecimpung politik dan kekuasaan, yang bukan hanya diakui pada tingkat lokal tetapi juga mengekspansi hingga level nasional. Distribusi kader NU seperti ini diharapkan ke depannya bisa terus terjaga dan lebih banyak lagi sebagai momentum satu abad Nahdlatul Ulama.
*) Penulis adalah Didi Darmadi, M.Lett.,M.Pd., Sekretaris Umum IKA PMII Kalimantan Barat.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kabarbaru.co