Tari Dendang Kota Santri: Harmoni Agama dan Budaya di Pekalongan

Editor: Bahiyyah Azzahra

Penulis : Ahmad Fauzi (UIN Abdurahmanwahid Pekalongan)

Kabar Baru, Opini – Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan seni tari yang merepresentasikan keunikan budaya tiap daerah. Salah satunya adalah Tari Dendang Kota Santri dari Pekalongan. Tarian ini tidak sekadar menjadi bentuk ekspresi seni, tetapi juga mewakili nilai spiritual dan sosial masyarakat. Tari ini pertama kali dipopulerkan pada tahun 2018 dalam rangkaian Hari Ibu di Lapangan Kajen, di mana Ibu Novi sebagai penggagas berhasil mengadaptasi nilai-nilai khas masyarakat Pekalongan. Melalui kostum, musik, dan gerakannya, tarian ini menjadi simbol harmonisasi agama dan budaya.

Dalam perkembangannya, Tari Dendang Kota Santri mengalami adaptasi signifikan. Musik dan gerakan disesuaikan agar lebih menarik, dengan mayoritas penarinya adalah generasi muda, khususnya santriwati berbakat. Upaya ini berhasil mempertahankan nilai tradisional tanpa menghilangkan daya tarik modern, sehingga tarian ini cocok untuk berbagai acara formal maupun pentas seni. Selain hiburan, tarian ini juga menyampaikan edukasi budaya dan spiritual, menciptakan kebanggaan atas identitas lokal Pekalongan sebagai Kota Santri.

Pelestarian tari ini dilakukan oleh sanggar-sanggar seni, seperti Sanggar Prabukaladenta yang berafiliasi dengan IPNU dan IPPNU Kecamatan Sragi. Namun, seperti kesenian tradisional lainnya, Tari Dendang Kota Santri menghadapi tantangan dari tren modern dance yang viral di media sosial. Untuk melawan hal ini, diperlukan adaptasi yang memanfaatkan media sosial agar tarian ini tetap relevan dan diterima generasi muda. Dengan modifikasi gerakan yang menarik dan mudah diikuti, tarian ini dapat bersaing dengan tren modern.

Tari Dendang Kota Santri bukan hanya hiburan, tetapi juga representasi identitas dan perjalanan budaya masyarakat Pekalongan. Sebagai simbol harmonisasi agama dan budaya, tarian ini diharapkan tetap menjadi warisan yang lestari dan terus diwariskan kepada generasi mendatang.