Kopi Peneduh, Puisi-Puisi Muhammad Walid

Editor: Ahmad Arsyad
kopi yang aku seduh
kala hujan meneduh
terasa nikmat penuh
obat hati yang jenuh
Pamekasan, 27-28 Nobember 2022
dari waktu ke waktu
hatiku menyimpan rindu
entah sampai kapan
rindu ini akan hilang
seringkali aku berpikir
kenapa aku terperangkap
dalam rindu yang hadir
hingga rindu tak menguap
kadang aku menderita
sebab rindu menyiksa
kadang aku bersyukur
punya rindu tiada luntur
sebagaimana saat ini
aku tersiksa dalam hati
rindu kekasih yang tiada
rindu akan kenangan saja
di balik tirai masa lalu
tersembunyi rasa rindu
yang meski aku kubur
rinduku tiada hancur
senyumnya yang manis
terkenang dalam hati
seringkali hati menangis
menahan rindu tiada henti
andai kata bisa aku ulang
waktu lalu yang berpulang
aku ingin tak merindu
agar hidupku tiada sendu
andai tahu akan seperti ini
dulu aku tak akan merindu
rindu ini menjadi empedu
dalam hatiku di masa kini
bayang-bayang masa lalu
terkenang dengan selalu
kian aku tekan rinduku
kian buncah ia menggebu
oh bagaimana aku ini
hendak hapus rindu lalu
jika aku tiada mampu
menahan gejolak hati
Pamekasan, 25-26 November 2022
badai guntur menerpa
goncang seisi dada
menyerbu saat senja
dari mulut tetangga
diriku menekan
hati terdalam
dengan kesabaran
sambut terjang redam
perasaanku hancur
bagai timah dilebur
dalam bara api
hatiku luluh sekali
Pamekasan, 28 Nobember 2022
aku rindu lembayung senja
wibawanya sejukkan mata
anggung dan pula bersehaja
pelipur lara saat dukacita
senja seringkali kenangan
bayang-bayang masa silam
kadang redup dan buram
kadang pula kebahagiaan
Pamekasan, 3-19 Desember 2022
*) Penyair adalah Muhammad Walid, Tenaga pendidik di PP Al Ishlah III Pancor, Sumber Waru, Pamekasan dan Pengajar MTs Darul Ulum Sumber Lompang, Ambender, Pamekasan.
*) Sajak ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kabarbaru.co