Profil Pelajar Pancasila Untuk Mewujudkan Program Nawacita

Jurnalis: Nurhaliza Ramadhani
Kabar Baru, Opini – Bagian terakhir Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan perlindungan segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum.
Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan peran serta dalam penyelenggaraan negara tatanan global yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Salah satunya adalah penyelenggaraan pendidikan, yang merupakan frasa kunci dalam frasa “mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pendidikan diartikan sebagai upaya yang disengaja dan direncanakan guna menciptakan kondisi belajar dan proses pembelajaran supaya peserta didik dengan aktif meningkatkan potensi diri guna mempunyai keimanan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlakul karimah, dan keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pasca terpilih sebagai presiden oleh pesta demokrasi pada tahun 2014, Bapak Ir. Joko Widodo segera memperkenalkan sembilan inisiatif prioritas bagi masyarakat Indonesia yakni berupa NAWACITA. Rencana ini dibuat sebagai peta jalan Presiden Joko Widodo untuk transformasi menuju Indonesia yang otonom secara politik.
Mandiri secara ekonomi, dan memiliki identitas budaya yang khas. Sembilan inisiatif NAWACITA berikut ini telah ditingkatkan statusnya menjadi prioritas oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Memulihkan negara guna menjaga keutuhan bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara melalui politik luar negeri yang terbuka dan terlibat, keamanan nasional yang dapat diandalkan, dan terciptanya pertahanan negara Tri Matra yang terpadu berdasarkan kepentingan nasional dan rasa identitas yang lebih kuat sebagai bangsa maritim.
Mewujudkan sistem pemerintahan yang transparan, efisien, demokratis, dan dapat diandalkan; menempatkan fokus yang tinggi pada inisiatif untuk membangun kembali kepercayaan publik pada lembaga-lembaga demokrasi; dan terus memantapkan demokrasi dengan mereformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.
Memajukan daerah dan masyarakat dalam kerangka negara kesatuan untuk mengembangkan Indonesia dari pinggiran.
Menolak negara-negara lemah dengan melaksanakan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bersih dari korupsi, berintegritas, dan dapat diandalkan.
Memajukan kesejahtraan warga melalui program “Indonesia Karya” dan “Indonesia Sejahtera”, mendorong land reform dan program pemilikan tanah seluas 9 hektar, memberikan subsidi rumah petak atau rusunawa, dan memberikan jaminan sosial bagi masyarakat pada tahun 2019.
Memperbanyak produktivitas dan daya saing masyarakat di pasar global agar Indonesia dapat berkembang dan sejahtera bersama negara-negara Asia lainnya.
Mencapai otonomi keuangan dengan memanfaatkan sektor-sektor ekonomi lokal utama.
Melaksanakan revolusi nasional dengan cara membuat kebijakan penataan kurikulum pendidikan nasional dengan unsur-unsur pendidikan karakter bangsa, secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembangunan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta tanah air, semangat kebangsaan bela negara, dan karakter dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
Dengan menerapkan langkah-langkah untuk meningkatkan pendidikan keragaman dan menyediakan forum untuk wacana warga, Indonesia dapat meningkatkan keragaman dan mendukung perbaikan sosial.
Membangun Indonesia dari pinggiran (pesisir) dan desa merupakan inisiatif NAWACITA ketiga, dan sangat relevan mengingat selama ini sumber daya manusia (SDM) dari pinggiran dan desa masih kalah bersaing di tingkat nasional dan daerah. tingkat. Misalnya, petani dan nelayan kita tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk menggunakan peralatan pengolahan ikan terbaru.
Karena mereka tidak menggunakan teknik pengawetan ikan yang tepat, kualitas ikan yang mereka tangkap juga lebih rendah selain jumlah yang mereka tangkap terbatas. Petani yang masih menggunakan curah hujan, sapi atau kerbau, dan masih banyak lagi peralatan pertanian tradisional lainnya gulung tikar.
Rehabilitasi dicapai dengan langkah-langkah untuk meningkatkan wacana kewarganegaraan dan pendidikan keragaman. Karena pendapatan mereka dari hasil pertanian terus menurun, banyak dari mereka akhirnya memutuskan untuk menjual properti pertanian mereka.
Biaya panen mereka dianggap tidak merata jika dibandingkan dengan harga pengadaan dan pengolahan pupuk. Mereka kalah bersaing dengan nelayan asing. Akibatnya, situasi ekonomi mereka biasanya genting, dan karena kedua orang tua mereka tetap bekerja sebagai petani dan nelayan, anak-anak mereka sering bolos sekolah.
Karena itu, sangat penting untuk mengembangkan pendidikan di daerah pedesaan dan terpencil, dan juga sangat cocok untuk memperluas jumlah pekerja terampil dari kedua tempat.
Salah satu dari lima proyek teratas NAWACITA adalah Program Indonesia Pintar (PIP), yang bertujuan guna memajukan standar hidup masyarakat Indonesia dengan meningkatkan akses mereka ke pelatihan dan pendidikan berkualitas tinggi.
Inisiatif Indonesia Pintar telah memberi dampak bagi warga Indonesia, khususnya warga yang memiliki anak usia sekolah yang kesulitan keuangan. Mereka kini memiliki beberapa pilihan untuk mendapatkan manfaat dari pendidikan gratis berkat inisiatif Indonesia Pintar.
Secara operasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dibentuk untuk menyelenggarakan pendidikan formal (dari SD/MI sampai siswa lulus SMA/SMK/MA) serta pendidikan nonformal kepada anak usia sekolah dari masyarakat berpenghasilan rendah, rentan, dan rumah tangga miskin.
Sampai mereka menyelesaikan pendidikan menengah (Paket A sampai Paket C dan kursus standar). Pemerintah berharap dapat menghentikan anak-anak putus sekolah melalui inisiatif ini, yang juga diharapkan dapat mendorong anak putus sekolah untuk kembali bersekolah.
PIP diantisipasi untuk menurunkan baik pengeluaran pribadi langsung dan tidak langsung yang terkait dengan pendidikan siswa. PIP disambut antusias oleh masyarakat Indonesia yang merasakan dan merasakan inisiatif ini.
Karena pendidikan adalah untuk semua orang, kesempatan untuk mengejar gelar mempunyai hak yang sama seperti yang dimiliki oleh warga negara Indonesia.
Dalam program NAWACITA nomor delapan, penekanan lebih besar pada pembentukan kembali kurikulum pendidikan nasional sebagai sarana merevolusi karakter bangsa.
Hal ini dicapai dengan mengutamakan pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan komponen pendidikan proporsional dalam kurikulum Indonesia, seperti sejarah pembangunan bangsa, cita-cita patriotisme dan cinta tanah air, semangat bela negara, dan karakter.
Program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menetapkan pencapaian Profil Pelajar Pancasila sebagai tujuan akhir pembelajaran, sejalan dengan tiga prinsip utama Program NAWACITA. Profil Pelajar Pancasila ini sejalan dengan Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020–2024. Dengan kata lain, Profil Pelajar Pancasila merupakan salah satu komponen dari program NAWACITA yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pembahasan
Penting untuk dicermati perkembangan gerakan Revolusi Mental yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1956 pada perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia. Saat itu, Soekarno mengamati terjadinya revolusi nasional Indonesia.
Walaupun sebenarnya tujuan kemerdekaan Indonesia adalah untuk mewujudkan semangat revolusi, namun tujuan itu belum juga terwujud. Ketika Indonesia merdeka, revolusi adalah perjuangan melawan penjajah yang membutuhkan pertempuran nyata (mengangkat senjata).
Pertarungan berlanjut setelah Indonesia merdeka. Melalui cara-cara yang baru atau modern, revolusi masih dilakukan. Kini, perjuangan terpenting yang wajib dilaksanakan ialah menanamkan jiwa yang bebas, memperbarui paradigma, pola pikir, dan perilaku warga Indonesia.
Ketika Joko Widodo terpilih sebagai presiden Republik Indonesia, ia segera bertindak untuk mengatasi situasi tersebut dengan meluncurkan Program NAWACITA. Agar kesembilan inisiatif prioritas dapat terlaksana, program ini dilaksanakan di seluruh Kementerian dan Lembaga.
Dengan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 195), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyambut baik Program NAWACITA. Peraturan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada Satuan Pendidikan Formal ini dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penguatan Pendidikan Karakter yang juga dikenal dengan PPK ialah strategi pendidikan yang menjadi komponen dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang bertujuan guna mengembangkan karakter peserta didik melalui perpaduan pemikiran, rasa, hati, dan atletik.
Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga formal mempunyai wewenang dan sekaligus menjadi landasan dalam meningkatkan pendidikan karakter untuk mengaktualisasikan Siswa Pancasila dengan berbagai taktik, seperti kurikulum, penegakan aturan, pengelolaan kelas, dan pemanfaatan program sekolah yang telah ditetapkan.
Tujuan Penguatan Pendidikan Karakter
Seperti yang diwacanakan oleh Kemendikbud, berikut tujuan penguatan pendidikan karakter diantaranya:
Mempersiapkan siswa guna menjadi “generasi emas” Indonesia pada tahun 2045 dengan membekali mereka dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan.
Mempertimbangkan keragaman budaya Indonesia dan menciptakan pedoman pendidikan nasional dengan pendidikan karakter sebagai misi inti.
Menghidupkan kembali lingkungan pendidikan dan meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya. Pada abad ke-21, diharapkan karakter siswa akan dilengkapi dengan beberapa fitur kemampuan membaca mereka.
Penumbuhan nilai-nilai utama pada karakter ini bisa dilihat pada gambar berikut:
Berdasarkan gambar di atas, kelima nilai sentral tersebut adalah perwujudan Pancasila, tiga pilar GNRM, nilai-nilai kearifan lokal, dan tantangan masa depan. Teori program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tentang pendidikan karakter yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara menjadi landasan guna menanamkan nilai-nilai moral pada siswa.
Jika hati ada di dalamnya (etika), pikiran ada di dalamnya (literasi), tujuannya ada di dalamnya (estetika), dan olahraga ada di dalamnya (kinestetik).
Pada masa depan, masyarakat Indonesia akan menjadi masyarakat terbuka dengan kewarganegaraan global, mampu memanfaatkan dan menerima keragaman sumber, pengalaman, dan nilai dari berbagai budaya tanpa kehilangan ciri khas dan identitasnya.
Hal ini akan dimungkinkan oleh nilai-nilai luhur Pancasila dan identitas budaya Indonesia yang mendarah daging. Selain itu, melalui peningkatan pendidikan karakter, anak-anak akan lebih mampu mengembangkan keterampilannya, menerapkan informasinya, mempelajari dan menyerapnya, serta mengembangkan akhlak mulia dan nilai-nilai budi pekerti yang dapat digunakan dalam kegiatan sehari-hari.
Agar Profil Pelajar Pancasila dapat tercapai, diperlukan suatu sistem untuk mengembangkan karakter melalui sosialisasi, pembelajaran yang lebih baik, dan berbagai perlombaan.
Jika pendidikan karakter dipandang dalam kaitannya dengan kesulitan negara Indonesia saat ini dalam mendidik generasi penerus untuk menghadapi situasi yang lebih sulit, serta tujuan mulia kemerdekaan Indonesia, maka itu menjadi lebih vital dan strategis.
Dengan demikian, pemberlakuan kebijakan ini merupakan langkah nyata dan tepat menuju peningkatan pendidikan karakter untuk memenuhi Profil Pelajar Pancasila sejak dini melalui persekolahan.
PPK dijalankan dengan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yakni dengan pendidikan karakter, khususnya dengan menitikberatkan pada nilai-nilai agama, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreativitas, kemandirian, dan demokrasi, rasa ingin tahu, dan semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, suka membaca, peduli lingkungan, peduli masalah sosial, dan bertanggung jawab.
Agar penerapan PPK lebih efektif, digunakan strategi berbasis masyarakat, berbasis kelas, dan berbasis sekolah.
Religius. Sikap religius mencerminkan keberimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa.
Siswa didorong untuk menjadi pemeluk agama yang taat tanpa menganggap rendah pemeluk agama lain dengan menanamkan sikap tersebut dalam diri mereka. Selanjutnya, kita harus merangkul kurikulum anti-terorisme dengan mengajarkan siswa untuk selalu mengutamakan toleransi beragama.
Integritas. Integritas adalah pengejaran terus-menerus untuk menjadi individu yang dapat diandalkan dalam perkataan, perbuatan, dan pekerjaan. Siswa yang memiliki karakter moral akan berhati-hati dalam menjalin pertemanan karena mendapatkan kepercayaan teman membutuhkan biaya.
Sekolah harus menetapkan kebijakan yang jelas yang mewajibkan anak-anak untuk berbicara dan berperilaku baik di antara teman-teman sebagai bagian dari pengembangan kebiasaan integritas dan karakter mengingat praktik intimidasi yang meluas.
Dengan mengajarkan dan menerapkan cita-cita integritas melalui PPK, kecurangan dalam ujian juga dapat diberantas. Jika setiap anak berkembang menjadi individu yang memiliki integritas, tidak hanya praktik bullying yang akan dihalangi, tetapi juga perilaku yang bertentangan dengan standar dan hukum.
Mandiri. Independen mengacu pada tidak bergantung pada orang lain dan mengerahkan upaya, pemikiran, dan waktu guna mencapai tujuan. Kesuksesan dan kemandirian sangat erat kaitannya. Orang yang telah hidup bebas sejak bayi biasanya berhasil sebagai orang dewasa.
Menjadi mandiri adalah kualitas terpenting yang harus dimiliki siswa di sekolah karena alasan ini.
Nasionalis. Kaum nasionalis mementingkan kepentingan negara dan bangsanya di atas kepentingan mereka sendiri dan orang lain. Sangat penting untuk memulai dari yang kecil untuk mengembangkan sikap nasionalis.
Aantara lain mematuhi standar sekolah, menjaga suasana bersih, dan berpartisipasi dengan hormat dalam upacara bendera. Untuk tujuan mempertahankan NKRI dan membangun Indonesia sebagai bangsa yang tangguh yang mampu berjuang tidak hanya di tingkat regional tetapi juga di skala internasional, semangat nasionalis yang tumbuh kuat dalam diri siswa di masa yang akan datang akan menjadi modal utama.
Gotong Royong. Gotong royong adalah cerminan dari menghargai kerja tim dan berkolaborasi untuk menemukan solusi atas masalah yang mempengaruhi banyak orang. Karena tekanan hidup yang berat dan kecenderungan individualisme, tradisi gotong royong menghilang di era digital ini.
Situasi ini jelas tidak sejalan dengan salah satu bakat penting abad ke-21, yakni kerja tim dan kolaborasi. Para pendahulu kita telah lama menjalin kerja sama yang dikenal dengan gotong royong, yang sejalan dengan tradisi nasional Indonesia.
Karena itu, penting untuk menumbuhkan nilai gotong royong melalui pengulangan latihan di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.
Agar menyukseskan PPK, semua pihak yang terlibat dalam pendidikan kelas, sekolah, dinas pendidikan, kelompok masyarakat, dan pemerintah pusat harus berkontribusi dalam penanaman lima prinsip inti.
Untuk melakukan ini, PPK menggunakan tiga strategi: strategi berbasis kelas, strategi berbasis budaya sekolah, dan strategi berbasis masyarakat. Metode berbasis kelas diimplementasikan sebagai berikut.
Memasukkan nilai-nilai karakter secara tematik ke dalam proses pembelajaran atau mengintegrasikannya ke dalam topik-topik sesuai dengan muatan kurikuler:
1. Menyusun manajemen kelas dan strategi pengajaran/pembinaan sesuai dengan kepribadian siswa.
2. Menilai pembelajaran/bimbingan;
Membuat kurikulum muatan lokal yang memperhatikan kebutuhan dan kualitas khas daerah, satuan pendidikan, dan siswa.
3. Pendekatan berbasis budaya sekolah dilaksanakan dengan berbagai cara
Menekankan pada penanaman prinsip-prinsip dasar ke dalam kehidupan sekolah sehari-hari.
Menawarkan perilaku teladan kepada siswa.
Melibatkan semua pihak yang terlibat dalam pengajaran siswa
Membangun dan menegakkan adat, tradisi, dan norma sekolah
Menjadikan kehebatan, kekhasan, dan daya saing lembaga sebagai ciri khasnya;
Memberikan ruang yang luas kepada siswa, terutama yang berada di satuan pendidikan dasar atau menengah, untuk mengembangkan potensinya melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Memberikan ruang yang luas kepada siswa untuk mengembangkan potensinya melalui kegiatan literasi.
Pendekatan berbasis masyarakat dilaksanakan dengan berbagai cara:
meningkatkan peran orang tua sebagai pemangku kepentingan utama dalam pendidikan dan Komite Sekolah sebagai organisasi partisipasi masyarakat yang menjunjung tinggi prinsip gotong royong.
pelibatan dan pemberdayaan potensi lingkungan sebagai sumber belajar, seperti kehadiran dan dukungan para pegiat seni budaya, tokoh masyarakat, alumni, dunia usaha, dan dunia industri; dan mengkoordinasikan pelaksanaan PPK dengan berbagai program yang ada.
Hakikat Penguatan Profil Pancasila
Profil Pelajar Pancasila turut mendongkrak pelaksanaan program NAWACITA di bawah masa jabatan kedua Presiden Joko Widodo melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dipimpin oleh Menteri Nadiem Anwar Makarim.
Profil Siswa Pancasila merepresentasikan siswa Indonesia sebagai pembelajar sepanjang hayat dengan kompetensi lintas budaya dan perilaku yang sesuai dengan Pancasila. Grafik berikut menggambarkan enam ciri utama Profil Mahasiswa Pancasila: iman, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan akhlak mulia; berbagai di seluruh dunia; kerjasama timbal balik; kemerdekaan; berpikir kritis; dan kreativitas.
Keenam profil tersebut pada gambar di atas diuraikan sebagai berikut.
Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
Pelajar di Indonesia yang memiliki hubungan yang kuat dengan Tuhan Yang Maha Esa adalah mereka yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.
Dia memahami doktrin dan praktik agama dan memasukkannya ke dalam aktivitasnya sehari-hari. Iman, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan akhlak mulia terdiri dari lima komponen esensial: (a) akhlak religius; (b) karakter pribadi; (c) moralitas terhadap orang lain; (d) moralitas terhadap alam; dan (e) moralitas negara.
Berkebinekaan global
Dalam rangka menumbuhkan rasa hormat terhadap sesama dan potensi terbentuknya budaya luhur yang konstruktif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa, pelajar Indonesia menjaga budaya luhur, lokalitas, dan jati diri dengan tetap berpikiran terbuka ketika berinteraksi dengan budaya lain.
Mengakui dan menghargai budaya, menggunakan keterampilan komunikasi antarbudaya saat berhubungan dengan orang lain, dan merefleksikan dan mengambil kepemilikan atas praktik keragaman adalah semua komponen dan kunci keragaman global.
Bergotong royong
Pelajar di Indonesia mampu bekerjasama yaitu mengerjakan tugas secara bersama-sama sehingga tugas tersebut dapat diselesaikan dengan cepat, mudah, dan ringan. Bekerja sama, peduli, dan berbagi adalah komponen gotong royong.
Mandiri
Pelajar Indonesia adalah pembelajar mandiri yang bertanggung jawab atas proses pembelajaran dan produk akhir. Pengaturan diri dan pengetahuan tentang diri sendiri dan situasi saat ini merupakan komponen penting dari kemandirian.
Bernalar kritis
Pelajar yang berpikir kritis mampu memproses informasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan objektivitas, menciptakan hubungan antara berbagai jenis informasi, menganalisisnya, menilainya, dan menarik kesimpulan darinya.
Berpikir kritis melibatkan pengumpulan dan pemrosesan informasi dan ide, menganalisis dan mengevaluasi argumen, merefleksikan ide dan proses kognitif, dan membuat penilaian.
Kreatif
Pelajar yang kreatif dapat melakukan perubahan dan menciptakan sesuatu yang baru yang signifikan, bermakna, dan bernilai. Membangkitkan pikiran segar dan menciptakan karya dan tindakan inovatif merupakan komponen penting dari kreativitas.
Penerapan cita-cita Pancasila berupa menjalankan tugas sesuai dengan ajaran agama yang dianut dan menjalani kehidupan tanggung jawab sosial, toleransi, dan kesopanan.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, kami ingin meningkatkan peluang keberhasilan aktualisasi subjektif Pancasila dan memastikan bahwa itu berjalan dengan lancar.
Karena Indonesia adalah negara yang religius, pendidikan karakter bangsa menitikberatkan pada pembinaan nilai-nilai kebangsaan dan karakter bangsa yang berlabuh pada agama dan Pancasila.
Diagram berikut menjelaskan keterkaitan antara aktualisasi dan pengamalan Pancasila dengan internalisasi cita-cita Pancasila sebagaimana tertuang melalui profil mahasiswa Pancasila:
Profil Pelajar Pancasila akan digunakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membuat Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang akan dirilis pada tahun 2021 dan memiliki menu yang mencakup Profil Pelajar Pancasila dan aplikasinya.
Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dibentuknya PMM yaitu menyajikan dan menerapkan Profil Pelajar Pancasila sebagai landasan pembelajaran dengan menggunakan paradigma baru, seperti terlihat pada gambar berikut:
Platform Merdeka Mengajar (PMM) disajikan dalam bentuk Web Based maupun Android Based, sehingga pengguna dapat mengakses melalui smartphone maupun komputer.
Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas mengakses informasi Profil Pelajar Pancasila dalam aplikasi PMM menggunakan smartphone seperti yang tersaji pada gambar berikut:
Gambar: Grafik Pengguna Jenis Perangkat Untuk Mengakses Konten Profil Pelajar Pancasila dalam Platform Merdeka Belajar
Profil Pelajar Pancasila merupakan profil lulusan yang berupaya untuk meneguhkan prinsip-prinsip luhur Pancasila bagi mahasiswa dan pemangku kepentingan dengan menunjukkan karakter dan kemampuan yang diharapkan dapat dicapai.
Aplikasi PMM merinci manfaat Profil Siswa Pancasila, termasuk bagaimana ia berfungsi sebagai kompas bagi pendidik dan siswa Indonesia dan tujuan akhir dari semua pembelajaran, program, dan kegiatan pendidikan.
Sementara itu, di masa Pandemi Covid 19, pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan Dalam Kondisi Khusus.
Penerapan Kurikulum Kondisi Khusus berupaya memberikan keleluasaan bagi Satuan Pendidikan untuk menentukan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.
Menteri Nadiem Anwar Makarim pada awalnya bermaksud untuk menyelaraskan kurikulum dengan semangat NAWACITA, meskipun telah diterbitkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan Dalam Kondisi Khusus Selama Pandemi Covid 19.
Usulan untuk mengeluarkan kurikulum baru menggabungkan keahlian lokal, lebih kontekstual, dan disesuaikan dengan karakteristik masing-masing daerah. Cinta tanah air, memperkuat patriotisme yang dipelajari di sekolah dasar.
Profil Siswa Pancasila merupakan tujuan mendasar dari penyederhanaan kurikulum pendidikan, dan diharapkan pada tahun 2045 dapat menghasilkan Generasi Emas Indonesia yang mampu bersaing dalam skala global.
Kesimpulan
Profil Pelajar Pancasila yang dihasilkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diproyeksikan merupakan hasil dari revolusi mental dengan meningkatkan pendidikan karakter dan produknya, yang merupakan upaya serius untuk mengimplementasikan program NAWACITA.
Strategi pemerintah ini sejalan dengan inisiatif lain di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mensukseskan program NAWACITA Presiden Joko Widodo.
Sebagai kado emas memperingati 100 tahun Kemerdekaan Indonesia, diharapkan pada tahun 2045 akan dihasilkan sumber daya manusia yang luar biasa yang mewujudkan semangat Pancasila dan bangga akan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.
Penulis adalah: Dr. Romi Siswanto, M.Si, Fungsional PTP Muda Direktorat PPG Kemendikbud Ristek