Perajin Tahu Bertahan di Tengah Krisis: Kami Tak Mau Kalah

Jurnalis: Deni Aping

Kabar Baru, Purwakarta – Gelombang kenaikan harga bahan baku kembali menghantam pelaku usaha kecil, khususnya para perajin tahu di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Lonjakan harga kedelai impor membuat para perajin harus memutar otak demi tetap bertahan di tengah tingginya biaya produksi.

Haji Adis, salah satu perajin tahu di Kelurahan Sindangkasih, Kabupaten Purwakarta, mengungkapkan bahwa harga kedelai kini telah menembus angka Rp1 juta per kwintal, naik dari sebelumnya Rp850 ribu.

“Kondisi ini membuat kami kelimpungan. Banyak perajin, termasuk saya, terpaksa memangkas kapasitas produksi hingga 50 persen,” ujarnya. Kamis (17/4/2025).

Meski demikian, semangat untuk terus bertahan belum padam. Haji Adis menyatakan bahwa para perajin tahu di Purwakarta tetap berproduksi meski dengan berbagai keterbatasan.

Menurutnya, bukan hanya harga kedelai yang naik. Beberapa bahan baku penunjang seperti kunyit dan garam pun ikut mengalami kenaikan harga.

“Kunyit yang biasa digunakan sebagai pewarna alami sekarang harganya naik dari Rp8.000 menjadi Rp12.000 per kilogram,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa para perajin masih berusaha mempertahankan kualitas produk. “Kami tidak mengecilkan ukuran tahu, tapi kalau harga bahan baku terus naik, mau tidak mau harga jual juga ikut naik,” tambahnya.

Selain mahalnya bahan baku, para perajin juga dihadapkan pada lesunya permintaan pasar, yang semakin menambah beban usaha.

Kini, para perajin berharap ada langkah konkret dari pemerintah untuk membantu mereka bertahan.

“Semoga ada kebijakan dari pemerintah terkait kenaikan harga bahan baku ini, agar usaha kami tetap berjalan dan kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi,” harap Haji Adis. (**)