Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Hijrah, Puasa dan Upaya Perbaikan Diri Para Pemimpin Kita

Jurnalis:

Oleh: Irwan Julkarnain
Ketua PW KAMMI NTB

Hijrah merupakan proses determinasi dalam pencapaian cita-cita mulia, bahwa kita tidak boleh berhenti bergerak dalam semua situasi, bahkan sesulit apapun situasi tersebut.

Jasa Pembuatan Buku

Hijrah tentang upaya perbaikan dalam level kehidupan diri. Dimana didalmnya kita berupaya menghayati nikmat hidayah dari Allah. Dan semua berhak merasakan nikmat-nikmat yang tersimpan didalamnya.

Namun, kita juga harus memperhatikan landasan dari kita “berhijrah”. Tidak ada tempat sombong dalam hijrah kita. Karena hanya Allah-lah sumber kekuatan dan kenikmatan didalamnya.

“Tetapi Allah lah yang menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. Sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. Al-Hujurat :7-8)”.

Ini adalah spirit awal yang mesti kita hadirkan sebelum kita benar-benar beranjak lebih jauh untuk bergerak. Kesadaran ini mesti tumbuh dalam setiap hembusan nafas kita.

Puasa dan Upaya Perbaikan Diri

Syukur tiada tara menyelimuti relung jiwa dan hati kita. Betapa tidak, kita kembali dipertemukan dengan Ramadan. Bulan yang telah memenuhi relung hati kita dengan kerinduan. Bulan yang diliputi keberkahan. Pahala-pahala akan dilipat gandakan. Wajarlah kita menyadari bahwa detik demi detik aliran nafas kita hari ini terasa begitu mahal dan berharga. Sungguh amat sia-sia kalau tidak mengisinya dengan amalan-amalan kebaikan.

Bulan ramadan yang didalamnya ada kewajiban kita berpuasa datang berulang setiap tahunnya, mengajak kita untuk sejenak memberi jeda pada kerutinan yang mungkin saja membuat kita kian lupa pada tujuan kita diciptakan. Ibarat musim gugur memberi pepohonan saat meranggas. Dedaunan jatuh luruh, gugur tafakur, pulang ke akar, lalu menyuburkan kehidupan.

Puasa adalah kesempatan yang tepat untuk membenahi diri. Sebab salah satu hakikat puasa itu sesungguhnya adalah kesanggupan kita menguasai diri, meredam hegemoni nafsu terhadap apa saja bahkan sekecil apapun itu.

Dengan mengendalikan diri dari gravitasi hawa nafsu, diri kita bisa naik derajat. Perbaikan pasti menjadi spirit yang kemudian muncul. Sebab, kita menyadari bahwa keberhasilan puasa ditunjukkan dengan naiknya grafik amal. Kestabilan ruhiyah diupayakan sebagai bekal kita menghadapi rutinitas pasca ramadan berakhir.

Puasa menjadi ajang untuk upaya perbaikan diri. Bergerak dan tumbuh adalah kemestian yang harus terus di upayakan. Untuk menuju hal demikian, maka tahap paling awal adalah kembali mengenali diri sembari melihat kenyataan yang terjadi hari ini. Hanya dengan hening kasunyatan (realitas) para pendaki di jalan tuhan bisa mencapai puncak kesadaran transpersonal (moksa, makrifat).

Momentum Para Pemimpin Kita Berbenah

Masih hangat di ingatkan kita, Tagar peringatan darurat kembali viral di jagat media sosial beberapa hari yang lalu. Indonesia Gelap. Terdegar agak mengerikan. Narasi ini bukan tampa sebab, ini simbol peringatan atas isu politik dan demokrasi yang membuat jengah masyarakat. Ketidakjelasan arah kebijakan pemerintahan pada akhirnya menimbulkan ketegangan sosial dan politik yang di tengah masyarakat.

Muncul rasa pesimis di masyarakat terhadap masa depan Indonesia. Baru genap 100 hari kerja pemerintahan Prabowo  menjabat, timbul berbagai macam problematika kebijakan yang menyusahkan masyarakat. Sebelum tagar peringatan darurat viral, masyarakat dihadapkan dengan kebijakan serampangan yang dikeluarkan oleh Menteri ESDM yang membuat kelangkaan gas LPG 3 kg dan sangat berdampak pada masyarakat kelas menengah ke bawah. Selain itu, masyarakat juga harus menghadapi fakta pemangkasan anggaran pendidikan dan kesehatan yang ternyata tidak menjadi skala prioritas pemerintah, hal itu juga menunjukan kontra-produktif dengan upaya pemulihan. Belum lagi, ditambah kebijakan efisiensi anggaran dalam berbagai sektor demi suksesi program unggulan makan bergizi gratis yang menyebabkan banyak orang harus kehilangan pekerjaannya karena perusahaan tidak memiliki anggaran yang cukup untuk menggaji mereka akibat kebijakan efisiensi sehingga muncul kalimat “siang hari anak makan bergizi dari pemerintah, namun malam hari orang tuanya tidak mampu memberikan makan karena kehilangan pekerjaannya, imbas dari efisiensi anggaran”.

Kasus terbaru yang mencengangkan adanya korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina pada periode 2018-2023. Kerugian negara tidak main-main, perkiraan kerugian mencapai Rp 968,5 triliun. Dengan tambahan informasi terbaru ini, menjadikan Pertamina memimpin liga korupsi di Negara ini.

Kita perlu berbenah, kita perlu berani beranjak. Negara ini kaya, tapi rakyat sengasara .Kita tidak berharap  anak-anak muda kita menghukum bahwa negara ini bobrok. Bahwa negara ini tenggelam.

Ramadhan ini adalah momentumnya. Dalam kesadaran Transpersonal kehidupan dialami sebagai pola interaksi yang tak terputus dari segala kehidupan. Kesadaran seseorang dan keterlibatannya langsung dengan kehidupan berkembang dari pernik-pernik eksistensi sehari-hari menuju eksitensi kosmik yang lebih luas. Dalam keluasan kesadaran kosmik Kita “manusia” bisa melihat betapa kesalingtergantungan tidak bisa dipisahkan dari kesatuan, satu dalam semua, semua dalam satu. Kesatuan tidak dapat eksis tanpa melihat sisi yang berbeda di sekitarnya,

Tidak mudah untuk mendidik diri dalam kendali emosi dan ambisi. Perlu keteguhan sikap yang mendasarinya. Kearifan dalam berfikir, berbicara bahkan bertindak menjadi pertanda bahwa ada tata kelola diri yang baik.

Untuk merawat Fitrah kebajikan itu dari pengaruh lingkungan yang buruk hari ini timbullah keinsffan akan tanggung jawab kepemimpinan dalam diri seperti sabda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam “setiap kamu pemimpin dan setiap pemimpin pasti akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya”.

Tanggung jawab kepemimpinan bukan hanya menuntut prihatin keluar tetapi lebih dahulu harus menengok ke dalam mengasah diri sendiri lewat kesiapan mendidik diri.

Dikatakan oleh Sayyidina Ali kepada Malik Al-Asytar, walinya di mesir, ” Barang siapa diangkat atau mengangkat dirinya sebagai pemimpin Hendaklah ia mulai mengajari dirinya sendiri sebelum mengajari orang lain dan hendaknya ia mendidik dirinya dengan cara memperbaiki tingkah lakunya sebelum mendidik orang lain dengan ucapan lidahnya, orang yang menjadi pendidik dirinya sendiri Lebih patut dihormati daripada yang mengajari orang lain”.

Sikap mawas diri merupakan kewajiban pertama seorang pemimpin dalam ungkapan Lao Tzu, ” apa yang kuharap dari anakku, sudahkah aku berikan teladan baginya. Apa yang kuharap dari rakyatku, sudahkah ku penuhi harapan mereka” Setelah pemimpin bermawas diri bolehlah ia mengembangkan Harmoni keluar dengan mengembangkan keseimbangan hak dan kewajiban dalam relasi sosial yang disebut Raja Yao sebagai jalan tengah sempurna.

Pribadi yang sadar dirinya akan memahami Tuhannya. Pribadi yang memahami Tuhannya akan merefleksikan kerendahanhatian dalam ketakterhinggaan kasihnya, bahwa semakin besar bukan menjadi kian bahaya bagi yang lain malahan memberi ruang bagi rasa nyaman dan aman bagi yang lain, seperti keluasan langit yang mampu memberi ruang bagi matahari, bulan, bintang dan semua yang terkait dengannya.

Pribadi yang memahami Tuhannya juga akan menyadari keterbatasan dirinya. Adapun pribadi yang memahami keterbatasannya akan giat belajar dan menghargai semua yang ada, termasuk kehadiran orang lain dalam rangka menggosok batu permata dalam dirinya, bahwa manusia senantiasa dalam proses menjadi dengan memandang setiap momen sebagai kebaruan yang harus diisi dengan belajar dan bekerja untuk menyempurnakan dirinya.

Dengan perenungan mendalam, kita disadarkan bahwa jalan keimanan, jalan kemanusiaan,  jalan kepemimpinan dan jalan produktivitas dimulai dari upaya pengenalan dan penempatan diri sendiri.

Kini, republik ini membutuhkan pemimpin yang berani tegakkan integritas, berani perangi ‘jual-beli’ kebijakn dan jabatan.

“Republik ini perlu pemimpin yang mendorong yang macet, membongkar yang buntu, dan memangkas benalu. Pemimpin yang tanggap memutuskan, cepat bertindak, dan tidak toleran pada keterlambatan. Pemimpin yang siap untuk “lecet-lecat” melawan status quo yang merugikan rakyat, berani bertarung untuk melunasi janji-janjinya”  Anis Baswedan dalam buku memenangkan Indonesia.

<span;>Bulan ramadan  baru memasuki gerbang awal, kita maksimalkan kesempatan yang bisa jadi ini kesempatan terakhir bagi kita. Tetapi kita berdoa, semoga saja kita masih di percaya sama Allah untuk merasakan puasa di tahun-tahun selanjutnya.

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store