Empat Strategi ASEAN Percepat SDGs Indonesia Lewat Inovasi dan Kolaborasi Regional

Editor: Bahiyyah Azzahra
Kabar Baru, Opini – Indonesia telah menunjukkan kemajuan nyata dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) 2030. Laporan Voluntary National Review (VNR) 2025 menyebut bahwa sekitar 61–62% indikator SDGs berada pada jalur yang tepat, menjadikan Indonesia salah satu negara dengan kemajuan terbaik di Asia dalam kategori pendapatan menengah ke atas (Bappenas, 2025; UN SDSN, 2025). Pemerintah Indonesia saat ini memprioritaskan pembangunan hijau, ekonomi sirkular, dan inklusivitas, dengan fokus pada SDGs nomor 3, 5, 8, dan 17.
Meski demikian, Indonesia masih dihadapkan pada tantangan besar, seperti ketimpangan regional, infrastruktur terbatas, dan kebutuhan reformasi tata kelola yang mendesak. Dalam konteks ini, kolaborasi antar negara ASEAN menjadi sangat strategis. Empat negara tetangga yaitu Singapura, Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Telah menerapkan berbagai inovasi yang relevan dan dapat menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia.
Singapura: Tata Kelola Publik dan Digitalisasi

Sumber: GovInsider Asia
Singapura terkenal dengan tata kelola publik paling efisien di Asia Tenggara. Melalui Smart Nation Initiative, sektor transportasi, energi, dan layanan publik terintegrasi dalam sistem digital berbasis big data yang memantau mobilitas, konsumsi energi, dan kualitas udara secara real-time.
World Economic Forum (2024) menyatakan bahwa tingkat kebocoran anggaran Singapura di bawah 1%, dengan efisiensi layanan publik 40% di atas rata-rata ASEAN. Konsep ini relevan dengan tantangan birokrasi hingga administrasi yang rumit dan integrasi data yang lemah di Indonesia. Implementasi serupa dapat meningkatkan transparansi, menekan inefisiensi anggaran, dan memperkuat layanan publik sesuai SDGs 9 dan 16.
Malaysia: Pusat Keuangan Syariah Global

Sumber: Republika/Musiron
Malaysia menempati peringkat pertama dalam Global Islamic Economy Indicator (DinarStandard, 2025) dan menguasai 36% pangsa pasar sukuk dunia (LSEG, 2025). Keunggulan Malaysia terletak pada ekosistem yang kuat, regulasi matang, serta inovasi produk keuangan syariah.
Kondisi ini sangat relevan bagi Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, namun sayangnya, aset perbankan syariahnya baru mencapai sekitar 7% dari total nasional (OJK, 2024). Potensi besar ini belum di eksekusi secara maksimal, Dengan belajar dari Malaysia membuka peluang peningkatan inklusi keuangan dan pendanaan pembangunan berkelanjutan, mendukung SDGs 8 dan 10.
Thailand: Hilirisasi Industri Pangan sebagai Kunci Ekspor

Sumber: The Nation Thailand
Thailand berhasil mendapat julukan “Dapur Dunia” karena dapat mengembangkan industri pangan bernilai tambah dengan nilai ekspor mencapai $40 miliar per tahun (Kasikorn Research Center, 2025). Pendekatan hilirisasi mencakup rantai nilai produk pangan dari hulu ke hilir dan branding internasional yang kuat.
Indonesia yang kaya komoditas agraris dan maritim, namun masih lemah dalam pengolahan bernilai tambah, karena sering mengekspor kekayaan alam dalam bentuk mentah, dapat belajar dari Thailand untuk meningkatkan devisa dan stabilitas harga bagi produsen lokal, sesuai SDGs 8 dan 12.
Vietnam: Magnet Investasi Manufaktur

Sumber: VnExpress International
Vietnam telah membuktikan diri sebagai magnet investasi manufaktur yang sulit ditandingi di ASEAN karena menarik FDI hingga $38 miliar pada 2024, dengan kontribusi ekspor dari perusahaan seperti Samsung yang mencapai lebih dari 20% total ekspor nasional (GSO Vietnam, 2024). Kekuatan Vietnam adalah stabilitas politik, insentif fiskal agresif, dan kepastian hukum bagi investor.
Hal ini relevan dengan Indonesia, yang meski memiliki pasar domestik raksasa yang masi memiliki tantangan regulasi dan birokrasi yang kompleks, dapat mempelajari pendekatan Vietnam untuk mendorong lahirnya lapangan kerja berkualitas, dan memperkuat posisi sebagai basis produksi global dan mendukung SDGs 8 dan 9.
Indonesia sebagai Pembelajar Kolaboratif di ASEAN
Keberhasilan empat negara di atas bukan sekadar kisah sukses, melainkan ilmu yang harus diresapi Indonesia. Melalui kolaborasi dan peran aktif sebagai collaborative learner, Indonesia dapat mengadaptasi inovasi sesuai konteks domestik dan memperkuat kerjasama kawasan.
Dengan semangat ini, Indonesia bisa bukan hanya mengejar target SDGs 2030 secara mandiri, tapi juga memperkokoh ASEAN sebagai kawasan yang inklusif, mandiri, dan berdaya saing global.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2025). Voluntary National Review Indonesia 2025: Accelerating SDGs. Jakarta: Bappenas.
DinarStandard. (2025). Global Islamic Economy Indicator 2025. DinarStandard.
General Statistics Office Vietnam. (2024). Socio-Economic Report 2024. Hanoi: GSO Vietnam.
Kasikorn Research Center. (2025). Thailand Food Industry Export Outlook. Bangkok: Kasikorn Research Center.arnt
London Stock Exchange Group. (2025). ICD-LSEG Islamic Finance Development Report 2025. London: LSEG.
Otoritas Jasa Keuangan Indonesia. (2024). Laporan Perkembangan Keuangan Syariah Tahun 2024. Jakarta: OJK.
United Nations Sustainable Development Solutions Network. (2025). SDG Index and Dashboards Report. New York: UN SDSN.
World Economic Forum. (2024). Global Competitiveness Report 2024. Geneva: WEF.
Penulis: Jennifer Gita Freya, Mahasiswa Universitas Brawijaya.
Insight NTB
Berita Baru
Berita Utama
Serikat News
Suara Time
Daily Nusantara
Kabar Tren
Indonesia Vox
Portal Demokrasi
Lens IDN
Seedbacklink







