Zero Food Waste melalui Edukasi Pembekuan Cabai Rawit Lokal Gorontalo di Desa Popodu Kabupaten Bone Bolango

Jurnalis: Redaksi Gorontalo
Kabar Baru, Gorontalo – Siapa sangka, membekukan cabai bisa menjadi solusi revolusioner untuk masalah klasik petani: limbah dan harga yang tak stabil! Di Desa Popodu, Bone Bolango, sebuah program edukasi mengubah cara pandang masyarakat terhadap cabai rawit lokal Gorontalo.
Program bertajuk “Zero Food Waste melalui Edukasi Pembekuan Cabai Rawit Lokal Gorontalo di Desa Popodu Kabupaten Bone Bolango” ini diinisiasi oleh Sakinah Ahyani Dahlan, S.TP., M.Si, Widya Rahmawaty Saman, S.TP., M.Si, dan Muhammad Isra, S.Pd., M.Si, melalui Program Pengabdian Mandiri Universitas Negeri Gorontalo Tahun anggaran 2025.
Ketua Tim menjelaskan bahwa petani kerap mengalami kehilangan hasil pascapanen, baik dari segi mutu maupun bobot, yang umumnya disebabkan oleh pengolahan yang tidak optimal pada tahap budidaya maupun pascapanen. Tingginya susut mutu menyebabkan sebagian besar cabai tidak layak konsumsi dan berujung sebagai limbah pertanian (food waste). Untuk mengatasi hal ini, dilakukan pelatihan penanganan pascapanen cabai sesuai standar Good Handling Practices (GHP), mencakup proses pembekuan dan pengemasan. Kegiatan ini bertujuan mendukung pengurangan limbah pangan sekaligus memperkuat pilar pertanian berkelanjutan dalam kerangka SDG’s.

Lebih lanjut, Sakinah mengemukakan Rangkaian kegiatan meliputi sosialisasi, edukasi teknis, penerapan teknologi, serta pendampingan dan evaluasi. Hasil evaluasi menunjukkan lebih dari 50% peserta memahami dan menerima materi dengan baik, menganggapnya relevan, serta memperoleh wawasan baru dalam pengolahan hasil pertanian. Peserta juga menunjukkan motivasi untuk menerapkan materi secara mandiri guna mendukung ketahanan pangan dan kesehatan keluarga.
“Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan solusi dari masalah rendahnya hasil pertanian pada komoditas hortikultura yakni cabai rawit lokal Gorontalo yang diketahui merupakan komoditas dengan nilai permintaan namun seringkali mengalami kenaikan harga di pasaran,” ujar Widya Rahmawati Saman. “Selain mengurangi nilai food waste di masyarakat mitra, kegiatan ini dapat meningkatkan keterampilan masyarakat mitra dalam mengolah cabai rawit sehingga dapat dikonsumsi dalam kondisi segar dan waktu yang lama.”
Muhammad Isra menerangkan kegiatan ini menjadi wadah bagi masyarakat Desa Popodu dalam mempraktikkan kegiatan pengolahan hasil pertanian secara mandiri dengan menggunakan teknologi sederhana, yakni pengemasan menggunakan plastic standing pouch sealable serta pembekuan menggunakan freezer yang sudah sangat familiar di kalangan masyarakat, murah, serta mudah diperoleh dan dipraktikkan.
“Kegiatan ini sangat diperlukan oleh masyarakat karena seringkali dianggap kurang penting, namun tanpa disadari memiliki dampak yang besar,” tambah Sakinah. “Untuk itu disarankan untuk dilakukan studi lebih lanjut mengenai dampak kegiatan yang serupa bagi masyarakat terutama untuk komoditas lain, baik komoditas pangan maupun hasil perkebunan.”
Dengan cabai beku, Gorontalo membuktikan bahwa inovasi sederhana bisa membawa perubahan besar. Limbah berkurang, petani sejahtera, dan harga cabai pun lebih terkendali.