Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Tradisi Mudik, Napak Tilas Diri dan Kehidupan

Kabarbaru.co
Penulis: Prof.Dr.Ibrahim, MA., Guru Besar Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Pontianak.

Editor:

Kabar Baru, Opini Mudik, terminologi budaya yang viral di media pekan ini. Bahkan akan terus viral untuk waktu seminggu kedepan ini. Bagaimana tidak, tradisi mudik telah menyita banyak hal di tengah situasi bangsa ini, yang mulai pulih dari pandemic. Maklum saja, sejak dua tahun terkahir, tradisi mudik sangat dibatas dikarenakan kasus pandemic. Alhamdulillah tahun ini, tradisi mudik ini bisa berjalan normal sebagaimana sebelumnya pandemic.

Untuk tradisi yang mulai viral ini, hamir semua perhatian ditujukan pada aktivitas tradisi mudik ini, mulai dari berita media, kesediaan transportasi, jaminan keamanan di perjalanan, hingga berita-berita media terkait ruas jalanyang mengalami kemacetan, dan sebagainya.

Jasa Pembuatan Buku

Mudik merupakan tradisi khas masyarakat Indonesia. Mudik merupakan kebiasan yang dilakukan dengan cara pulang (kembali) ke kampung halaman asal (atau tempat dimana kita dilahirkan) untuk bersilaturahmi bersama keluarga besar, berkumpul bersama merayakan hari raya idul fitri.

Sebagai sebuah tradisi, mudik menjadi suatu kebiasaan (budaya) masyarakat Indonesia pada setiap tahunnya, terutama dalam momen-momen special seperti pada perayaan lebaran idul fitri ini.

Dengan tradisi mudik, masyarakat kita dapat menyambung tali silaturrahim antar anggota keluarga. Yang tadinya harus terpisah tempat karena alasan pekerjaan, berkeluarga atau apapun.

Tapi dengan tradisi mudik ini, kita bisa bertemu kembali, bersilaturrahim dan berkumpul bersama sanak keluarga di kampung halaman, tempat asal kita semua dilahirkan. Selain sebagai momentum merawat silaturahim keuarga, mudik juga seringkali menjadi kesempatan untuk saling berbagi antar keluarga dan sanak saudara.

Apapun bentuknya, mudik memiliki nilai komunikasi sosial dan silaturrahim yang sangat penting dalam masyarakat kita, Indonesia. Mudik bukan saja mampu mempertemukan sanak saudara dan keluarga yang sudah terpisah lama dan jauh karena berbagai tuntutan kehidupannya, mudik juga mengajarkan pentingnya mengenang perjalanan hidup diri dan keluarga dalam bentuk napak tilas diri dan kehidupan.

Bahwa kehidupan kita hari ini sebagai orang kota, dengan prestasi hidup dan harta yang kita punya, sesungguhnya adalah bagian dari sejarah panjang hidup yang pernah kita torehkan. Salah satunya adalah keluarga dan masyarakat di kampung yang dulu ikut membentuk dan mempengaruhi sebagian usia kita.

Jika hari ini sebagian kita mendapatkan kesuksesan hidup dan karir, ketahuilah bahwa keluarga, saudara dan teman sepermainan kita di kampung adalah bagian yang tak terpisahkan, dan juga ikut membentuk diri kita hari ini.

Kemewahan dan gemerlap hidup serba ada dan serba tersedia sebagai orang kota hari ini, seharusnya tidak membutakan mata hati dan kesadaran diri bahwa kita sebenarnya hanya seorang perantauan dari kampung, saudara dan keluarga dari masyarakat yang ada di kampung.

Bahwa dengan sukses hidup kita hari ini, kita menjadi seorang yang kaya raya dan hidup serba berkecukupan di kota, tidak mungkin untuk kita bisa menghapus sejarah masa kecil kita di kampung, di tengah sanak keluarga, saudara dan teman sepermainan yang lucu, lugu dan selalu bikin terharu.

Disinilah mudik menjadi sebuah tradisi penting untuk mengenang/mengingat dan menapak tilasi sejarah diri dan kehidupan. Seringkali kita dibuat tersenyum bangga dengan kenangan masa lalu di kampung. Tapi mungkin saja kita akan meneteskan airmata mengingat kepedihan dan kesulitan yang harus dilalui saat itu.

Sebagai sebuah kenangan, tak seorangpun dari kita yang mampu memutar ulang sejarah diri dan kehidupan masa lalu yang indah, manis, atau bahkan menyakitkan. Satu-satu cara untuk menghadirkan kenangan masa lalu bersama keluarga, saudara, teman sepermainan di kampung (tempat asal) adalah dengan mudik. Ketika mudik, kita berkesempatan untuk menghadirkan kenangan masa lalu, persahatan dan cinta kasih sesama keluarga, sanak saudara dan teman sepermainan.

Dengan mudik kita punya kesempatan untuk (kembali) bercerita, berbagi suka ria dan silaturahim sesame keluarga. Inilah bentuk-bentuk dari napak tilas diri dan kehidupan yang seharusnya didapati kita semua dari tradisi mudik yang telah membudaya dalam masyarakat hari ini.

Sebaliknya, tentu saja tradisi mudik yang benar-baik, tidak kita jadikan sebagai kesempatan untuk pamer diri, kehidupan dan kekayaan kepada sanak keluarga di kampung. Jika kita benar-benar telah berubah hidup menjadi orang kaya, serba berkcukup saat ini, jadikanlah perubahan itu sebagai satu kesempatan untuk ajang berbagi, saling menolong dan wujudkan ekspresi rasa syukur atas semua pencapaian hingga saat ini.

Semoga kita bisa menjadikan tradisi mudik ini sebagai ibadah kepada Allah, sarana menapak-tilasi diri dan kehidupan, yang mendorong kita untuk senang berbagi dan berbagi sesama. Pastikan mudik aman, nyaman dan menyelamatkan. Jaga kesehatan diri dan keluarga. Tetaplah dengan protokol kesehatan yang maksimal dan standar untuk mudik. Semoga menjadi mudik yang berkah. Wallahu a`lam (26 Ramadhan 1443 H/ 28 April 2022 M).

 

*) Penulis adalah Prof.Dr.Ibrahim, MA., Guru Besar Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Pontianak

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kabarbaru.co

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store