Krisis Apoteker di Indonesia: PAFI Bergerak Cepat Menjawab Tantangan

Jurnalis: Pengki Djoha
Kabar Baru, Jakarta – Indonesia sedang menghadapi krisis kesehatan yang kurang mendapat perhatian: kekurangan apoteker. Rasio apoteker terhadap penduduk di Indonesia jauh di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang merekomendasikan satu apoteker untuk setiap 2.000 penduduk. Data menunjukkan rasio di Indonesia mencapai satu apoteker untuk setiap 9.000-10.000 penduduk, mengakibatkan akses masyarakat terhadap informasi dan edukasi obat yang memadai menjadi sangat terbatas.
Dilansir dari https://pafibandungkab.org Dampak dari kekurangan apoteker ini sangat signifikan. Banyak pasien kesulitan mendapatkan penjelasan komprehensif tentang obat yang mereka konsumsi, potensi interaksi obat, dan efek samping yang mungkin terjadi. Akibatnya, praktik pengobatan sendiri yang berbahaya semakin marak, mengancam keselamatan pasien. Masalah ini bukan hanya terjadi di daerah terpencil, namun juga mulai dirasakan di kota-kota besar. Fasilitas kesehatan di berbagai daerah mengalami kesulitan menyediakan layanan farmasi yang optimal karena kekurangan tenaga ahli.
Di tengah situasi ini, Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) mengambil peran penting dalam mengatasi krisis tersebut. PAFI bukan hanya wadah bagi para apoteker dan tenaga kefarmasian, namun juga sebagai organisasi yang aktif dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas apoteker di Indonesia. PAFI menjalankan beberapa strategi kunci (Sumber:https://pafibandungkab.org)
- Peningkatan Kompetensi: PAFI menyelenggarakan berbagai program pelatihan dan pendidikan berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi para anggotanya. Hal ini bertujuan untuk memastikan apoteker di Indonesia memiliki pengetahuan dan keahlian yang mutakhir.
- Advokasi Kebijakan: PAFI aktif mengadvokasi kebijakan pemerintah agar lebih memperhatikan kebutuhan tenaga farmasi. Ini termasuk advokasi untuk peningkatan jumlah penerimaan mahasiswa farmasi, penempatan apoteker yang merata di seluruh wilayah Indonesia, serta insentif bagi apoteker yang bertugas di daerah terpencil.
- Pengembangan Jaringan: PAFI secara konsisten memperluas jaringan dan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, rumah sakit, dan apotek. Contohnya, PAFI cabang Kota Kuningan secara aktif menggelar seminar, pelatihan, dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pengetahuan obat yang benar.
Solusi Jangka Panjang:
Mengatasi krisis apoteker membutuhkan kerja sama yang erat antara berbagai pihak. Pemerintah perlu mengalokasikan sumber daya yang lebih besar untuk sektor pendidikan farmasi, memberikan insentif yang menarik bagi apoteker untuk bekerja di daerah terpencil, dan menciptakan regulasi yang mendukung pemerataan tenaga apoteker. Perguruan tinggi farmasi juga perlu meningkatkan kualitas pendidikan dan menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Peran PAFI sebagai organisasi profesi tetap sangat krusial dalam memimpin upaya peningkatan kualitas dan kuantitas apoteker di Indonesia.