Kepulan Asap Rokok dalam Dilema Kebarokahan

Editor: Ahmad Arsyad
Kabar Baru, Opini – Sedang ramai diperbincangkan belakangan di sosial media, Elham Yahya atau yang biasa dikenal sebagai Gus El, seseorang yang melebelkan diri sebagai seorang pendakwah, namun dengan sejuta kontroversi yang membuntuti di belakang. Namanya mulai dikenal di sosial media sejak 3 tahun terakhir lewat dakwahnya yang tersebar di sosial media. Namun belekangan ini berbagai kontroversi tentang pernyataan dan prilakunya yang dianggap ‘nyeleneh’ atau tidak biasa mulai mencuak, membuat Namanya naik daun yang disebabkan oleh berbagai kontradiksi dan persoalan.
Salah satu persoalan yang paling banyak dipermasalahkan adalah ketika ia mencium beberapa anak ke Perempuan yang berusia dibawah 7 tahun. Namun bukan hal itu yang akan kita bahas kali ini, meinkan sebuah pernyataannya dalam sebuah majelis rutinan, ‘setiap hisapan rokok itu mendapatkan pahala. Dalam setuap hisapannya mengandung lafadz Allah’. Sebuah pernyataan yang tersebar lewat media daring, tiktok dan Instagram yang kemudian menuai berbagai kecaman publik, namun jarang dibahas secara serius. dengan segala dinamika dan kecaman didalamnya, lantas benarkah merokok dapat menjadi amalan yang dapat mendatangkan kebarokahan?
Gus Elham Yahya, atau yang kerap disapa Gus El merupakan seseorang dengan lebel pendakwah yang berasal dari kediri, yang belakangan Namanya naik di media sosial terutama tiktok sejak akhir tahun 2025, namun dakwahnya sendiri sudah lama diperbincangkan di berbagai media sejak tahun 2020, dikeranakan objek dan substansi dalam dakwahnya yang dikenal tidak biasa, berbagai tempat-tempat tidak biasa ia tapaki untuk berdakwah, seperti sel tahanan dsb.
Ia juga rutin dalam mengadakan majelis kajiannya sendiri, selain itu sosoknya yang masih muda dan terkesan ‘nyetrik’ menjadi daya tarik sendiri tang mendatangkan banyak jemaat yang ingin suasana dakwah baru. Namun tampaknya berbagai kontroversi akibat kenyelenehan yang ia lakukan cukup membuat banyak kalangan risih dan mencekal pernyataan yang ia lontarkan, salah satunya adalah tentang kebarokahan merokok.
Merupakan sebuah pengetahuan dasar tentang bahwa rokok yang memiliki dampak negatif kepada Kesehatan manusia . Dampaknya tidak hanya terasa bagi seorang pribadi saja, melainkan berdampak kepada sekitar yang terjangkit asap rokok, karena tidak semua orang tahan dengan asap rokok, baik orang yang mengidap penyakit pernapasan, pasca stroke, alergi asap.
Selain itu merokok di ruang lingkup publik juga tidak sesuai dengan etika bermasyarakat, karena mempertimbangkan kenyamanan dan dampak Kesehatan yang buruk bagi sekitarnya. Dalam sebuah wawancara untuk artikel Kesehatan yang dilakukan oleh republika, spesialis paru Eka Hospital Cibubur dr Paulus Arka Triyoga.
Paulus Arka Triyoga dalam keterangannya di Tangerang Sabtu (31/5/2025) menyatakan bahwa “Inhalasi asap rokok secara kronis menyebabkan kerusakan ireversibel pada alveoli dan memicu perkembangan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), termasuk emfisema dan bronkitis kronis,”. Dengan ini secara mutlak kita mengetahui dampak rokok yang tidak baik bagi Kesehatan.
Sesudah kita mengetahui fakta dan dampak buruk rokok terhadap Kesehatan. Lalu bagaimana prespektif kajian islam menanggapi pernyataan rokok sama dengan barokah tersebut? mengetahui bahwa seseorang dengan lebel pendakwah ini mengeluarkan pernyataan ‘merokok barokah’ yang sangat kontroversial. Yang mana persoalan tentang rokok sudah sering dibahas, dan justru pembahasan ini mengarah ketidak bolehan merokok, atau merokok yang anggap sebagai suatu hal yang makruh, lebih baik tidak dilakukan, bahkan nyaris haram, atau tidak boleh dilakukan. Pernyataan ini dikeluarkan di fatwa MUI komisi B, yang telah di sepakati sejak tahun 2008.
Sudah banyak sekali kritik dari kalangan pendakwah mengecam pernyataan yang dilontarkan oleh Gues El tersebut. Salah satunya ialah Ismaiel Kholilie, atau yang kerap disapa Ra Mail, merupakan seorang pendakwah asal Bangkalan Madura yang kerap menuliskan soal kajian agama dalam postingan di kanal instagramnya yang memiliki lebih dari 700.000 pengikut, dalam salah satu postingan di kanalnya, ia menyuarakan kritik terhadap sosok Gus El, postikan yang ia beri judul ‘surat untuk Gus El’, dan dipublikasi pada 30 Oktober 2025.
Kritik tersebut diperuntukkan untuk mengingatkan secara baik tentang etika dalam berdakwah dan membahas tentang kontroversi pernyataan merokok yang dilontarkan oleh pihak bersangkutan.
Banyak sekali kritik datang dari berbagai kalangan, baik yang berbasis dakwah maupun pihak awan. Namun sangat amat disayangkan bahwa mmasih banyak jemaat dari Gus El sendiri yang masih mendukung pernyataan tersebut.
Mengingat sebuah agama dapat dengan mudahnya dijadikan sebagai pembenaran dalam menjustivikasi sebuah keburukan, yang kemudian di balas dengan kebungkaman atas kritisasi masyarakat, telah membuktikan bahwa masih adanya kalangan masyarakat Indonesia yang menjustivikasi kebenaran lewat subjek yang menyuarakan pendapat tersebut tanpa melihat konteks dari hal yang sedang dibicarakan.
Masih banyak audiens yang bersifat buta terhadap opini yang menyeleweng dari norma, dan justru membenarkan segala hal yang disampaikan oleh orang tertentu.
Hal ini tentu sangat berbahaya terhadap kewarasan pola pikir, apabila masih ada kalangan yang tidak mempersoalkan tentang fenomena ini. karna ketika sebuah pernyataan dibenarkan bukan karna ‘atas dasar apa?’ melainkan ‘siapa pembicaranya’, maka sifat kritis pada masyarakat yang akan sangat berdampak terhadap penurunan kecerdasan masyarakat secara general.
Fenomena klaim “rokok berpahala” menunjukkan bagaimana ruang dakwah digital kini sering bergerak di antara kreativitas, sensasi, dan kekaburan batas. Di satu sisi, umat membutuhkan pendekatan agama yang menenangkan; di sisi lain, pernyataan yang tidak berbasis dalil maupun ilmu kesehatan justru berpotensi menyesatkan. Pada akhirnya, ibadah tidak bisa dilekatkan pada sesuatu yang jelas membawa mudarat.
Di tengah derasnya konten religius di media sosial, kemampuan untuk memilah menjadi penting. Tidak setiap kalimat yang berselimut agama benar-benar menghadirkan berkah. Oleh karna itu sepatutnya Lembaga-lembaga pemerintahan yang terkait. Sperti MUI, KEMENAG, maupun Kementrian Komunikasi Digital harus hadir untuk membersamai masyarakat dalam membantu pembasmian oknum-oknum yang melakukakan penyelewengan, baik itu lewat pernyataan yang dilontarkan maupun aksi yang dilakukan. Karna dengan menurunnya tontonan yang berintegritas tinggi dan dibermasai oleh difat kritis yang menurun akan menghasilkan banyak kesalahpahaman dan konsepsi yang tidak berdasar di kalagan masyarakat.
*) Penulis adalah Amnah Hanina, Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.
Insight NTB
Berita Baru
Berita Utama
Serikat News
Suara Time
Daily Nusantara
Kabar Tren
IDN Vox
Portal Demokrasi
Lens IDN
Seedbacklink







