Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Dari Kick and Rush ke Sepak Bola Modern: Transformasi Strategi Politik di Era Baru

Kabarbaru.co
Penulis adalah Mohammad Iqbalul Rizal Nadif, Pengurus PB PMII. (Foto: Ist).

Editor:

Kabar Baru, Opini — Selama bertahun-tahun, panggung politik kita dipenuhi gaya permainan yang mirip pola kick and rush dalam sepak bola klasik Inggris. Pola ini sederhana: tendang bola sejauh mungkin ke depan, kejar, rebut, lalu serang tanpa banyak perencanaan taktis. Dalam politik, pendekatan serupa muncul melalui strategi konfrontatif, mobilisasi massa yang keras, serangan frontal terhadap lawan, serta penggunaan isu emosional untuk memicu dukungan instan. Efektif? Terkadang iya. Elegan? Jelas tidak. Berkelanjutan? Tidak juga.

Namun lanskap politik hari ini telah berubah. Publik bukan lagi penonton pasif. Kompleksitas sosial menuntut strategi yang lebih modern, layaknya sepak bola kontemporer yang menekankan penguasaan bola, pergerakan terstruktur, dan kecerdasan membaca permainan. Inilah masa ketika “politik kick and rush” mulai kehilangan pamor, digantikan pendekatan yang lebih halus, strategis, dan berorientasi jangka panjang.

Jasa Penerbitan Buku

Pendekatan kick and rush dalam politik bertumpu pada manuver cepat, retorika bombastis, dan isu sensasional yang mampu menggerakkan basis massa dalam waktu singkat. Metode ini efektif pada era ketika akses informasi terbatas dan opini publik mudah dibentuk oleh komunikasi satu arah. Kini, arus informasi mengalir dari berbagai kanal. Warga dapat memverifikasi pernyataan politisi hanya dalam hitungan detik. Sikap emosional yang terlalu meledak-ledak mudah terbaca sebagai manipulatif, sementara serangan frontal kerap dianggap kuno, tidak produktif, atau bahkan melelahkan.

Politik modern hadir sebagai pendekatan yang sejalan dengan perkembangan taktik sepak bola Eropa masa kini—dari tiki-taka hingga positional play. Para pemain politik dituntut memahami dinamika sosial layaknya gelandang yang membaca ruang, bukan penyerang yang sekadar mengejar bola liar. Publik menginginkan argumentasi berbasis data, bukan semburan emosi. Terutama pemilih muda, yang lebih peka terhadap transparansi, kolaborasi, dan narasi kebijakan yang konkret.

Dalam sepak bola modern, kemenangan tidak hanya ditentukan kemampuan individu, melainkan juga kolektivitas dan penguasaan ritme permainan. Begitu pula politik hari ini. Politisi yang mahir membangun jaringan, dialog, dan konsolidasi gagasan lebih dihargai daripada mereka yang mengandalkan kefasihan orasi di panggung terbuka. Keberhasilan komunikasi politik bukan lagi soal siapa yang paling keras, tetapi siapa yang paling efektif meyakinkan dengan cara elegan dan konsisten.

Tentu, bukan berarti pendekatan kick and rush sepenuhnya hilang dari gelanggang politik. Masih ada pihak yang menggunakannya untuk menciptakan kejutan taktis, terutama saat ketegangan memuncak atau ketika isu tertentu dapat dieksploitasi. Namun intensitas dan efektivitasnya semakin menurun. Publik kian cerdas dalam membedakan antara serangan taktik dan solusi substansial. Mereka dapat melihat ketika seorang aktor politik kehabisan strategi dan hanya mengandalkan “tendangan jauh” sebagai langkah terakhir.

Peralihan menuju politik modern menuntut kompetensi baru: kemampuan analisis, literasi data, sensitivitas sosial, serta kesabaran membangun narasi jangka panjang. Seperti klub sepak bola yang menekankan akademi dan pola permainan terstruktur, politisi kontemporer perlu berinvestasi pada reputasi, konsistensi, dan kedekatan autentik dengan masyarakat. Politik modern memandang pemilih bukan sebagai massa yang digerakkan teriakan, melainkan komunitas yang perlu diajak berdiskusi dan dipercaya.

Ketika dunia berubah, cara bermain pun harus berubah. Yang bertahan bukan yang paling keras, tetapi yang paling adaptif. Transformasi strategi politik dari kick and rush menuju sepak bola modern menunjukkan bahwa arah zaman tidak lagi berpihak pada gaya konfrontatif dan sporadis. Pemilih menuntut kedewasaan, kecanggihan, dan kreativitas. Mereka ingin politisi yang tidak hanya pandai berlari mengejar bola, tetapi mampu mengendalikan permainan, mengatur tempo, dan menawarkan visi jangka panjang.

Akhirnya, politik modern mengajarkan bahwa kemenangan berkelas tidak lahir dari adu keras, melainkan kecermatan membaca momentum, kecerdasan mengelola peluang, serta kemampuan membangun harapan. Dan seperti dalam sepak bola, siapa pun yang enggan beradaptasi dengan taktik baru perlahan akan tersingkir dari kompetisi.

Penulis adalah Mohammad Iqbalul Rizal N. Pengurus PB PMII.

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store