Dampak Artificial Intelligence (AI) Di Bidang Otomotif

Editor: Ahmad Arsyad
Kabar Baru, Opini- Teknologi kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) kini banyak beredar dan diterapkan di segala bidang kehidupan. Kita bahkan dapat menemukan kecerdasan buatan dalam kehidupan sehari-hari, seperti asisten virtual Google dan Siri. Kecerdasan buatan bukanlah hal baru, tetapi perkembangannya selalu menjadi perhatian. Dalam perkembangan kecerdasan buatan, selain membantu manusia, ada banyak film yang berhubungan dengan kecerdasan buatan. Sehingga meningkatkan minat terhadap kecerdasan buatan. Perlu Anda ketahui juga bahwa AI tidak selalu berupa asisten virtual atau selalu berbentuk robot. Tetapi AI lebih luas dari itu, dan dengan menekankan kecerdasan mesin yang dapat merespons seperti manusia, AI dapat diterapkan dalam berbagai cara. Saat ini, hampir semua perangkat komputer atau teknologi modern menerapkan kecerdasan buatan.
Seiring dengan perkembangan zaman. Di era Revolusi Industri 4.0 ini, kecerdasan buatan (AI) memberikan dampak nyata hampir di setiap sektor bisnis, termasuk industri otomotif. Teknologi kecerdasan buatan memungkinkan otomatisasi untuk membuat mobil self-driving. Mobil self-driving secara bertahap mendapatkan popularitas di seluruh dunia. Berbagai sistem mengemudi semi-otonom seperti Lane Assist, Adaptive Cruise Control (ACC), Electronic Stability Control (ESC), Rear View Video System (RVS), Adaptive Highlights, Forward Collision Mitigation (FCM), Automatic Emergency Braking (AEB), dan sistem lain telah diterapkan pada mobil self-driving. Dikatakan demikian, tidak akan lama sebelum kita melihat kendaraan yang sepenuhnya otonom mengemudi sendiri di jalanan. Analisis Insight dari Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) memperkirakan bahwa pada akhir tahun 2040, mobil self-driving ini akan melebihi 75 persen dari kendaraan konvensional saat ini. Tesla merupakan contoh mobil yang telah menggunakan teknologi ini. Mobil elektrik Tesla dengan fitur AI Autopilot nya dapat memprediksi 1000 objek yang berbeda untuk menghindari objek ketika menyetir.
Namun Tidak semua berjalan mulus sesuai ekspektasi. Nyatanya, self-driving car juga menghadapi berbagai kendala. Teknologi kecerdasan buatan masih tidak dapat berfungsi dengan baik di pusat kota yang kacau dan macet. sebuah studi yang dilakukan oleh badan amal keselamatan jalan terbesar di Inggris, IAM RoadSmart menemukan bahwa sebagian besar pengguna jalan menganggap bahwa mobil tanpa sopir merupakan ancaman keselamatan. Sebanyak 60 persen pengguna jalan merasa yakin atas hal itu. Sehingga mereka menganggap bahwa teknologi ini benar-benar ancaman serius keselamatan jalan. Bahkan, pengguna jalan wanita (66 persen) dan orang berusia di atas 70 tahun memiliki kekhawatiran yang lebih tinggi lagi.
Pendukung self-driving pun beranggapan bahwa teknologi ini dapat meningkatkan keselamatan di jalan raya. Terlebih lagi, selama ini kesalahan manusia lah yang menjadi penyebab utama kecelakaan. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa memanfaatkan kontrol komputer menjadi solusinya.
Direktur Kebijakan dan Riset IAM RoadSmart, Neil Greig berpendapat bahwa pengemudi tak boleh terlalu bergantung pada teknologi ini. Jika terlalu bergantung pada self-driving, tentu dapat berdampak negatif.
Untuk saat ini mungkin teknologi Mobil self-driving belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat. Tetapi seiring dengan perkembangan teknologi dan AI (Artificial Intelligence) yang semakin cerdas, Mobil self-driving akan dapat menggantikan kendaraan konvensional saat ini.
*) Penulis adalah Imam Arkansyah, Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Pamulang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kabarbaru.co