Aksiologi Rasa | Puisi-puisi Arisqi

Editor: Ahmad Arsyad
Sebongkah dilema kini hadir
Menyambat sunyi yang mutakhir
Menjunjung tinggi takdir
Bersemayam menjadi hilir
Sudahilah ini semua
Permainanmu klasik
Lajurmu sudah aku telisik
Penuh dengan arogansi yang mistik
Sudahilah kobaran apimu ini
Sudah muak aku menengadahi
Serpihan halusinasi
Merekah menjadi ilustrasi
Ciputat, 9-08-20
Lorong Kehendak dan Hasrat
Beri aku hijaunya dedaunan segar
Birunya air laut yang terbentang
Garis jingga sebuah senja
Sebelum semuanya menjadi kelabu.
Beri aku jeritnya sebuah nyanyian
Sedu yang tertahan oleh ibu
Sayup bisikan nada nada suci
Sebelum di sambut Tuhan.
Beri aku secarik kertas
Bersama kuas-kuas bianglala
kata-kata ngeri dari cakrawala
demi mengibarkan puisi ini.
Ciputat, 10-7-2021
Antah Berantah si Jelata
Kini semakin larut
Antara bocah dibelantara sungai
Memberikan senyuman
Dan sebongkah pertikaian
Tersisih tanpa kasih
Merintih tergilas derap kesombongan
Luka meradang menggoda perih
Ratap warnai lusuhnya harapan
Serampai waktu kian tak berarti
Kodrat sosial hilang menjelang
Terseret arus riak gelombang
Akal budi tertutup duniawi
Panggilah aku dengan kata jelata
Sudah tak berarti sosial dan budaya
Saban hari hanyalah mengkoyak luka
Meratapi derita yang dilanda renjana
Ciputat, 8-08-2021
Saumpama
Teruntuk Budi Darma
Fajar merah bercumbu pandang
Mengakar dengan jeritan panjang
Seolok kisah menuai duka
Serampaian sunyi men Dunia
Elok kata-katanya
Renyah sajaknya
Merestui duka semalam saja
Walau perih menimpa
Selamat jalan pemilik kata
Sastrawan namanya
Budi Darma selogan hidupnya
Amal yang kau bawa
Nestapa hilirnya
Memikat air liur sepertiga malam
Lantunan do’a akan aku ejakan pada Tuhan
Selamat jalan pemilik kata
Ciputat, 22-08-2021
*) Penulis adalah Arisqi si penulis puisi yang belum ulung, kini terlahir dari rahimnya Pulau Madura, dan sudah menuangkan secarik sajaknya di buku yang berjudul “Teka Teki” dan “Prolog Renjana”.