Petani Indonesia, Puisi-puisi Muhammad Walid
Editor: Ahmad Arsyad
petani hidup derita
panen tiada harga
jual murah meriah
beli mahal dan susah
pupuk barang antik
bibit benda langka
mau makan dicekik
lapar dipaksa kerja
diperintah berdikari
panen tak dihargai
impor ke luar negeri
laba di lahat petani
Pamekasan, 28 Desember 2022
tawa yang riang
kini sudah sirna
kau sudah pulang
jauhi dunia fana
begitu kau pergi
lenyap kilau pagi
dari wajah kami
duka cita bersemi
kini sorga loka
di alam baka
jadi rumahmu
jadi istanamu
Pamekasan, 10 Desember 2022
rinai-rinai hujan pagi
terasa dingin dalam hati
kenangan akan masa lalu
mendekapku dalam rindu
semilir bayu musim hujan
sejukkan suasana alam
kabut dan awan semesta
mengarak rasa asa cinta
tetes-tetes embun pagi
bercerita rinai-rinai cinta
dinginnya sejukkan raga
kenangannya melukai hati
Pamekasan, 30 Desember 2022
kembalilah ke pangkuanku
aku masih setia menunggu
menyediakan sebuah rindu
untuk kuhidangkan padamu
hari-hari yang telah berlalu
biarkanlah menjadi sejarah
tak usah kita resah gelisah
sejarah mutiara masa lalu
kita padu dalam cinta kasih
meskipun ada aral melintang
kita tempuh dengan lantang
kita hadapi tanpa rasa sedih
kuakui ini persuasi romantika
untuk padu cinta kasih kita
yang kita bina bersama-sama
agar kemudian tak jadi fana
Pamekasan, 2-11 Desember 2022
ada rasa
yang kujaga
setiap waktu
walau kadang
sunyi dan bisu
ada hati
yang kusetiai
setiap hari
meski sering
hati terlukai
Pamekasan, 4 Oktober 2021
*) Penulis adalah Muhammad Walid, Tenaga pendidik di PP Al Ishlah III Pancor, Sumber Waru, Pamekasan dan Pengajar MTs Darul Ulum Sumber Lompang, Ambender, Pamekasan.
*) sajak ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kabarbaru.co