Aksi Demo di Istana Bogor, Tantang Arogansi Pejabat, Apresiasi Aparat Humanis

Jurnalis: Fahrur Rozi
Kabar Baru, Bogor – Suara mahasiswa kembali menggema di depan Istana Bogor. Senin (1/9), kelompok yang tergabung dalam “Cipayung Plus Bogor” menggelar aksi unjuk rasa bertajuk “Refleksi Demokrasi”.
Sejak siang hingga menjelang petang, massa aksi bergantian berorasi, menyuarakan keresahan atas kondisi bangsa. Isu krisis ekonomi, manuver politik elit, hingga praktik kekuasaan yang dianggap kian jauh dari denyut nadi rakyat menjadi sorotan utama.
Salah satu kritik paling keras ditujukan kepada lembaga legislatif. Mahasiswa menilai gaji dan tunjangan anggota DPR terlalu berlebihan dibanding penderitaan rakyat yang sedang menghadapi gelombang kesulitan ekonomi. “Kami tidak bisa diam ketika rakyat menjerit, sementara pejabat justru berpesta,” ujar salah satu orator.
Tak hanya itu, mereka juga mengecam arogansi sebagian pejabat serta brutalitas aparat, terutama setelah insiden meninggalnya seorang pengemudi ojek online akibat tindakan represif.
Dalam aksinya, Cipayung Plus Bogor merumuskan lima tuntutan utama:
1. Transparansi dan pembatalan tunjangan DPR yang berlebihan.
2. Sidang etik Majelis Kehormatan Dewan (MKD) terhadap anggota dewan bermasalah.
3. Reformasi internal Polri.
4. Pengusutan tuntas pelaku brutalitas aparat.
5. Reformasi kebijakan yang selama ini menciptakan kesenjangan dengan rakyat.
Meski kritik mengalir tajam, aksi tetap berjalan damai. Kombes Pol Eko Prasetyo, yang memantau jalannya aksi, menegaskan bahwa demonstrasi berlangsung kondusif. “Alhamdulillah semuanya berjalan lancar berkat kerja sama pemerintah daerah, TNI, Polri, Brimob, dan seluruh pihak terkait,” katanya.
Sementara itu, Moeltazam, Ketua Umum HMI Cabang Kota Bogor, menekankan bahwa mahasiswa paham peran moral yang mereka emban.
“Sebagai mahasiswa yang menjadi *moral force, kami menolak tindakan anarkisme. Kami tidak ingin dibenturkan dengan aparat. Mari jalankan aksi dengan tenang, jangan terprovokasi,” tegasnya.
Moeltazam juga memberikan apresiasi kepada aparat keamanan. “Pendekatan humanis TNI–Polri patut diapresiasi. Terima kasih kepada semua pihak yang menjaga Bogor tetap aman dan damai,” tambahnya.
Aksi ini menjadi penanda bahwa mahasiswa tetap hadir sebagai pengingat nurani bangsa. Kritik mereka lugas, tuntutannya jelas, dan sikapnya tegas: demokrasi harus terus dijaga agar tidak hanya menjadi panggung elit, tapi juga ruang hidup rakyat.