Kancil Bukan Lambang Persatuan, Tapi Lambang Kesombongan

Jurnalis: Hanum Aprilia
Kabar Baru, Jakarta – Gerakan Pemuda Pembaharu Bangsa (GPPB) menyuarakan kritik tajam terhadap simbolisasi hewan kancil yang belakangan ini diangkat oleh sejumlah kelompok orang sebagai lambang persatuan Indonesia.
Menurut GPPB, pemilihan kancil justru mencerminkan nilai-nilai yang bertentangan dengan semangat kebersamaan dan integritas nasional.
Ketua Umum DPP GPPB, Abraham, dalam pernyataan resminya di Jakarta mengatakan bahwa simbol kancil lebih menggambarkan kelicikan daripada kecerdikan.
“Kita hidup di tengah masyarakat yang butuh keterbukaan, kejujuran, dan gotong royong. Kancil itu dikenal karena tipu muslihatnya, bukan karena semangat persatuan. Ini bukan simbol yang layak dijadikan panutan,” tegas Abraham.
Lebih lanjut, GPPB menilai bahwa glorifikasi terhadap kancil sebagai simbol persatuan Indonesia adalah keliru dan salah kaprah. Justru sebaliknya kancil itu adalah simbol kesewenang-wenangan dalam memanfaatkan kemampuannya dan manipulatif.
Jika hal ini diteruskan, maka akan berdampak Negatif terhadap generasi Indonesia kedepan, jangan pernah tanamkan budaya-budaya seperti kancil kedalam generasi Indonesia, itu berbahaya Pungkas Abraham.
“Kita tidak sedang butuh lambang yang menyelamatkan diri sendiri dari masalah. Kita butuh simbol perjuangan kolektif, yang berani menghadapi tantangan bersama, memberi solusi bukan memanipulasi,” tambah Abraham.
GPPB sendiri menegaskan agar simbol perjuangan, Persatuan Nasional Bangsa Indonesia jangan diubah-ubah, itu sudah jelas ada Merah Putih dan Garuda. Negara dan Pemerintahan bukan untuk lucu-lucuan, ujar Abraham.
“Saya melihat ada degradasi yang terjadi di elit politik kita, degradasi moral dan etika politik kebangsaan, seharusnya kekuasaan politik dijadikan alat untuk menekan ketimpangan sosial ekonomi, menegakkan keadilan hukum dan melindungi segenap Bangsa Indonesia, bukan lucu-lucuan atau ada gerakan sedikit dituduh pecah belah Bangsa” Tutup Abraham.