Warisan Isaac Newton: Menghubungkan Sejarah Ilmu Pengetahuan dengan Teknologi AI Masa Kini

Editor: Ahmad Arsyad
Kabar Baru, Kolom- Salah satu ilmuwan paling terkenal di dunia adalah Isaac Newton. Gagasan revolusionernya mengubah pemahaman manusia tentang alam semesta dan menjadi dasar ilmu pengetahuan modern. Newton menciptakan hukum gravitasi, kalkulus, dan metode ilmiah dalam karyanya Philosophiae Naturalis Principia Mathematica, yang masih digunakan hingga era kecerdasan buatan (AI).
Morrisan (2024) mengatakan, Isaac Newton merupakan pemikir visioner, dan ia adalah pelopor dari revolusi ilmu. ia melihat alam semesta dengan cara yang belum pernah dilihat sebelumnya. Newton menjadi pelopor bagi revolusi ilmu pengetahuan modern, yang dianggap sebagai periode perubahan besar dalam pemikiran ilmiah, menggantikan pandangan Yunani tentang alam yang telah mendominasi sains selama hampir dua abad. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Newton mengubah bukan hanya ilmu pengetahuan tetapi juga cara orang berpikir tentang dunia.
Diera modern, gagasan Newton masih tetap relevan, terutama karena kemajuan AI, yang telah mengubah budaya manusia di seluruh dunia. Warisan Newton masih hidup di tengah dunia digital.
Newton dan Fondasi Sains Modern
Isaac Newton memulai pergeseran paradigm ilmu pengetahuan. Banyak pandangan tentang alam semesta sebelum Newton didominasi oleh gagasan Yunani kuno, seperti geosentrisme, tetapi Newton menggantinya dengan hukum universal yang didasarkan pada matematika dan logika.
“Newton adalah salah satu orang pertama yang menunjukkan bahwa alam semesta diatur oleh hukum-hukum yang dapat dipahami oleh manusia,” kata Stephen Hawking dalam bukunya A Brief History of Time (1988). Pemikiran ini memungkinkan sains kontemporer untuk berkembang, di mana hukum alam digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena.
AI: Teknologi dengan Akar dari Gagasan Newton
Coba bayangkan kecerdasan buatan seperti algoritma media sosial, asisten virtual, atau sistem navigasi. Gagasan Newton, terutama dalam hal kalkulus dan metode ilmiah, adalah dasar dari semua teknologi ini.
1. Kalkulus sebagai Bahasa AI
Kalkulus, alat matematika yang digunakan untuk memahami perubahan, adalah salah satu karya terbesar Newton. Teknologi kecerdasan buatan (AI) kontemporer bergantung pada kalkulus sebagai dasar pembelajaran mesin. “Tanpa matematika seperti kalkulus, pembelajaran mesin tidak akan bisa berkembang seperti sekarang,” kata Pedro Domingos dalam The Master Algorithm (2015).
Sebagai contoh, kalkulus digunakan untuk melatih model AI dengan metode seperti gradient descent, yang meningkatkan akurasi prediksi dan membantu algoritma belajar dari kesalahan. Teknologi ini memungkinkan algoritma rekomendasi di platform seperti YouTube dan Netflix untuk mengidentifikasi wajah melalui ponsel.
2. Metode Ilmiah dalam Pengembangan AI
Ketika Newton mempopulerkan metode ilmiah berbasis eksperimen dan pembuktian, prinsip ini juga diterapkan dalam pengembangan kecerdasan buatan, di mana data diuji, dianalisis, dan digunakan untuk melatih algoritma. Pendekatan ini mencerminkan semangat untuk memastikan bahwa semua keputusan didasarkan pada bukti yang valid.
Transformasi Kebudayaan di Era AI
Newton mengubah sains dan cara manusia melihat dunia. Sebelum revolusi ilmiah, banyak orang percaya bahwa ada kekuatan ilahi yang tak bisa dipahami yang mengatur alam semesta. Namun, Newton menunjukkan bahwa ada hukum tertentu yang mengatur alam semesta, yang dapat dijelaskan dengan logika dan matematika.
Hal serupa terjadi di era AI saat analisis berbasis data menggantikan intuisi dan metode tradisional. Banyak perusahaan sekarang bergantung pada algoritma AI daripada intuisi atau metode tradisional untuk membuat keputusan strategis. “Data kini menjadi fondasi baru dalam pengambilan keputusan, menggantikan mitos atau dogma yang dulu mendominasi masyarakat,” menurut Yuval Noah Harari dalam Sapiens (2015).
Tantangan dan Kritik
Teknologi kecerdasan buatan juga menghadapi tantangan seperti revolusi ilmiah di era Newton. Bias algoritma, ancaman terhadap privasi, dan dampak sosial dari otomasi pekerjaan menjadi perhatian utama. Namun, tantangan ini tidak menghentikan manusia untuk terus berinovasi
Bagaimana manusia dapat memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan dengan cara yang etis tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan? Seperti yang sudah dijelaskan oleh para ilmuan sebelumnya bahwa kecerdasan buatan memiliki potensi untuk menjadi berkah terbesar atau ancaman terbesar bagi manusia.
Kesimpulan
Isaac Newton tidak hanya menciptakan ilmu pengetahuan modern, tetapi juga mengubah cara manusia berpikir tentang dunia. Dari kalkulus hingga metode ilmiah yang menjadi dasar perkembangan teknologi modern, warisannya masih ada di era kecerdasan buatan.
Newton membangun perspektif baru tentang alam yang didasarkan pada rasionalitas, seperti yang dijelaskan Morrisan (2024). Masa depan yang lebih canggih dan berbasis data dibawa oleh kecerdasan buatan saat ini. Kita memiliki kesempatan besar untuk membuat dunia yang lebih maju secara moral dan teknologi dengan menggunakan warisan Newton.
Daftar Pustaka
Domingos, Pedro. The Master Algorithm: How the Quest for the Ultimate Learning Machine Will Remake Our World. Basic Books, 2015.
Harari, Yuval Noah. Sapiens: A Brief History of Humankind. Harper, 2015.
Hawking, Stephen. A Brief History of Time. Bantam Books, 1988.
Morrisan, Morissan. Teori Komunikasi Individu hingga Massa. 2024.
Newton, Isaac. Philosophie Naturalis Principia Mathematica. London, 1687.
*) Penulis adalah Asti Tresna Yolanda, S.I.Kom, Mahasiswi Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta.