Memaknai Jasmerah pada Peringatan Hari Pahlawan
Editor: Ahmad Arsyad
KABARBARU, OPINI– Kaum muda sekarang tentu sangat familiar dengan istilah yang sering kita dengar, Jasmerah yang artinya Jangan sekali-kali melupakan sejarah, istilah yang awalnya dipopulerkan oleh bapak proklamator atau Presiden pertama RI Ir. Soekarno itu telah menjadi prinsip kita Bangsa Indonesia untuk selalu mengenang jasa dan perjuangan para founding father kita, para pahlawan kita, para pendahulu kita yang telah dengan ikhlas mengorbankan jiwa, raga dan hartanya untuk mencapai kemerdekaan Republik Indonesia.
Kita tentu tahu, khususnya kaum milenial harus tahu bahwa setiap tanggal 10 November Bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan Nasional sebagai bentuk penghormatan kita untuk mengenang jasa para pahlawan Republik Indonesia, tercapainya cita-cita besar ini, yakni kemerdekaan ini semua tidak lepas dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia, terutama rakyat Surabaya atau yang lebih populer di kalangan masyarakat arek-arek Suroboyo, dengan tegas dan semangat yang berapi-api mengusir penjajah Inggris dan Belanda yang coba ingin menjajah kembali bangsa Indonesia setelah kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
Mari kita merefleksikan sejarah hari pahlawan, setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, keadaan republik Indonesia belum stabil, saat itu Indonesia masih bergejolak, khususnya antara rakyat dan tentara asing. Pada tanggal 10 November terjadi pertempuran yang besar setelah kemerdekaan Indonesia, yang dikenal dengan pertempuran Surabaya. Tentara Inggris yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) datang bersama dengan tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Tugas dan keinginan mereka adalah melucuti tentara Jepang dan Memulangkan kenegaraan, membebaskan tawanan perang yang di tahan oleh tentara Jepang, sekaligus mengembalikan bangsa Indonesia kepada pemerintah Belanda sebagai negara jajahan.
Tindakan ini, menimbulkan kemarahan warga Surabaya, mereka menganggap Belanda menghina kemerdekaan Indonesia dan dengan sengaja melecehkan bendera Merah Putih. Tidak hanya itu yang paling menghantam martabat warga Surabaya adalah meminta Indonesia untuk menyerahkan diri dan mengangkat tangan di atas dengan batas Ultimatum pada pukul 06:00 wib, tanggal 10 November.
Peristiwa bersejarah adalah momentum penting dalam perjalan suatu bangsa, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak akan pernah melupakan sejarahnya. Selain itu pentingnya sejarah tidak hanya dicatat dan dikenang melainkan harus di peringati. Kita sering mendengar ungkapan yang populer menyatakan bahwa ” Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan menghormati jasa para pahlawannya.
Hari ini, Bangsa Indonesia membutuhkan banyak pahlawan, pahlawan untuk tercapainya Indonesia yang damai, Indonesia yang demokratis dan adil dan Indonesia yang bersih serta bebas Korupsi. Sehingga krisis yang dihadapi Bangsa Indonesia saat ini bisa tuntas dan terselesaikan terutama kasus Korupsi.
Menjadi pahlawan yang baik wajib hukumnya jujur, pemberani dan rela melakukan apapun demi kebaikan dan kesejahteraan masyarakat.
- Penulis adalah Abdurrahman Wahid (Ketua Umum FKMSB Nasional).
- Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kabarbaru.co