Ruben Cornelius Siagian, Sosok Peneliti Muda dari Kota Medan

Jurnalis: Hanum Aprilia
Kabar Baru, Medan – Di balik angka sitasi, deretan jurnal internasional, dan rekam jejak akademik yang terus tumbuh, ada cerita tentang tekad, air mata, dan kepemimpinan seorang anak muda bernama Ruben Cornelius Siagian.
Lahir dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan, Ruben membuktikan bahwa integritas, kepercayaan, dan kepemimpinan nyata adalah kunci membangun mimpi besar di dunia akademik.
Di usianya yang sangat muda, Ruben sudah menorehkan 8 artikel terindeks Scopus/WoS, 38 publikasi terindeks SINTA, h-index 8, dan i10-index 7.
Ia juga menjadi penggagas lahirnya Riset Center Cendekiawan dan Peneliti Muda Indonesia, rumah bagi peneliti muda dari Sabang sampai Merauke untuk saling belajar, berkolaborasi, dan mendunia bersama.
Namun di balik catatan akademik itu, Ruben juga dikenal sebagai pemimpin muda di berbagai organisasi mahasiswa.
Sejak 2021, ia aktif di Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Komisariat FMIPA UNIMED, memulai dari Koordinator Panitia Litbang Bidang Karya Tulis Ilmiah.
Lalu Wakil Sekretaris Komisariat Bidang Pendidikan Kader, hingga dipercaya memimpin sebagai Ketua Komisariat GMKI FMIPA UNIMED periode 2023/2024 dengan LPJ (Laporan Pertanggungjawaban) yang diakui dengan nilai baik.
Tidak hanya di GMKI, Ruben juga dipercaya menjabat Wakil Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas MIPA UNIMED periode 2023–2024.
Terbaru, pada 12 Mei 2025, ia dilantik menjadi Sekretaris Lembaga Advokasi dan Pendidikan Pemilihan Umum di Dewan Pimpinan Daerah GAMKI Sumatera Utara, membuktikan kiprahnya merambah ke ruang advokasi dan literasi demokrasi.
Ruben lahir dan besar di Medan, Sumatera Utara. Sejak remaja, hidupnya diwarnai perjuangan, bahwa belajar dengan buku pinjaman, fotokopi materi, hingga berbagi kuota internet dengan teman hanya demi bisa mengunduh jurnal.
Pada 2023, di tengah keterbatasan, Ruben berani mendirikan Riset Center Cendekiawan dan Peneliti Muda Indonesia. Kini, pusat riset ini telah menjadi wadah puluhan mahasiswa, dosen muda, hingga guru-guru sekolah di berbagai daerah.
Bagi Ruben, gelar dan jabatan hanyalah pelengkap. Sejak awal, ia berprinsip bahwa kepercayaan orang lain lebih mahal dari sekadar angka.
Ia belajar kepemimpinan dengan merangkak, dari mengurus panitia kecil, mengkoordinasi karya tulis ilmiah, mendampingi kader muda di GMKI, hingga menjadi role model bagi rekan-rekannya di Senat Mahasiswa.
Semua ia jalani tanpa pernah merasa dirinya lebih, karena baginya, Jabatan itu hanya singgah, kepercayaan yang abadi.
Di era digital yang serba instan, Ruben menolak cara pintas. Ia menolak plagiarisme, tidak mau membeli publikasi instan, dan selalu menekankan proses yang jujur.
Baginya, ilmu harus lahir dari kejujuran. “Sekali kita kehilangan kepercayaan, semua angka dan jabatan jadi sia-sia,” kata Ruben.
Kepemimpinan baginya bukan hanya soal memimpin rapat, tetapi bagaimana membuka jalan agar orang lain tumbuh bersama.
Itulah filosofi yang ia bawa ke Riset Center untuk memberi ruang, mendampingi menulis, membantu revisi, hingga membimbing diskusi lintas kampus dan negara.
Ruben merintis publikasi pertamanya dari proposal riset sederhana yang ditolak berkali-kali.
Ia terbiasa begadang menulis di warung kopi ber-WiFi gratis, berdebat dengan reviewer luar negeri, hingga harus meminjam laptop teman saat laptopnya rusak.
Saat membangun Riset Center pun, ia harus merayu teman-teman peneliti muda agar mau berbagi ilmu gratis ke adik-adik mahasiswa daerah.
Di organisasi, Ruben belajar menuntaskan program LPJ GMKI FMIPA UNIMED dari 2021–2024 selalu diakui baik, program kaderisasi berjalan, diskusi literasi berjalan.
Di Senat Mahasiswa, ia memimpin advokasi akademik. Di GAMKI Sumut, ia kini aktif mendorong literasi politik dan pendidikan pemilu bagi pemilih muda.
“Jangan pernah minder lahir dari keluarga sederhana. Mimpi itu gratis, yang mahal itu membangunnya dengan jujur. Kalau kamu dipercaya orang, kamu akan sampai di titik yang tak pernah kamu bayangkan,” kata Ruben.
Bagi Ruben, publikasi internasional, jabatan organisasi, dan pusat riset hanyalah pintu. Yang lebih penting, kata Ruben, adalah menjaga integritas, merawat kepercayaan, dan membuka jalan bagi generasi berikutnya.
Ruben Cornelius Siagian membuktikan keterbatasan hanya akan jadi penghalang kalau kita membiarkannya. Dengan kerja keras, kepercayaan, dan kepemimpinan jujur, anak muda Indonesia bisa menembus batas mana pun.