Menteri ESDM Temui Lonjakan Konsumsi BBM Saat Sidak SPBU di Bengkulu

Jurnalis: Sri Hartutik Sandora
KABARBARU, BENGKULU – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif bersama Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah laksanakan inspeksi mendadak (sidak) pada tiga SPBU di Kota Bengkulu, Minggu (10/4/2022).
Dalam sidak ini, Menteri Arifin laksanakan pemantauan kondisi pasokan dan pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM). Dalam pantauannya tersebut, Ia melihat ada lonjakan konsumsi BBM yang signifikan. Tapi meskipun begitu, Ia menegaskan bahwa stok BBM di SPBU aman dan cukup bagi masyarakat selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri.
“Di Bengkulu sudah naik 16% dibanding alokasi yang ditetapkan pada tahun 2021. Gubenur sudah menyampaikan dan kami akan evaluasi secara keseluruhan. Nanti kami sudah memperkirakan dengan pertumbuhan konsumsi yang seperti ini dan didorong dengan disparitas harga antara subsidi dan non-subsidi yang cukup besar diperkirakan akan ada kenaikan volume sampai akhir tahun,” kata Arifin.
Ia mengungkapkan bahwasannya adanya lonjakan ini karena tumbuhnya aktivitas perekonomian seperti komoditas alam dan hasil perkebunan.
“Ini mendorong produksi yang lebih banyak sehingga butuh dukungan besar dari sisi logistik transportasi. Makanya kami menerima masukan dari pengendara yang terpaksa harus antre BBM. Kami mohon maaf, kedepannya akan segera kami perbaiki,” ungkapnya.
Ia menerangkan bahwa pemberian subsidi BBM ini sudah dipertimbangkan berdasarkan mahalnya harga komoditas minyak global akibat adanya eskalasi konflik Rusia – Ukraina.
“Makanya kita harus mengalokasikan subsidi BBM yang tepat. Masyarakat juga harus disiplin menggunakan BBM sesuai dengan haknya,” tuturnya.
Sebagai info, Mengacu lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 191 tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian Dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak, sejatinya konsumen pengguna minyak solar telah diatur dengan jelas, sehingga masyarakat diminta untuk mematuhinya.
Tutupnya, Ia menjelaskan bahwa kondisi SPBU seperti ini bukan hanya di Medan saja. Namun, ini ditemui di berbagai kejadian terutama pelaksanaan pendistribusian BBM bersusidi yang tidak tepat sasaran.
“Biosolar ini kan subsidi. Harusnya diperuntukkan bagi yang berhak bukan untuk industri. Banyak kami temui di lapangan, BBM subsidi banyak dipakai untuk angkutan industri. Ini mengakibatkan berkurangnya jatah BBM subsudi bagi masyarakat umum,” pungkas Arifin.