Mangrove: Solusi Alami untuk Ketahanan Pangan dan Perlindungan Ekosistem Pesisir
Editor: Bahiyyah Azzahra
Oleh : Dr. Sodikin, S.Pd, M.Si, M.P.W.K. (Dosen Magister Studi Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Univesitas Terbuka, Ketua Dewan Pembina Yayasan Lingkungan Hidup Estuari)
Pelestarian mangrove merupakan salah satu langkah strategis dalam mempertahankan swasembada pangan di Indonesia, sebuah negara yang dikelilingi lautan dan kaya akan ekosistem pesisir. Hutan mangrove memiliki peran ekologis yang sangat penting sebagai pelindung alami yang mendukung berbagai jenis keanekaragaman hayati dan sebagai penyangga antara daratan dan lautan. Namun, lebih dari sekadar perannya dalam menjaga keseimbangan ekosistem, mangrove memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ketahanan pangan, terutama bagi komunitas pesisir yang menggantungkan hidup mereka pada sumber daya laut. Dengan berbagai fungsi yang dimilikinya, mangrove tidak hanya menjadi bagian dari ekosistem tetapi juga berkontribusi besar terhadap pertahanan pangan dan ekonomi lokal.
Pada dasarnya, mangrove adalah rumah bagi banyak spesies ikan, krustasea, moluska, dan biota laut lainnya. Akar-akar mangrove yang mencengkeram kuat di sepanjang pantai menciptakan tempat yang aman bagi berbagai spesies laut untuk berkembang biak. Ekosistem ini merupakan habitat pemijahan dan daerah asuhan (nursery ground) yang ideal bagi ikan dan udang yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. Biota laut ini bukan hanya sumber protein bagi komunitas lokal, tetapi juga menjadi salah satu komoditas perikanan yang mendukung perekonomian negara. Dengan demikian, keberadaan mangrove yang lestari memungkinkan stok ikan dan biota laut lain tetap terjaga, meningkatkan hasil tangkapan para nelayan, dan menjamin pasokan protein hewani yang stabil di pasar domestik.
Lebih jauh lagi, mangrove memiliki kemampuan menyerap karbon yang sangat besar, bahkan lebih tinggi dibandingkan hutan daratan. Kemampuan ini menjadikan mangrove sebagai solusi alami dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Dalam konteks ketahanan pangan, perubahan iklim memiliki dampak langsung terhadap produktivitas lahan dan laut. Pemanasan global yang menyebabkan naiknya permukaan air laut, perubahan pola cuaca, dan peningkatan frekuensi badai, mengancam banyak lahan pertanian serta menimbulkan kerusakan pada infrastruktur yang mendukung produksi pangan. Sebagai penyangga alami, mangrove melindungi pantai dari abrasi dan mencegah intrusi air laut yang dapat merusak kesuburan lahan pertanian di daerah pesisir. Dengan menahan gelombang besar dan mengurangi dampak erosi, mangrove memungkinkan petani dan nelayan di kawasan pesisir tetap dapat berproduksi, sehingga mengurangi risiko gangguan pada pasokan pangan lokal.
Selain itu, mangrove juga menjadi sumber pendapatan yang berkelanjutan bagi masyarakat pesisir. Berbagai produk olahan mangrove, seperti madu, buah-buahan, bahan baku obat tradisional, hingga produk kerajinan dari kayu atau daun mangrove, memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Masyarakat lokal dapat memanfaatkan sumber daya ini tanpa merusak ekosistem mangrove itu sendiri. Ketika komunitas pesisir diberdayakan untuk menjaga hutan mangrove sambil memanfaatkan sumber daya yang dihasilkan, tercipta model ekonomi berkelanjutan yang secara langsung mendukung ketahanan pangan dan ekonomi mereka. Dengan demikian, keberadaan mangrove yang sehat juga dapat mendorong ekonomi lokal, mengurangi ketergantungan masyarakat pesisir pada sumber daya luar, dan memberikan stabilitas ekonomi jangka panjang yang berkontribusi pada keamanan pangan.
Keanekaragaman hayati yang ditemukan di ekosistem mangrove juga memberikan peluang untuk mengembangkan sumber pangan alternatif. Beberapa jenis ikan dan kerang yang hidup di perairan mangrove, misalnya, dapat dijadikan produk pangan bernilai tinggi yang dapat diproduksi dan dipasarkan. Sumber pangan dari ekosistem mangrove ini bisa menjadi alternatif dan diversifikasi sumber protein, sehingga memperkuat ketahanan pangan nasional dengan mengurangi ketergantungan pada jenis pangan tertentu. Selain itu, berbagai spesies tanaman di lingkungan mangrove juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber bahan pangan atau bahan dasar produk kesehatan dan kecantikan, sehingga memberikan manfaat tambahan yang luas bagi masyarakat.
Dalam lingkup yang lebih luas, keberadaan hutan mangrove yang sehat juga membantu mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor pangan laut. Dengan melestarikan mangrove, Indonesia dapat meningkatkan produksi perikanan secara berkelanjutan, memastikan ketersediaan pasokan pangan laut, baik untuk kebutuhan domestik maupun untuk ekspor. Ini berarti, kita dapat meningkatkan swasembada pangan dengan tetap menjaga kualitas lingkungan pesisir. Dengan kondisi pasar global yang fluktuatif dan tidak menentu, ketahanan pangan yang berasal dari sumber daya lokal akan memberikan stabilitas ekonomi yang sangat berharga bagi negara.
Melihat pentingnya peran mangrove, upaya pelestariannya harus menjadi prioritas dalam kebijakan pembangunan nasional, terutama terkait dengan ketahanan pangan dan perlindungan lingkungan. Pembangunan yang tidak terkendali dan perambahan lahan mangrove untuk kepentingan tambak atau kawasan pemukiman harus dikendalikan dengan ketat, disertai regulasi yang jelas dan berkeadilan. Program konservasi mangrove sebaiknya melibatkan masyarakat lokal sebagai bagian dari strategi pelestarian yang berkelanjutan. Dalam hal ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, dan komunitas lokal dalam merumuskan kebijakan yang mendukung pelestarian mangrove, serta memberikan insentif bagi mereka yang terlibat dalam pelestarian dan rehabilitasi mangrove.
Dengan memahami bahwa pelestarian mangrove bukan hanya masalah ekologi tetapi juga urusan ekonomi, ketahanan pangan, dan kesejahteraan sosial, kita dapat membangun komitmen yang lebih kuat untuk melindungi hutan mangrove Indonesia. Investasi dalam pelestarian mangrove adalah investasi untuk masa depan yang lebih berkelanjutan, di mana generasi mendatang dapat terus menikmati sumber daya alam yang melimpah, tanah yang subur, serta hasil laut yang berkelanjutan. Hutan mangrove adalah aset berharga yang harus dijaga dan dihargai, bukan hanya sebagai benteng alami dari bencana, tetapi sebagai fondasi ketahanan pangan nasional yang mendukung kemandirian bangsa dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.