Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

LIMU BONGO–Menjaga Warisan Genetik dan Filosofi Jeruk Bali Gorontalo Melalui Sains dan Tradisi

Penulis Opini: Febriyanti, Mahasiswa Program Doktor Biologi Fakultas Biologi UGM & Dosen Program Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo.

Jurnalis:

KABAR BARU,OPINI– Di Provinsi Gorontalo, ada sebuah buah yang kehadirannya tidak pernah absen dalam momen penting masyarakat. Buah itu adalah Limu Bongo, atau yang secara ilmiah dikenal dengan nama Citrus maxima, dan secara umum kita kenal sebagai Jeruk Bali. Dalam keseharian, Jeruk Bali mungkin hanya dianggap sebagai buah segar berukuran besar dengan rasa khas yang menyegarkan, tetapi di Provinsi Gorontalo, buah ini memegang peran jauh lebih besar daripada sekadar sumber pangan.

Limu bongo menjadi salah satu Buah Adat yang menyertai prosesi sakral Dutu Tolobalango yang merupakan bagian dari rangkaian panjang prosesi adat perkawinan tradisional Gorontalo. Filosofi yang melekat padanya adalah Kesempurnaan, Harmoni, dan Keseimbangan Hidup. Buah ini adalah simbol yang tidak bisa dipisahkan dari identitas kultural masyarakat Gorontalo. Artinya, ketika kita berbicara tentang Jeruk Bali, kita tidak hanya membicarakan soal pertanian, melainkan juga soal budaya, spiritualitas, bahkan eksistensi sebuah komunitas.

Namun, ada paradoks di balik semua itu. Tradisi yang terus hidup belum tentu menjamin kelestarian pohonnya di alam. Perubahan tata guna lahan, konversi kawasan pesisir, serta minimnya perhatian terhadap plasma nutfah lokal telah membuat populasi Jeruk Bali di beberapa wilayah mulai berkurang. Lebih mengkhawatirkan lagi, kita tidak memiliki basis data lengkap mengenai keragaman genetik, distribusi geografis, maupun potensi pengembangannya, dengan kata lain, kita sedang merawat tradisi tanpa benar-benar merawat sumbernya.

Mengapa Saya Tertarik Meneliti Jeruk Bali?

Sebagai akademisi sekaligus bagian dari masyarakat Gorontalo, saya merasa terpanggil untuk menjembatani kesenjangan antara tradisi dan ilmu pengetahuan. Karena itu, saya tengah merancang riset terkait biosistematika Jeruk Bali (Citrus maxima) di Kawasan Pesisir Teluk Tomini dengan menggunakan pendekatan multi-marka, mulai dari morfologi, distribusi geografis, kemistri komparatif, molekular, hingga DNA barcoding. Fokus riset ini adalah Kawasan Pesisir Teluk Tomini (KPTT) yang merupakan salah satu teluk terbesar di Indonesia yang membentang di tiga provinsi yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, termasuk Gorontalo. Kawasan ini tidak hanya kaya secara ekologis, tetapi juga menyimpan keragaman hayati yang masih minim kajian ilmiah. Jeruk Bali, atau Limu Bongo di pesisir Teluk Tomini khususnya di Gorontalo, adalah salah satu kekayaan itu yang kini perlu diperhatikan

Ada setidaknya tiga alasan mengapa riset mengenai Jeruk Bali ini begitu penting sekaligus mendesak untuk dilakukan. Pertama alasan ekologis, Kita perlu memastikan Jeruk Bali sebagai plasma nutfah tetap lestari di tengah ancaman alih fungsi lahan dan minimnya perhatian terhadap konservasi lokal. Kedua alasan kultural, Limu Bongo bukan hanya sekadar buah, melainkan simbol adat yang jika hilang, akan melemahkan akar tradisi Gorontalo dan ketiga alasan ilmiah dan ekonomi, dengan pemetaan genetik dan kimiawi yang lebih detail, kita dapat membuka jalan bagi pengembangan produk diversifikasi Jeruk Bali yang bernilai ekonomi tinggi.

Riset ini tidak berhenti pada sekadar pendataan jumlah pohon Jeruk Bali di KPTT Gorontalo. Lebih dari itu, saya berambisi menyusun sebuah pemetaan menyeluruh, mulai dari level morfologi hingga genetik. Dari sisi morfologi, riset ini akan menggali ciri-ciri fisik Jeruk Bali, mulai dari ukuran buah, bentuk daun, warna kulit, hingga tekstur daging buah untuk mengidentifikasi keragaman antar-populasi. Dari aspek distribusi geografis, riset ini berusaha menyusun peta sebaran Jeruk Bali di pesisir Teluk Tomini sekaligus menganalisis faktor lingkungan yang memengaruhinya. Pada tataran kimiawi, riset ini akan menelaah kandungan fitokimia Jeruk Bali, karema sda kemungkinan Jeruk Bali dari Gorontalo menyimpan senyawa bioaktif khas yang berbeda dari daerah lain. Sedangkan melalui pendekatan molekular dan DNA barcoding, variasi genetik Jeruk Bali dapat dipetakan lebih jelas sehingga kita memahami asal-usul dan hubungan kekerabatannya. Hasil akhir dari riset ini adalah sebuah basis data Jeruk Bali di kawasan pesisir Teluk Tomini. Basis data ini tidak hanya bernilai akademis, tetapi juga aplikatif bagi berbagai kepentingan.

Jasa Penerbitan Buku

Mari kita refleksikan sejenak, jika Jeruk Bali hilang dari Gorontalo maka kita kehilangan lebih dari sekadar satu jenis buah tetapi kita akan kehilangan plasma nutfah lokal yang sangat berharga bagi generasi mendatang, kita akan kehilangan identitas budaya karena limu bongo telah lama menjadi simbol penting dalam adat dutu tolobalango dan kita juga kehilangan peluang ekonomi, karena Jeruk Bali memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi produk turunan bernilai tinggi. Dengan demikian, riset ini bukan hanya sekadar proyek akademik. Lebih jauh dari itu, ini adalah upaya untuk melestarikan identitas Gorontalo melalui jalur sains. Saya ingin memastikan riset ini tidak berhenti di meja laboratorium atau terbit di jurnal ilmiah semata, melainkan hadir nyata dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat adat bisa merasa lebih tenang karena tradisi dutu tolobalango tetap terjaga melalui ketersediaan limu bongo. Para petani dan pelaku UMKM bisa mendapatkan peluang baru melalui pengembangan produk turunan Jeruk Bali yang lebih bernilai ekonomi. Pemerintah daerah bisa menggunakan hasil riset ini untuk merancang program konservasi, mengembangkan pariwisata budaya, sekaligus memperkuat branding daerah. Akademisi dan peneliti pun akan memiliki sumber data penting untuk kajian biodiversitas dan bioteknologi, dan yang tak kalah penting, generasi muda bisa belajar bahwa melestarikan alam sejatinya adalah melestarikan budaya sekaligus jati diri mereka.

Antara Ambisi dan Harapan

Saya percaya, Teluk Tomini adalah “Laboratorium Alam” yang luar biasa. Tetapi laboratorium ini tidak akan berarti apa-apa jika kita tidak mau mengenal dan menjaganya. Melalui Jeruk Bali, saya ingin menunjukkan bahwa riset biosistematika tidak hanya berurusan dengan data dan sekuens DNA, tetapi juga tentang masa depan budaya, ekologi, dan ekonomi masyarakat lokal. Bayangkan jika di masa depan, Gorontalo dikenal bukan hanya sebagai daerah dengan tradisi dutu tolobalango, tetapi juga sebagai pusat konservasi dan inovasi Jeruk Bali dunia. Bayangkan jika anak-anak muda Gorontalo bisa berkata dengan bangga: “Limu Bongo dari tanah kami tidak hanya melengkapi adat, tetapi juga menginspirasi sains global.”

Sebuah Ajakan

Riset ini memang lahir dari ruang akademik, tetapi semangatnya adalah untuk semua pihak. Untuk masyarakat adat yang menjaga tradisi, untuk petani yang berkeringat di ladang, untuk pemerintah yang menyusun kebijakan, untuk akademisi yang haus pengetahuan dan tentu, untuk generasi muda yang akan mewarisi semua ini. Saya ingin mengajak kita semua untuk melihat Jeruk Bali bukan hanya sebagai buah besar di meja makan, tetapi sebagai simbol pertemuan antara tradisi, sains, dan masa depan. Karena pada akhirnya, menjaga Limu Bongo bukan hanya menjaga pohon, tetapi menjaga identitas dan harapan Gorontalo dari generasi ke generasi.

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store