Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Flaming Dalam Game Online: Analisis Psikologis dan Solusi

Editor:

Penulis : Fadia Luthfiyah Sukmawati

Game online kini menjadi hiburan utama di kalangan masyarakat modern, terutama generasi muda. Salah satu permainan yang sangat populer adalah Mobile Legends, yang menawarkan interaksi sosial melalui fitur komunikasi langsung. Namun, fitur ini sering kali menjadi tempat munculnya perilaku negatif seperti flaming, yaitu tindakan mengirimkan pesan bernada kasar atau menghina.

Jasa Penerbitan Buku

Fenomena flaming tidak hanya merusak pengalaman bermain tetapi juga berdampak pada kesehatan mental pemain. Dari perspektif psikologi, flaming mencerminkan dinamika emosi dan sosial yang kompleks. Perilaku ini dapat dikaitkan dengan konsep frustrasi, agresi, dan anonimitas, serta dipengaruhi oleh norma dan budaya yang berkembang di komunitas game online. Artikel ini membahas penyebab flaming, dampaknya terhadap pemain, dan solusi untuk mengurangi perilaku ini berdasarkan perspektif psikologi sosial dan emosi.

LANDASAN TEORI

Teori Psikologi Sosial oleh Albert Bandura

Albert Bandura adalah seorang psikolog yang terkenal dengan teorinya tentang pembelajaran sosial yang menekankan pentingnya observasi, imitasi, dan modeling dalam pembelajaran. Bandura berpendapat bahwa individu tidak hanya belajar melalui pengalaman langsung, tetapi juga dengan mengamati tindakan orang lain dan meniru perilaku tersebut. Hal ini sangat penting dalam memahami bagaimana orang mengembangkan keterampilan dan perilaku sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu konsep paling penting dalam teori Bandura adalah self-efficacy, yang mengacu pada keyakinan individu terhadap kemampuan mereka untuk menyelesaikan tugas dan menghadapi tantangan. Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi percaya bahwa mereka dapat mengatasi kesulitan dan mencapai tujuan yang mereka tetapkan. Sebaliknya, mereka yang memiliki self-efficacy rendah cenderung merasa tidak mampu dan mudah menyerah saat menghadapi hambatan. Bandura menyatakan bahwa self-efficacy dapat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, umpan balik positif dari orang lain, serta observasi terhadap keberhasilan orang lain.

Teori Bandura juga memperkenalkan konsep modeling atau pemodelan. Modeling menjelaskan bahwa seseorang dapat mempelajari perilaku baru dengan mengamati orang lain yang dianggap sebagai model. Misalnya, jika seseorang melihat teman mereka berhasil dalam suatu tugas, mereka lebih cenderung untuk mencoba melakukan hal yang sama, dengan harapan mendapatkan hasil yang serupa. Proses ini berlaku dalam berbagai konteks, termasuk dalam permainan online, di mana pemain dapat mengamati cara orang lain berinteraksi dalam permainan dan menirunya.

Bandura juga menekankan bahwa perilaku dipengaruhi oleh interaksi antara individu dan lingkungan mereka. Ini dikenal dengan konsep reciprocal determinism, yang menjelaskan bagaimana perilaku, lingkungan, dan faktor pribadi saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya, dalam game online, pemain dapat dipengaruhi oleh norma-norma sosial dalam komunitas game yang memperbolehkan atau bahkan mendorong perilaku flaming. Namun, pemain yang memiliki self-efficacy yang tinggi dan keterampilan sosial yang baik mungkin lebih mampu menghindari perilaku tersebut, meskipun lingkungan mereka mendukungnya.

Teori psikologi sosial Bandura sangat relevan untuk memahami perilaku dalam game online, terutama dalam situasi seperti flaming, di mana interaksi sosial dan pengaruh teman sebaya sangat besar. Dengan memahami teori ini, dapat lebih mudah untuk mengidentifikasi mengapa seseorang melakukan tindakan negatif seperti flaming dan bagaimana mengubah pola perilaku tersebut melalui pemodelan positif dan penguatan self-efficacy.

Konsep Emosi oleh Daniel Goleman

Daniel Goleman, dalam karyanya yang terkenal Emotional Intelligence, mengemukakan bahwa kecerdasan emosional atau emotional intelligence (EI) memainkan peranan penting dalam kesuksesan pribadi dan profesional seseorang. Goleman menganggap bahwa kecerdasan emosional lebih penting daripada kecerdasan intelektual (IQ) dalam menentukan bagaimana individu dapat mengelola emosi mereka dan berinteraksi dengan orang lain. Konsep kecerdasan emosional ini terbagi dalam lima komponen utama yang saling berhubungan.

Pertama, kesadaran diri atau self-awareness. Kesadaran diri merupakan kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi diri sendiri, serta bagaimana emosi tersebut mempengaruhi perilaku dan keputusan yang diambil. Individu dengan kesadaran diri yang tinggi cenderung lebih objektif dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahan mereka serta dapat menjaga kontrol atas respons emosional yang mereka tunjukkan.

Kedua, pengelolaan emosi atau self-regulation. Pengelolaan emosi adalah kemampuan untuk mengendalikan dan menyesuaikan respons emosional dalam berbagai situasi. Individu yang mampu mengelola emosi dengan baik akan tetap tenang dalam menghadapi tekanan dan tantangan. Ini penting karena pengendalian diri dapat mencegah individu bertindak impulsif dan membuat keputusan yang bisa berakibat buruk dalam jangka panjang.

Ketiga, motivasi diri atau self-motivation. Motivasi diri berkaitan dengan kemampuan untuk tetap termotivasi dalam mencapai tujuan meskipun menghadapi kesulitan. Individu yang memiliki motivasi diri yang tinggi tidak hanya termotivasi oleh pencapaian eksternal seperti penghargaan, tetapi juga oleh kepuasan pribadi dan pencapaian tujuan yang lebih besar dalam hidup.

Keempat, empati. Empati adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami emosi orang lain, serta mengidentifikasi dengan perasaan dan perspektif mereka. Empati memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan lebih efektif, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan merespons dengan cara yang mendukung orang lain.

Kelima, keterampilan sosial atau social skills. Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat dengan orang lain, berkomunikasi dengan baik, dan mengelola konflik secara efektif. Keterampilan sosial memungkinkan seseorang untuk bekerja dalam tim, berkolaborasi dengan orang lain, dan mengatasi ketegangan atau perbedaan pendapat yang mungkin muncul dalam interaksi sosial.

Melalui pengembangan kelima komponen ini, Goleman berargumen bahwa seseorang dapat meningkatkan kecerdasan emosional mereka, yang berujung pada kesuksesan dalam hubungan interpersonal, pengambilan keputusan, dan pengelolaan stres. Dalam konteks permainan online, kecerdasan emosional ini dapat mengurangi konflik antar pemain, membantu mengelola frustrasi dalam permainan kompetitif, serta mencegah perilaku negatif seperti flaming yang dapat merusak hubungan sosial dalam game.

PENYEBAB FLAMING DALAM GAME ONLINE

Anonimitas dan Deindividuasi

Pemain sering merasa anonim, sehingga tidak khawatir atas konsekuensi sosial dari tindakan mereka. Dalam situasi ini, norma sosial cenderung diabaikan, dan perilaku negatif seperti flaming menjadi lebih mudah dilakukan.

Frustrasi dan Tekanan Kompetitif

Mobile Legends adalah permainan berbasis kompetisi. Tekanan untuk menang dapat memicu frustrasi, terutama jika tim tidak bermain sesuai harapan. Flaming menjadi pelampiasan emosi negatif yang impulsif.

Pembelajaran Sosial

Dalam komunitas game, flaming kerap dianggap sebagai respons yang “normal” terhadap kekalahan atau performa buruk. Pemain baru cenderung meniru perilaku ini jika sering melihatnya.

DAMPAK FLAMING TERHADAP PEMAIN

Korban

Stres dan Kecemasan: Pesan bernada kasar menciptakan rasa takut akan kritik tambahan.

Penurunan Kepercayaan Diri: Korban merasa tidak mampu, meskipun performa mereka sebenarnya tidak buruk.

Isolasi Sosial: Banyak korban memilih menjauh dari komunitas game untuk menghindari interaksi negatif.

Pelaku

Pola Agresi: Kebiasaan melampiaskan frustrasi dengan kata-kata kasar dapat terbawa ke kehidupan nyata.

Dijauhi Komunitas: Pemain lain sering enggan bekerja sama dengan pelaku flaming.

DATA DAN KASUS

Studi Kasus Lokal

Di salah satu komunitas Mobile Legends di Indonesia, seorang pemain dengan nama “VOLVOZZZ” menjadi korban flaming massal. Setelah dianggap bermain buruk, ia menerima ejekan seperti “Noob banget, bikin kalah aja!” di ruang obrolan game. Akibatnya, ia mengalami kecemasan dan memilih berhenti bermain selama beberapa bulan.

Statistik Global

Menurut survei dari lembaga penelitian game, lebih dari 60% pemain game online melaporkan pernah mengalami atau menyaksikan flaming. Data ini menunjukkan bahwa perilaku ini adalah masalah umum di dunia game.

SOLUSI UNTUK MENGURANGI FLAMING

Edukasi Komunitas

Pemain perlu diberikan pemahaman tentang dampak flaming, baik terhadap korban maupun pelaku. Kampanye edukasi dapat dilakukan melalui tutorial di dalam game atau diskusi di komunitas pemain.

Fitur Pengendalian Interaksi

Pengembang game sebaiknya menyediakan fitur seperti:

Mute Chat: Pemain dapat memilih untuk tidak membaca pesan negatif.

Deteksi Otomatis Flaming: Sistem yang mendeteksi kata-kata kasar dan memberikan peringatan atau hukuman.

Sanksi Tegas

Memberikan hukuman seperti larangan bermain sementara untuk pelaku flaming. Pendekatan ini dapat menciptakan efek jera.

Dukungan Psikologis

Korban flaming perlu mendapatkan akses mudah untuk melaporkan kasus dan menerima bantuan psikologis jika diperlukan. Flaming tidak hanya mencerminkan emosi negatif tetapi juga lingkungan komunitas yang kurang mendukung. Edukasi dan regulasi adalah kunci untuk menciptakan ruang bermain yang sehat.

Flaming dalam Mobile Legends mencerminkan kompleksitas interaksi sosial dan emosi di lingkungan virtual. Flaming merupakan tindakan mengirimkan komentar atau pesan bernada kasar, merendahkan, atau bahkan menghina pemain lain. Dalam konteks Mobile Legends, flaming sering terjadi ketika pemain merasa frustrasi akibat kekalahan atau kinerja tim yang dianggap buruk. Fenomena ini memiliki dampak signifikan, tidak hanya terhadap pengalaman bermain, tetapi juga terhadap kesehatan mental pemain yang terlibat, baik sebagai pelaku maupun korban. Fenomena ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti anonimitas, frustrasi, dan pembelajaran sosial, yang dapat dijelaskan melalui teori Bandura dan konsep emosi Goleman. Untuk mengurangi flaming, diperlukan kombinasi antara edukasi komunitas, regulasi ketat, dan desain fitur yang mendukung interaksi positif. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pengalaman bermain dapat menjadi lebih sehat dan menyenangkan bagi semua pemain.

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. Bantam Books.

Kwak, H., Blackburn, J., & Han, S. (2015). Exploring Cyberbullying and Other Toxic Behavior in Team Competition Online Games. Proceedings of the 33rd Annual ACM Conference on Human Factors in Computing Systems.

Khoiri, N. F. (2021). Dampak Bermain Game Online Mobile Legends Terhadap Perilaku Flaming Pada Remaja. Jurnal Studi Pendidikan, 15(3), 45-56.

Wibowo, M. F. (2021). Perilaku Toxic Disinhibition dalam Game Online Studi Kasus pada Pemain PUBG Mobile. Jurnal Psikologi dan Teknologi, 9(1), 91-103.

Walther, J. B. (1996). Computer-Mediated Communication: Impersonal, Interpersonal, and Hyperpersonal Interaction. Communication Research, 23(1), 3-43.

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store