Clean Food sebagai Gaya Hidup dan Investasi Kesehatan

Editor: Bahiyyah Azzahra
Penulis : Chika Febrya (Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
Kabar Baru, Opini – Tren mengonsumsi clean food yang sedang digemari oleh kalangan remaja hingga dewasa merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan hidup sehat. Gaya hidup sehat ini dilakukan dengan memakan makanan yang tidak mengalami banyak proses sehingga mengandung sedikit zat kimia yang tidak sehat bagi tubuh. Selain makanan yang minim proses, pemilihan makanannya juga mengacu pada “4 Sehat 5 Sempurna”. Empat sehat lima sempurna ini berarti mengonsumsi makanan yang terdiri dari karbohidrat, protein, sayuran, dan buah-buahan, serta dilengkapi dengan susu sebagai penyempurnanya. Contoh dari pemilihan clean food ini adalah nasi merah, dada ayam kukus, brokoli rebus, dan alpukat sebagai sumber lemak baik. Kentang rebus, jagung rebus, telur rebus, dan ayam panggang bisa dijadikan pilihan menu lainnya. Pilihan makanan tersebut tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi harian, tetapi juga membantu menjaga kestabilan berat badan, serta merawat kulit dalam kecantikan.
Biasanya, penerapan pola makan clean food ini dilakukan untuk menurunkan berat badan. Selain itu, pola makan ini juga dapat meningkatkan metabolisme tubuh, memperbaiki sistem pencernaan, serta menjaga daya tahan tubuh agar tetap optimal. Berdasarkan pengalaman pribadi saya dalam menerapkan clean food sebagai makanan dalam seminggu, kulit saya menjadi lebih cerah dan mulus. Selain itu, turunnya berat badan dan badan yang terasa lebih nyaman menjadi keuntungan yang saya dapatkan. Gaya hidup seperti ini tidak mengharuskan seseorang untuk berdiet ketat, melainkan lebih pada kesadaran dalam memilih makanan yang benar-benar sehat dan bebas dari bahan tambahan yang melewati banyak proses.
Makanan yang minim proses, jika diolah dalam masakan yang kurang sehat juga bisa menyebabkan makanan tersebut tidak menjadi clean food lagi. Contohnya adalah daging ayam yang diolah dengan tepung, sayuran yang digoreng dengan tepung, serta makanan minim proses lainnya yang diolah dengan banyak minyak. Buah-buahan dan sayuran yang dibuat menjadi jus dengan tambahan gula dan susu buatan, serta bahan makanan lainnya yang ditambah dengan bahan yang mengandung pengawet juga bisa menyebabkan makanan tersebut tidak menjadi clean food lagi.
Hal yang menjadi tantangan dalam penerapan konsumsi clean food bukan terletak pada niat memulainya, tetapi pada konsistensi yang kita lakukan demi mencapai hidup sehat. Konsistensi dalam menjalani pola makan bersih perlu dibarengi dengan edukasi gizi yang tepat agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami konsepnya. Misalnya, menghindari karbohidrat secara total yang bisa berdampak negatif jika tidak disesuaikan dengan kebutuhan energi harian. Oleh karena itu, prinsip seimbang tetap harus dijaga dalam setiap menu harian.
Penerapan pola makan clean food tidak hanya berfokus pada menjaga bentuk tubuh agar tetap proporsional, tetapi juga secara tidak langsung memberikan perhatian yang besar terhadap kesehatan dalam jangka panjang. Pola makan ini mendorong kita untuk lebih cerdas dalam memilih bahan makanan, menghindari penggunaan zat tambahan yang tidak diperlukan, serta mengutamakan teknik pengolahan yang sederhana namun tetap bernilai gizi. Jika kebiasaan mengonsumsi makanan yang bersih dan alami diterapkan secara konsisten, tubuh akan memperoleh asupan yang lebih seimbang dan mudah dicerna, sehingga proses metabolisme berjalan lebih efisien. Gaya hidup semacam ini tidak hanya berdampak pada kebugaran fisik, melainkan juga turut memengaruhi kondisi mental secara positif. Oleh sebab itu, pola makan clean food layak dipandang sebagai bentuk investasi jangka panjang bagi kesehatan tubuh, karena kesehatan merupakan modal utama dalam menjalankan aktivitas sehari-hari sekaligus penentu kualitas hidup yang optimal dari waktu ke waktu.