Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Cholsverde, Drawing Performatif, dan Pecutan Ratusan Ban Motor dalam Karya Splitting Karst

WhatsApp Image 2025-11-25 at 10.48.08

Jurnalis:

Kabar Baru, Jogja – Pada Mei yang dirayakan sebagai Bulan Menggambar Nasional, di Pameran Gambar Serentak se-Daerah Istimewa Yogyakarta, sebuah karya artistik bernama Splitting Karst hadir dengan mengajak penontonnya melampaui batas hiburan biasa. Tidak hanya sebuah pertunjukan teater, karya ini menggugah renungan kritis tentang hubungan manusia dengan alam, terutama mengenai dampak eksploitasi terhadap lingkungan, dengan fokus pada pembelahan karst yang semakin meluas. Drawing Performatif hadir dalam acara yang dikuratori Bapak Hajar Pamadhi, dan diresmikan oleh Bupati Gunungkidul, ibu Endah Subekti Kuntariningsih. Splitting Karst yang disutradari oleh Cholsverde ini menyingkap fenomena yang tidak hanya relevan untuk Gunungkidul, tetapi juga menjadi krisis ekologis global.

Splitting Karst tidak sekadar kritik visual terhadap kerusakan alam; ia adalah sebuah refleksi mendalam tentang bagaimana ruang hidup kita, terutama di kawasan yang memiliki karakteristik alam karst seperti Gunungkidul, semakin hancur oleh pembangunan yang tidak bermoral pada lokalitas dan sosial di setempat. Dengan mengangkat isu yang semakin mendesak, yaitu eksploitasi alam tanpa pertimbangan jangka panjang, karya ini mengajak audiens untuk mempertanyakan ulang paradigma pembangunan yang didorong tanpa refleksi.

Jasa Penerbitan Buku

Digerakkan oleh tubuh-tubuh para pemain yang berinteraksi dengan objek dan ruang sekitar, Splitting Karst menyajikan sebuah eksperimen artistik yang menggunakan elemen-elemen yang sangat nyata dan menyentuh indera: ratusan ban kendaraan bermotor, asap tebal, cahaya di sore hari, dan tentu saja gerak tubuh yang penuh makna. Pertunjukan ini tidak hanya mengundang audiens untuk mempertanyakan pro dan kontra pembangunan, tetapi juga membuka ruang bagi introspeksi kritis tentang bagaimana kita berinteraksi dengan alam.

Mungkin yang paling mencolok dalam pertunjukan ini adalah penggambaran garis dan goresan. Di sini, garis bukan hanya simbol estetika di atas kertas atau kanvas; ia menjadi gerak yang penuh ritme. Setiap goresan yang dibuat tidak hanya dengan tangan, namun instalasi dan seluruh tubuh pemain, menyampaikan kekuatan baik secara langsung maupun melalui suasana eksploitasi terhadap alam, meninggalkan resonansi yang jauh lebih dalam. Garis tersebut menyuarakan pertanyaan mendasar: apakah kita cukup menyadari dampak dari tindakan kita, baik dalam seni maupun kehidupan sehari-hari?

Splitting Karst mengundang kita untuk tidak hanya merenungkan kondisi alam sekitar, tetapi juga untuk menggali kesadaran dalam diri kita: bagaimana kita, sebagai individu dalam masyarakat, perlu menyelaraskan keinginan untuk berkembang dengan kebutuhan untuk menjaga ekosistem dan budaya lokal. Dalam setiap tindakan kita, baik itu dalam seni atau pembangunan, apakah kita sudah cukup menghargai dimensi holistik dari kehidupan yang lebih luas?

Di balik elemen-elemen performatif ini, terdapat sebuah dialog yang mendalam dengan audiens, yang menawarkan mereka untuk mempertanyakan tidak hanya apa yang terjadi di sekitar mereka, tetapi juga bagaimana mereka sebagai individu dalam masyarakat harus berinteraksi dengan dunia. Karya ini mengajak kita bertanya lebih jauh: bagaimana kita bisa mengubah perspektif terhadap pembangunan agar lebih berkelanjutan dan lebih menghormati ruang hidup yang ada?

Sebagai sebuah pernyataan filosofis, Splitting Karst membawa kita pada diskusi tentang ekosentrisme, keberlanjutan, dan keadilan sosial. Ini bukan hanya tentang kerusakan alam yang terlihat, tetapi juga tentang keadilan yang tak tampak, yakni bagaimana kita menghargai dan menjaga ekosistem yang tak kasat mata, yang menentukan keberlanjutan kehidupan manusia itu sendiri.

Sebagai bagian dari eksperimen artistik ini, Splitting Karst bertujuan untuk menciptakan ruang di mana seni bukan hanya menjadi cermin dari kondisi sosial kita, tetapi juga media untuk mempengaruhi persepsi positif dan perilaku kita terhadap dunia. Mari bersama-sama membuka mata dan pikiran kita untuk sebuah dialog yang lebih dalam tentang bagaimana kita bisa hidup berdampingan dengan alam dan budaya—bukan dengan cara merusaknya, tetapi dengan cara yang lebih selaras dan berkelanjutan.

Splitting Karst oleh Kolektif Drawing Performatif mengundang kita untuk bertanya: bagaimana kita sebagai manusia, dengan segala ambisi dan hasrat kita, harus menyikapi peran kita dalam kehidupan sosial dan ekologis yang lebih besar.

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store