Alih Status Jadi Perseroda, NU Ingatkan PAM Jaya Jaga Kualitas Air Bersih

Jurnalis: Firman Maulana
Kabar Baru, Jakarta – Nahdlatul Ulama Jakarta menanggapi rencana perubahan transformasi PAM JAYA dari Perusahaan Umum Daerah (Perumda) menjadi Perseroan Daerah (Perseroda).
Wakil Katib Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Taufik Damas mengingatkan pemerintah agar tetap menjaga kualitas dan kuantitas air bersih, serta tidak memanfaatkan modal tersebut semata-mata untuk tujuan bisnis.
“Jangan sampai air dijadikan hanya sebagai bisnis, karena air merupakan kebutuhan hidup paling mendasar sehingga keberkahan akan hilang,” kata Taufik dalam diskusi publik yang digelar oleh NU Online Jakarta di Cityloog hotel Tebet, pada Kamis (25/9/2025).
Ia juga meminta agar perubahan status dapat memperbaiki pengelolaan air di Jakarta dengan mengedepankan pelayanan yang lebih berkualitas serta penerapan tarif yang lebih terjangkau bagi masyarakat.
“Kita dorong melalui DPRD tadi ada (fraksi) PKB untuk tetap mendukung segala upaya perbaikan air di Indonesia khususnya di Jakarta,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Strategi dan Bisnis PAM Jaya Anugrah Esa mengatakan bahwa tantangan air di Jakarta masih besar seperti pencemaran sungai, ketimpangan distribusi, hingga dampak perubahan iklim.
“Air bukan sekadar sumber kehidupan, tetapi modal strategis bangsa. Tugas PAM Jaya adalah memastikan setiap tetesnya benar-benar menjadi berkah bagi warga Jakarta,” katanya.
Esa juga menyampaikan kekhawatiran masyarakat terhadap kenaikan tarif setelah transformasi menjadi Perseroda hal itu tidak akan terjadi.
“Walaupun berubah ke Perseroda kewenangan penetapan tarif itu tetap dilakukan oleh pemerintah. Jadi bukan oleh PAM Jaya. Sesuai dengan peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 21 tahun 2020,” kata dia.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda menilai PAM Jaya memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas layanan. Namun, tantangan terbesar perusahaan air minum daerah itu adalah menjaga tarif tetap terjangkau bagi masyarakat.
“Di satu sisi, kualitas bisa membaik, tetapi di sisi lain ada potensi kenaikan harga akibat efisiensi yang masih rendah,”ujarnya.
Huda menjelaskan, tingginya Incremental Capital Output Ratio (ICOR) di Jakarta menjadi indikator rendahnya efisiensi dalam pemanfaatan modal. Jika hal ini tidak segera dibenahi, kenaikan harga akan sulit dihindari.
“Oleh karena itu, efisiensi menjadi pekerjaan besar yang harus diatasi PAM Jaya, termasuk melalui penggunaan teknologi yang lebih baik, revitalisasi jaringan pipa, dan metode pengeboran yang lebih efisien,”pungkasnya.