Kans Indonesia bersama Pemerintah Desa Karanglo Dorong Peningkatan Kapasitas Petani melalui Edukasi Pengolahan Lahan

Jurnalis: Wafil M
Kabar Baru, Karanglo — Fenomena penggunaan pupuk dalam jumlah besar yang tidak diiringi peningkatan hasil panen kini menjadi kegelisahan tersendiri bagi petani Desa Karanglo. Kondisi tersebut diperparah dengan praktik pengolahan lahan yang kurang tepat, sehingga biaya produksi meningkat namun produktivitas tetap stagnan. Menyikapi persoalan ini, Pemerintah Desa Karanglo menggandeng CV. Kans Indonesia untuk menggelar kegiatan sosialisasi dan edukasi pertanian kepada para petani setempat.
Kegiatan ini menghadirkan Angelo Di Lorenzo, S.P., sebagai fasilitator pertanian berpengalaman yang memaparkan pendekatan ilmiah dan praktis sebagai solusi atas permasalahan di lapangan. Dalam pemaparannya, Angelo menekankan bahwa peningkatan hasil panen tidak selalu berbanding lurus dengan volume pupuk yang digunakan.
“Masih banyak petani yang berpikir semakin banyak pupuk, maka hasil panen akan semakin tinggi. Padahal, pertumbuhan tanaman memiliki batasan tertentu,” ujar Angelo.
Ia kemudian menjelaskan konsep Hukum Minimum Liebig dengan analogi ember yang tersusun dari bilah-bilah papan. Kapasitas air yang dapat ditampung ember tersebut ditentukan oleh bilah yang paling pendek. Artinya, meskipun unsur hara lain tersedia melimpah, kekurangan satu unsur hara mikro saja dapat membatasi hasil panen secara keseluruhan.
Selain keseimbangan nutrisi, Angelo juga menyoroti pentingnya Kapasitas Tukar Kation (KTK) sebagai faktor krusial yang kerap diabaikan petani. KTK merupakan kemampuan tanah untuk mengikat dan melepaskan unsur hara bagi tanaman, yang sangat dipengaruhi oleh kandungan liat dan bahan organik tanah. Tanah dengan KTK rendah tidak mampu menyimpan nutrisi dalam jangka waktu lama, sehingga pemupukan berlebih justru berujung pada pemborosan biaya.
“Tanpa memahami daya ikat tanah, pupuk yang diberikan bisa hilang terlarut atau tidak terserap tanaman secara optimal,” jelasnya.
Tak kalah penting, Angelo menekankan peran pH tanah dalam menentukan ketersediaan unsur hara. pH yang terlalu asam atau terlalu basa dapat menyebabkan nutrisi terkunci dan tidak dapat dimanfaatkan tanaman, meskipun jumlah pupuk yang diberikan sudah mencukupi.
Dalam sesi pengolahan lahan, Angelo mengajak petani untuk kembali memperhatikan tahapan dasar yang sering dilewatkan. Ia menjelaskan metode solarisasi tanah, yakni pengeringan lahan dengan memanfaatkan sinar matahari setelah pembajakan. Metode ini bertujuan menekan populasi patogen tular tanah secara alami sebelum masa tanam dimulai.
Sebagai upaya pencegahan lanjutan, petani juga disarankan memanfaatkan agen hayati Trichoderma, jamur antagonis yang berperan melindungi tanaman dari berbagai penyakit tular tanah seperti busuk akar, busuk pangkal batang, dan jamur akar putih.
Kegiatan yang berlangsung interaktif ini ditutup dengan sesi diskusi dan tanya jawab, di mana para petani aktif menyampaikan permasalahan yang mereka hadapi di lahan. Melalui kolaborasi antara Pemerintah Desa Karanglo dan CV. Kans Indonesia, kegiatan ini diharapkan menjadi titik awal perubahan pola pikir petani dari sekadar mengandalkan pupuk, menuju pengelolaan lahan yang lebih tepat, efisien, dan berkelanjutan demi peningkatan kesejahteraan petani di masa depan.
Insight NTB
Daily Nusantara
Suara Time
Kabar Tren
Portal Demokrasi
IDN Vox
Lens IDN
Seedbacklink







