Indonesia Masih Peringkat 2 Dunia TBC, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Angkat Suara

Jurnalis: Deni Aping
Kabar Baru, Purwakarta – Komisi IX DPR RI bersama Kementerian Kesehatan RI menggelar sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) di Gedung Futsal Desa Ciherang, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta. Kegiatan ini diikuti ratusan peserta dari empat kecamatan, yaitu Wanayasa, Kiarapedes, Pondoksalam, dan Pasawahan.
Acara tersebut turut dihadiri Wakil Ketua Komisi IX DPR RI drg. Putih Sari, perwakilan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta, Camat Pasawahan, serta tamu undangan lainnya.
drg. Putih Sari menyoroti posisi Indonesia yang masih berada pada peringkat kedua dunia dalam jumlah penderita Tuberkulosis (TBC). Ia menyebutkan bahwa lamanya proses pengobatan sering menjadi tantangan bagi pasien sehingga diperlukan pendampingan berkelanjutan.
“TBC adalah penyakit yang bisa disembuhkan karena obatnya tersedia. Yang terpenting masyarakat mau memeriksakan diri jika mengalami batuk berkepanjangan. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah penularan lebih luas,” kata Putih Sari. Rabu (3/12) kemarin.
Ia menegaskan pentingnya pemeriksaan dahak maupun rontgen untuk memastikan diagnosis TBC. Kolaborasi antara puskesmas dan dinas kesehatan disebut terus dilakukan untuk mempercepat penemuan kasus di masyarakat.
Purwakarta Capai 90 Persen Skrining TBC
Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Purwakarta, dr. Eva Lystia Dewi, melaporkan bahwa capaian skrining TBC di Purwakarta telah mencapai 90 persen, sesuai target Standar Pelayanan Minimal (SPM).
“Penemuan kasus TBC berada di angka sekitar 3.000 dan menurun dibanding tahun sebelumnya. Skrining masif menggunakan mobile rontgen di 20 puskesmas serta di lapas sangat membantu mempercepat penemuan kasus,” jelas dr. Eva.
Ia menambahkan bahwa skrining merupakan pintu utama dalam upaya memutus mata rantai penularan. Kasus yang terdeteksi dapat segera diobati hingga sembuh.
Selain skrining, investigasi kontak juga terus ditingkatkan, terutama terhadap kontak erat yang tinggal serumah dengan pasien TBC.
“Jika kontak erat positif, langsung diobati. Jika negatif, diberikan TPT (Terapi Pencegahan Tuberkulosis). Sayangnya masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya TPT walaupun merasa sehat,” ujarnya.
TPT diberikan kepada kontak erat serumah, tenaga kesehatan, dan penderita HIV dengan durasi terapi bervariasi antara 3 hingga 6 bulan.
Gejala dan Pencegahan TBC
dr. Eva mengimbau masyarakat mewaspadai empat gejala utama TBC, yaitu batuk lebih dari dua minggu, penurunan berat badan tanpa sebab jelas, demam berkepanjangan, dan keringat malam tanpa aktivitas.
Ia menjelaskan bahwa TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat mengenai kelenjar, usus, hingga otak.
Terkait pencegahan, ia menekankan pentingnya kedisiplinan pasien selama masa pengobatan, terutama dua bulan pertama.
Penderita diminta untuk memakai masker, tidak berbagi alat makan, tidak meludah sembarangan, membuka jendela rumah agar sirkulasi udara baik, menjaga kebersihan rumah dan paparan sinar matahari.
“TBC disebabkan oleh bakteri, sehingga disiplin memakai masker dan menjaga ventilasi rumah sangat penting agar bakteri tidak bertahan di udara,” tegasnya.
Kegiatan sosialisasi Germas ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat Purwakarta mengenai pentingnya pola hidup sehat serta memperkuat percepatan penanggulangan TBC di tingkat desa hingga kabupaten. (*)
Insight NTB
Berita Baru
Berita Utama
Serikat News
Suara Time
Daily Nusantara
Kabar Tren
IDN Vox
Portal Demokrasi
Lens IDN
Seedbacklink







