Profil Ustadz Yusuf Mansur yang Sering Viral Jualan Agama

Jurnalis: Hanum Aprilia
Kabar Baru, Jakarta – Pendakwah kondang Ustaz Yusuf Mansur kembali menjadi sorotan publik setelah memperkenalkan layanan doa online berbayar melalui siaran langsung di media sosial pribadinya.
Langkah tersebut memicu beragam reaksi dari warganet yang mempertanyakan etika di balik praktik itu.
Dalam siaran langsungnya, Yusuf Mansur mengajak para pengikutnya berdonasi sambil ikut memanjatkan doa bersama. Ia menyebut ratusan orang yang hadir dalam sesi siaran akan ikut mengaminkan doa tersebut.
Yusuf bahkan mencontohkan nominal donasi hingga Rp10 juta, yang menurutnya akan mendapatkan doa khusus.
“Belum ada yang Rp10 juta ini? Rp10 juta, Rp20 juta saya Fatihah khusus nih. Bismillah di-Fatihahin sama 500 orang,” ujar Yusuf Mansur dalam siaran langsungnya.
Pernyataan tersebut langsung menimbulkan gelombang kritik di media sosial. Banyak pengguna internet menilai Yusuf Mansur telah memanfaatkan kegiatan doa untuk keuntungan pribadi.
“Doa kok dijual? Ini sudah mirip jualan jimat online,” tulis salah satu komentar yang viral di X (Twitter). Komentar serupa juga mempertanyakan nasib orang miskin yang tidak mampu berdonasi.
Profil Singkat Ustaz Yusuf Mansur
Ustaz Yusuf Mansur memiliki nama lengkap Jam’an Nurchotib Mansur. Ia lahir di Jakarta pada 19 Desember 1976 dan dikenal sebagai pendakwah, penulis, serta pengusaha.
Selain aktif berdakwah, ia memimpin Pondok Pesantren Daarul Quran yang berlokasi di Ketapang, Cipondoh, dan Cikarang. Ia juga dikenal lewat Majelis Wisata Hati yang sering dihadirinya bersama para jamaah.
Dalam kehidupan pribadinya, Yusuf Mansur membangun rumah tangga dan memiliki lima anak. Salah satu anaknya, Wirda Mansur, cukup dikenal publik karena aktif di media sosial.
Riwayat Pendidikan dan Perjalanan Hidup
Sejak kecil, Yusuf Mansur menempuh pendidikan di madrasah, mulai dari MI hingga MAN 1 Grogol. Ia kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum dan mengambil jurusan Syariah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun, perjalanan hidupnya tidak selalu mulus.
Pada 1996, Yusuf sempat terjun ke bisnis informatika, tetapi usahanya gagal dan membuatnya terlilit utang hingga harus mendekam di penjara.
Dua tahun kemudian, kegagalan serupa terulang. Setelah keluar dari penjara, ia memulai dari nol dengan berjualan es di Terminal Kalideres.
Perubahan besar datang ketika ia bertemu dengan seorang polisi yang mengenalkannya pada sebuah lembaga sosial.
Dari pengalaman itu, Yusuf menulis buku berjudul Wisata Hati: Mencari Tuhan yang Hilang, yang kemudian mengantarkannya menjadi pembicara dan pendakwah terkenal.
Terjun ke Dunia Bisnis dan Hiburan
Selain berdakwah, Yusuf Mansur juga menekuni dunia bisnis. Ia mendirikan perusahaan jaringan Veretra Sentosa Internasional dan mengembangkan aplikasi PayTren. Aplikasi tersebut sempat menuai kontroversi karena banyak pihak menilai sistemnya bermasalah.
Kini, aplikasi tersebut kembali ia gunakan sebagai salah satu sarana donasi dalam kegiatan doa online.
Yusuf juga pernah terlibat di industri hiburan. Ia membintangi film Slank Nggak Ada Matinya (2013), memproduseri film Kun Fayakun dan Cahaya Cinta Pesantren, serta menulis cerita sinetron Maha Kasih (2006).
Reaksi Publik
Meski Yusuf Mansur mengaku berniat membantu dan mendoakan sesama, banyak pihak menilai aksinya kali ini tidak pantas. Warganet menegaskan bahwa doa seharusnya tidak menjadi komoditas atau dikaitkan dengan nominal uang tertentu.
Fenomena doa berbayar yang Yusuf Mansur tawarkan kini memicu perbincangan hangat di media sosial. Banyak pihak menilai praktik itu mencederai nilai-nilai dakwah yang seharusnya menonjolkan ketulusan dan keikhlasan dalam beribadah.