Gizi yang Dicuri dari Masa Depan Anak, Kritik Pedas terhadap MBG

Jurnalis: Arif Muhammad
Kabar Baru, Jakarta — Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan pemerintah menuai sorotan. Aden Farih, Mahasiswa Ilmu Politik Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta, menilai program tersebut gagal secara sistemik dan berubah menjadi komoditas politik yang merugikan masa depan anak-anak.
“Kalau kita bicara MBG, ini bukan sekadar kecelakaan prosedural kecil. Ini kegagalan sistemik sejak dari perencanaan. Negara terlalu sibuk mengejar kecepatan dan citra politik, tapi mengabaikan aspek paling mendasar: keamanan pangan bagi anak-anak,” ujar Aden saat dimintai tanggapan, Sabtu (27/9).
Ia menyoroti laporan Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) yang mencatat lebih dari 8.000 anak mengalami keracunan massal. Menurutnya, fakta tersebut bukan hanya statistik, melainkan tragedi yang meruntuhkan kepercayaan publik terhadap negara.
“Bayangkan, harga resmi Rp15 ribu per porsi, tapi di lapangan hanya tersisa Rp8 ribu hingga Rp10 ribu. Selisih Rp5 sampai Rp7 ribu itu adalah gizi yang hilang, yang seharusnya masuk ke tubuh anak-anak kita. Itu artinya ada gizi yang dicuri dari masa depan mereka,” tegasnya.
Aden juga mendesak pemerintah melakukan evaluasi menyeluruh dengan menghentikan sementara program MBG. “Saya kira moratorium itu langkah darurat. Hentikan dulu sebelum lebih banyak korban berjatuhan. Jangan korbankan kesehatan anak hanya demi proyek politik. Reformasi total harus dilakukan, dengan melibatkan pakar independen, masyarakat sipil, dan sekolah-sekolah itu sendiri,” pungkasnya.